The Day (Arjuna Mahardian)

1.5K 76 2
                                    

Shinta sudah mengatur semua keperluanku, studio foto juga sudah diatur sesuai dengan tema. Sedari pagi aku sudah dipilihkan baju yang harus aku kenakan. Makeup artis juga datang lebih pagi. Semua tampak sibuk hari ini. aku hanya terduduk diam melihat lalu lalang orang. Fotografer bertubuh jangkung, berkulit hitam menenteng kameranya mendekatiku.

"Hello Arjuna kenalkan saya Abraham. Saya yang akan mengambil foto anda, saya harap kita bisa bekerja sama menghasilkan foto yang bagus," Abraham menjabat tanganku sebagai salam perkenalan. Lalu ia mengeloyor pergi memastikan semua peralatan untuk mengambil fotoku sudah ready. Shinta bilang bos Food Health akan datang untuk memantau foto hari ini. aku tahu orang itu pasti Anton.

Aku didandani seperti pria metropolitan penyuka makanan sehat. Makeup natural. Fotografer memintaku untuk menoleh kiri atau kanan, bergaya yang sesuai dengan properti yang ada. Pria berkemeja biru tua, berkulit putih, berambut cepak mengedipkan matanya padaku. Itu Anton. Disampingnya seorang wanita berambut kecoklatan, mengenakan dress merah, dan high heels juga memperhatikanku. Pasti dia sekretaris Anton yang baru.

Aku sudah berganti baju tiga kali, dan akhirnya sesi pemotretan berakhir. Setelah pemotretan selesai, Shinta memintaku mendatangi Anton sebagai bos dari Food Health. Anton sudah menungguku bersama sekretarisnya. Anton menjabat tanganku menyebutkan namanya. Sekretaris di sampingnya juga menjabat tanganku. Aku tidak terlalu memperhatikannya, aku hanya memperhatikan Anton.

"Foto-foto tadi sepertinya bagus, tinggal dipilih saja mana yang menarik lalu bisa menjadi iklan di website kita," Anton memang cerdas, ia juga jago berakting seakan tidak mengenalku.

"Ini sekretaris baru saya, namanya Aline.." aku terbelalak mendengar namanya.

"Siapa?" tanyaku sekali lagi, lalu wanita disamping Anton merapihkan rambutnya, dan tersenyum ramah.

"Nama saya Zavira Aline," lututku terasa lemas mendengar namanya. Benar dugaanku sekretaris Anton adalah Aline. Tapi penampilannya sangat berbeda dengan Aline. Rambut hitam legamnya berubah menjadi coklat, bermakeup, dan pakaiannya modis. Aku sampai tidak bisa mengenalinya.

"Ehem.." Anton berdeham membuat lamunanku buyar.

"Jangan lama-lama berjabat tangan dengan sekretaris saya," ujar Anton. Lalu aku duduk di depan Aline, aku masih tidak bisa fokus dengan pembicaraan. Tapi Aline tampak biasa saja, seperti tidak mengenalku. Dia ternyata benar-benar memegang komitmennya untuk menyembunyikan identitas kami.

"Juna selanjutnya kamu bisa berbicara dengan sekretaris saya, dan sekretaris saya juga akan memberikan undangan untuk acara ulangtahun Food Health," Anton pamit untuk mengangkat telfon, Shinta juga pergi untuk mengurusi hasil foto. Hanya aku dan Aline di meja bundar ini terdiam. Aline berdeham dan membuka laptop kecilnya juga mengeluarkan undangan. Terlihat wajahnya tegang.

"Begini perusahaan kami Food Health resmi menjadikan anda ambsaddor kami, ini ketentuan dari perusahaan kami," Aline memutar laptopnya ke depanku, jadi aku bisa melihat jelas isi dari kontrak tersebut. Aku memanggut-manggutkan kepalaku. Aku melihat sekitarku, dan menutup bibirku dengan tanganku jadi suara aku hanya akan terdengar kecil.

"Aline kamu kenapa gak bilang kalau kamu kerja di Food Health?" Aline terdiam tidak menjawab pertanyaanku. Ia hanya menatapku.

"Aline kalau saya tahu kamu bekerja di Food Health saya tidak akan mau bertemu dengan bos kamu, dan ini bisa menimbulkan kekacauan.." Aline menegakan tubuhnya, membuat garis wajahnya terlihat tegas.

"Saya bekerja profesional, saya minta jangan membawa masalah pribadi ke ranah pekerjaan. Saya hanya minta tanda tangan anda, dan datang di acara ulang tahun food health. Tidak lebih," Aku kaget mendengar nada bicaranya yang tegas, dia belum pernah berbicara seperti ini. padahal selama ini aku membuatnya kesal.

"Baiklah.." aku mengambil pulpen hitam dan menandatangani berkas. Aline memberikan undangan bernuansa hijau, dan tertera namaku. Ia merapihkan berkasnya kembali dan menjabat tangaku. Bibir merahnya tersenyum merekah.

"Senang bekerja dengan anda," Ia pergi meninggalkanku yang hanya terheran-heran. Sepertinya dia baru saja bekerja, tapi dia sudah menjadi orang yang berbeda. Bukan Aline yang aku kenal. Ia melenggang pergi dengan rambut coklatnya yang bergoyang mengikuti langkah kakinya.

My Husband an ActorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang