18. Dimas vs Hussein

23.5K 1.7K 206
                                    

Syifa menghubungi suaminya begitu ia mendengar kabar dari Fairuz bahwa Hussein berada di Singapore. Dua kali ia menghubungi ponsel suaminya namun tak diangkat. Perkiraannya, Reno sedang sibuk. Tentu saja, profesinya menuntut pria itu sibuk dua puluh empat jam, belum lagi kuliah spesialis yang ia ambil ditargetkan selesai pertengahan tahun depan.

Ia tak perlu mengirim pesan, karena jika suaminya tak sibuk, pria itu akan menyempatkan diri meneleponnya. Dan selang setengah jam kemudian suaminya menghubungi.

"Sweetheart, baru dua jam yang lalu kau menghubungi. Ada apa lagi? Masih kangen? Aku sibuk honey, walau begitu aku selalu merindukanmu."

Syifa tersenyum. Sesibuk apapun suaminya, ia masih sempat bersikap romantis. "Bukan gitu Ayang... Kak Hussein ada bersamamu kan?"

Reno terdiam. "Syifa, kita bicarakan nanti ya. Saat kita bicara empat mata bukannya by phone."

"Kakaku baik baik sajakan? Please Ayang jangan buat istrimu ini mulas kontraksi padahal Syafia yang akan melahirkan."

"Tentu saja, sweetheart. Sabar, sekarang aku sibuk," elaknya.

"Ada yang salah dengan kesehatan kakak? Mana mungkin ia jauh-jauh terbang ke Singapore untuk menemuimu padahal disini ada banyak rumah sakit terbaik."

"Karena aku dokter keluarga kalian."

"Ternyata benar, kak Hussein menemuimu." Syifa tersenyum mengembang, begitulah Reno jika sedikit saja egonya tersentuh. Dan Syifa tahu bagaimana menghadapi suaminya.

Dia butuh verifikasi. Rasa ingin tahunya membucah seperti bisul dengan nanah meradang yang sewaktu-waktu meletus. Besok ia akan mengorek keterangan langsung dari sumbernya. Namun jika kakaknya tutup mulut, ia terpaksa akan mengancam suaminya untuk memberitahukan kebenaran dibalik perginya Hussein ke Singapore.

Terdengar umpatan diseberang telepon, Reno tak lolos dari kecerdikan istrinya. Seberapapun ia menyimpan rahasia, istrinya dengan mudah mendapatkan informasi.

"Ayang, kau mengumpat padaku?"

"Tidak Sweetheart, Kau itu tak layak mendapat umpatan, kau layaknya dipuja."

"So sweet." Sumpah, Reno telak membuatku meleleh. Renonya yang dulu kaku kini begitu romantis. Cintanya yang tulus dan perjuangannya menaklukan pria impiannya membuahkan hasil. Tak sia-sia selama bertahun-tahun ia mengejar pria itu.

"Ayang kapan pulang? Vano kangen Pesyi..." rajuknya manja-manja basah ingin dibelai.

Kode itu sontak membuat Reno kejang seketika. Vano merupakan singkatan kepemilikan Reno atas surga bawahnya Syifa. Dan Pesyi adalah kepemilikan Syifa atas kejantanan Reno. Mereka sudah menciptakan singkatan itu semenjak awal pernikahan mereka empat tahun yang lalu.

Terdengar nada Frustasi Reno, "astajim honey... masa kau tega ngomong gitu disaat suamimu sedang kerja? Alamat Pesyi mu ini mau ditutupin apa kalau on begini?!"

"Di off dong Ayang..." Syifa bergenit-genit ria, girang bukan main mendengar suaminya bergairah hanya karena rajukan manjanya.

Emangnya tombol? tinggal klik doang. Gerutu Reno dalam hatinya namun tak ia sampaikan, nanti yang rugi ia sendiri. Syifa bisa mogok kerja layaknya karyawan yang minta kenaikan UMK. Yang kemudian berdampak fatal pada pending-nya pertempuran dunia kenikmatan dan tak dapat jatah goyang barbel ala Syifa.

"Kau harus tanggung jawab nanti, nidurin apa yang sudah bangun." Reno terdengar berbisik.

"Itu mah favoritnya Syisyi. Ayangnya saja kapan pulang?" Syafia terbawa ikutan berbisik.

It's NOT One Night Stand Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang