Ternyata marahnya orang sabar itu berbahaya. Aline menghilang tidak berjejak, walau aku bisa menemukannya di perusahaan Anton. Tetap saja ia pasti menolak kedatangangku.
Aku akan menelfonnya lagi, siapa tahu kali ini dia menjawab telfonku.
"Halo?" Aku bersemangat menyapanya ketika ia mengangkat telfon. Tapi tidak ada jawaban hanya suara nafasnya yang beraturan.
"Aline maafkan a.." Aline langsung memutuskan telfonnya.
"Aline!! Aline!!" ia mematikan lagi ponselnya. Bagaimana aku bisa menemui Aline berita tentang aku dan Masha masih tersebar luas.
"Kenapa Jun?" suara Anton mengagetkan aku meembuat ponselku hampir saja terlepas dari tangan.
"Istri aku gak mau angkat telfon," Anton menghela nafas "Makanya susah kan jadi idola, jadi banyak yang mau ngejatuhin lo," ujar Anton.
"Iya tapi ini baru pertama kalinya dia marah begini sama aku," Anton mengelus rambutku lembut.
"Sudah sudah, dia kan juga manusia. Kesabarannya sudah habis mungkin menghadapi kamu."
"Lalu aku harus bagaimana?" Anton tampak berfikir sebentar.
"Kamu harus tidur dan besok lanjutkan lagi meminta maaf pada istri kamu," aku tersenyum dan merebahkan tubuhku di sofa.
"Kenapa tidur di sofa? Tidak mau tidur di kamar?"
"Tidak aku hanya ingin sendiri dan merenungkan semua kesalahanku," Anton melambaikan tangan dan meninggalkanku ke kamarnya.
"Bagaimana pun aku harus bisa menjelaskan pada Aline semua kesalahpahaman ini!"
***
Pagi-pagi aku berkunjung ke toko bunga yang letaknya tidak jauh dari apartemen Anton. Tentu saja aku tidak melupakan berbagai pakaian gombrongku untuk menutupi wajahku. Seorang wanita muda berusia 20 tahun menyambutku dengan senyuman hangat dan menanyakan bunga untuk siapa. Wanita ini lincah menyebutkan bunga-bunga yang tersebar di seluruh ruangan ini. Aku memesan sebuket bunga tulip putih. Menurut wanitaa penjual bunga, bunga tulip putih melembangakan permintaan maaf. Aku meminta bunga tulip putih ini diantar ke Food Health. Secarik kertas aku selipkan di antara bunga tulip ini agar tidak ada yang melihat dan usil membacanya.
Aku harap hati Aline akan tersentuh dengan bunga yang aku berikan. Biasanya wanita akan luluh jika diberikan bunga. Aku belajar dari berbagai film yang aku mainkan setiap adegan romantis selalu saja ada bunga. Entah dari si laki-lakinya, ada di atas meja, atau di taman bunga. Pokoknya bunga itu biasa diidentikan dengan wanita.
Aku mengucapkan terimakasih dan memastikan wanita itu tidak salah menyebutkan nama 'Zavira Aline'. Aku kembali lagi ke apartemen Anton dengan perasaan berdebar. Membayangkan bagaimana wajah Aline. Apa dia akan tersenyum atau justru marah saat melihat inisial pengirim bunga tersebut. Setelah itu nanti siang aku akan menelfon Aline, menanyakan kabarnya mengajaknya makan siang atau berbelanja. Pasti dia akan memaafkan aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband an Actor
Lãng mạnAku kira semua ini hanya mimpi.. Mencintaimu tidak pernah sejelas ini.. Kamu hanya seseorang yang seperti tokoh fiksi yang aku kagumi.. Tapi takdir mempertemukan kita pada titik yang sama.. Walau kamu tidak mencintaiku.. Aku tahu jelas kamu menjauhi...