Deg! (Zavira Aline)

1.5K 71 1
                                    

Jantungku berdegup kencang tak karuan. Sulit menghadapi mas Juna dengan sikap yang tidak biasa. Aku juga tidak tahu kenapa lidahku bisa melontarkan kata-kata itu. Aku bisa menangkap rasa cemas mas Juna tadi. Selepas meninggalkannya tadi aku meraa tidak enak. Aku ingin berbalik badan dan meminta maaf atas kata-kataku tadi.

Ah tapi sudahlah, toh semua itu juga dia yang minta.

"Aline kamu kenapa?" tanya Pak Anton melihatku bersandar di dinding luar studio foto.

"Gak apa-apa pak, saya hanya pusing," Pak Anton memperhatikanku, dan memegang keningku.

"Kamu gak sakit kok, cuma kelelahan aja." Aku menganggukan kepalaku dan berdiri tegap lagi.

"Pak semua dokumen sudah beres, dan pihak Arjuna juga sudah menandatangani kontrak," Pak Anton mengangukan kepala dan membuka pintu mobilnya dengan remote.

"Ayo kembali ke kantor , masih banyak pekerjaan!" Aku mengarahkan ac mobil ke wajahku.

"Awas, kamu nyender dong! Saya gak bisa liat spion nih," entah kenapa pria tampan di Jakarta ini semuanya tempramental.

Pak Anton memasang radio, radio sedang memutarkan lagu cinta sedih yang anak jaman sekarang sering bilang lagu galau. Sambil menyanyikan lirik lagu yang aku dengar dengan suara pelan. Membuat hatiku bertambah sedih.

"Ah cengeng banget sih nih lagu, ini tuh faktor orang-orang jadi cengeng kalau putus cinta," aku hanya mendengarkan pak Anton mengomentari lagu lagu galau yang mengalun di radio. Ingin rasanya aku membungkam mulutnya.

"Aline kamu juga lagi galau?? Saya gak suka sama sekretaris yang suka galau," aku menegakan dudukku dan tersenyum paksa untuk pak Anton.

"Kamu lagi mikirin Arjuna? Suka ya?"

"Semua wanita pasti suka sama Arjuna, dan setelah bertemu dengannya setiap perempuan pasti memimpikannya," Pak Anton berdecak heran mendengarkan penjelasanku.

"Kaum hawa memang berlebihan ya dalam mengagumi kaum adam, sampai terbawa mimpi segala.."

"Bapak pernah jatuh cinta?" tanyaku lancang, aku benar-benar ingin membenahi pikiran pak Anton yang sepertinya apatis terhadap cinta.

"Tidak pernah. Menurut saya cinta tidak penting, apa bedanya nafsu dengan cinta?"

"Cinta itu tidak pernah menuntut hal lebih, tapi nafsu selalu meminta lebih. Cinta itu mengikuti bagaimana arus mengalir dengan orang yang dicintainya, berbeda dengan nafsu"

"Bagi saya cinta dan nafsu itu sama saja. Tidak ada perbedaan samasekali!" mengomentari pak Anton rasanya percuma saja. Luna benar pak Anton tidak bisa dinasehati atau diajak diskusi di luar hal pekerjaan.

"Sudahlah ngapain berbicara cinta, pekerjaan dankarir lebih penting daripada si omong kosong itu. Lebih baik kamu pikirkanbagaimana acara ulang tahun Food Health bisa banyak menarik sponsor dankonsumen," sepanjang perjalanan sampai kantor aku hanya bungkam.Tidakmemikirkan konsep yang diminta pak Anton, tapi memikirkan Arjuna.

My Husband an ActorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang