10. Venus Amano

19.1K 1.3K 34
                                    

Mumpung dapet suntikan energi dari yang komen dan vote, Author dapet ide fresh. #makasih banyak ya readers.
Karena masih fresh jadi bejubel di otak, kalau tak langsung diketik-ketik, bisa karatan. #haha lebay.

Di part sebelumnya...

Niken menggerakkan tangan mengusir, "sana bawa, culik saja sekalian bawa ke penghulu." Ia lantas toast dengan Stevani.

Fairuz memutar bola matanya sambil berdiri. Dimas hanya tertawa sambil meraih tangan Fairuz, membawanya menjauh.

Part lanjutannya...

===Venus Amano===

Dimas membawa Fairuz ke tangga darurat. Tempat yang ia pikir aman untuk berbicara empat mata. Fairuz tentu tak setuju begitu saja.
Berduaan dengan Dimas merupakan dilema. Ia hanya ingin meredam kecurigaan teman-temannnya atas insiden kondom itu tetapi juga ia tak ingin rumor kedekatannya dengan Dimas sampai terdengar seluruh staf Ar-Rasyid Corp. Terutama jangan sampai pada teling Ar-Rasyid.

"Ada apa sih Dim? Sampai bawa aku ke tempat sepi begini. Mengundang pergunjingan tahu."

Dimas melepaskan tangan Fairuz, "bukan begitu. Aku hanya ingin memastikan apakah kau dengar rumor tentang kita."

"Rumor yang mana?"

"Bahwa kita pacaran."

"Benarkah?" Fai pasang wajah lugunya. "Dari mana itu berasal?"

"Ku duga, teman-temanmu yang melakukannya."

"Kau menuduh mereka?"

"Bukan begitu." Elaknya sekali lagi. Tapi tetap saja bahasanya menjurus kesana.

Sepertinya kebohongan itu ada akhirnya juga. Dan Fairuz harus siap jika insiden kondom itu akan mengarah pada nama Hussein.
"Jadi kau ingin mengklarifikasinya? Baiklah kita selesaikan sekarang juga dengan mengatakan yang sebenarnya pada mereka."

"Bukan, bukan seperti itu. Justru aku membawamu kemari untuk menegaskan hubungan kita." Dimas berhenti sejenak, meraih kefua tangan Fairuz. "Walau diawali rumor, aku ingin kita melangkah ke jenjang selanjutnya."

Itu isyarat bukan? Jenjang selanjutnya tentu pernikahan bukan? Berarti Dimas sedang melamarnya? Oh no!!

Fairuz kelabakan sendiri. Ia belum tahu pendapat Hussein, entah setuju atau malah menentangnya. Namun ini bisa digunakan sebagai senjata untuk memojokan Hussein. Terlalu beresiko memang, tetapi sementara hanya ini yang bisa ia lakukan.

"Aku-"

"Tak perlu tergesa, pelan-pelan saja. Sampai kau benar-benar siap bersedia menikah denganku."

Tuh'kan bener!!

Dimas melamarnya tanpa basa-basi. Namun setidaknya ia melamar Fairuz. Seumur-umur ia belum pernah dilamar. Hussein tak pernah melamarnya, pria itu hanya menawarkan proposal kesepakatan demi keuntungan bersama.

"Dou you love me, Dimas?"

Dalam hatinya ia ingin berbisik, do U love me Hussein?

It's NOT One Night Stand Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang