Makasih buat silent readers, yang sudah ngevote n komen. Tanpa kalian semua cerita Fai n Hussein mungkin cuma jadi penangkal nyamuk doang.
Cekidot.===G H A Z===
"Fairuz, segera ke ruangan saya." Terdengar suara Hussein memerintah lewat wireless intercom.
"Baik, Pak." Fairuz menunda pekerjaannya segera menuju ruangan Hussein.
Pria itu duduk di singgasananya dengan mata masih menatap layar laptop. Fairuz tanpa diperintah duduk dihadapannya.
"Besok, kita akan survei lahan di Surabaya. Juga mengurus perizinan pembangunan. Akan membutuhkan waktu yang lama mengingat Walikota kurang cooperative menanggapi proposal Hotel kita. Sudah dua bulan tidak ada kejelasan. Kini waktunya kita turun tangan."
"Baik pak."
"Persiapkan segala sesuatunya. Selama disana Kita akan menginap di rumah sepupuku, Ghaz."
"Siap Pak."
"Sekarang pulanglah, bereskan barang-barang yang akan dibawa. Dua jam lagi kita berangkat. Pak Masto akan mengantarmu kemudian tunggu di atap apartement."
"Mendadak?"
"Lebih cepat lebih baik." Mata pria itu dipicingkan. "Kau berkeberatan?"
"Tidak pak."
Pria itu menatapnya lagi, "Apa lagi?"
Fairuz segera mengundurkan diri. Ia bergegas merapikan mejanya. "Risma, kau handle semua pekerjaan disini. Mba pulang mau packing."
"Kemana Mba?"
"Mba dan Pak Hussein akan ke Surabaya, mengurus proyek disana. Bos tak mengatakan berapa lama. Tapi sepertinya tak lebih dari tiga hari, semoga saja."
"Wuih bisa sekalian holiday nie mba."
"Seandainya saja, I hope." Ia mengarahkan matanya ke segala penjuru ruangan mencari sesuatu yang mungkin terlewatkan. Merasa yakin, ia menenteng tasnya. "Jika ada sesuatu yang mendesak hubungi Mba saja."
"Siap Mba."
Diburu waktu, Firuz meninggalkan ruangan. Ia hanya diberi waktu dua jam. Semoga cukup untuk mempersiapkan segala sesuatunya.
Ia menekan tombol lift ketika ponselnya berdering. Syafia, adik Hussein yang menghubunginya. Ia agak ragu mengingat akal-akalan Syafia yang berujung pertengkarannya dengan Hussein, tiga bulan yang lalu.
Ketika mereka bersama Ar-Rasyid ke Surabaya menghadiri acara nujuhbulan kehamilan istri paman Hamid, Hussein sengaja mengacuhkan anggota aliansi Malik Ar-Rasyid. Dan semenjak itu Hussein tidak menyuruh Fairuz bolak balik pulau. Untuk menghindari serangan aksi aliansi yang menurutnya konyol itu.
"Assalamualaikum, Fai."
"Waalaikum salam, Sya."
"Kudengar kau dan Kak Hussein akan ke Surabaya? Tadi pagi tak sengaja kulihat pak Masto dibantu Tania mengepak pakaian kalian. Ku pikir kalian akan kesana nanti dengan kami saat aqiqah putra Paman Hamid."
"Iya."
Terdengar suara gaduh di seberang, kemudian terdengar suara Tania. "Aku sudah menyiapkan segalanya, yang belum hanya make up Fai dan underwear kalian."
Syukurlah, berarti Fairuz masih ada waktu untuk berbenah diri. "Makasih Mba, sudah ngerepotin."
"Tak apa, ide ini sebenarnya usulan kami yang meminta Paman Harun menugaskan Hussein ke sana. Sesuai tebakan Hussein mengajakmu. Manfaatkan waktu disana. Ok?" Taniapun langsung memutuskan pembicaraan.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's NOT One Night Stand
RomanceAr-Rasyid Series #First Story INONS Season 1 (end) "Aku mempunyai penawaran untukmu. Jadilah wanitaku dan kau akan mendapatkan perlindungan dan harta. Hubungan kita bukan hitam diatas putih, tapi aku akan menjamin kesejahteraan keluargamu." Fairuz...