"Syasya, kenapa kau mengajakku kemari?" Tanya Sania penasaran saat ia dan Syafia berada di lobi Ar-Rasyid Corp. Sania sedang mengikuti kegiatan ekstra kulikuler di sekolahnya yang baru saja dimulai ketika Syafia menculiknya. Ia tak sempat berpamitan kepada pembimbingnya bahkan tasnya pun masih tertinggal di ruang ekskul.
"Karena kita bagian dari perusahaan ini." Ujar Syafia sambil menyeret Sania menuju lift. Ia lantas menekan tombol lantai delapan.
"Loh. Kok lantai delapan? Mau ngapain kita?"
Syafia menutup mulut Sania. "Diam lo, anak kecil. Ikuti saja apa kata gue. Daripada waktu liburan semester lo dihabiskan mengikuti kegiatan ekskul."
"Tapi jika abi tahu, kita kena hukuman."
Syafia mengibaskan tangannya. "Tenang saja. Gue mendapat mandat dari mama Nisa." Dengan sombongnya ia menunjukan stempel perusahaan lantas dimasukan kembali ke dalam tas. Ia kemudian mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi seseorang.
"Mandat?" Sania tak dapat menerka mandat apa yang diemban Syafia yang berkaitan dengan stempel perusahaan yang Annisa Ar-Rasyid limpahkan pada putrinya. Kemudian ia memincing curiga. Seraya mencibir Sania berujar, "Bisa aja lo mengambilnya secara diam-diam."
"Ssstttt!" Dengan telunjuk kirinya yang lentik Syafia menyumpal mulut Sania. "Assalamualaikum, Paman Harun tersayang."
Mendengar Syafia sedang menelepon Harun Ar-Rasyid, udara Sania terasa begitu menyesakkan seakan isinya karbon monoksida dan nitrogen. "Abi? Lo nelepon Abi?!"
"Sssst!!!" Sekali lagi Syafia mengisyaratkan tutup mulut.
"Waalaikumsalam. Kau sudah sampai?"
"Tentu dong Paman. Seorang Syafia Malik Ar-Rasyid selalu tepat waktu. Sekarang aku dan Sania sedang menuju tempat yang mama Nisa amanatkan."
"Baiklah. Aku tak bisa berbuat apa-apa karena itu adalah teritorial wanita Ar-Rasyid. Aku hanya berdoa semoga kau tak membuat perusahaan ini bangkrut."
"Ya ampun, Paman lebay deh. Aku akan melakukan yang terbaik demi kemajuan perusahaan kita. Tak mungkin kan aku berbuat sesuatu yang merugikan perusahaan apalagi sampai membuatnya bangkrut."
"Entahlah, paman ragu. Jika berkaitan dengan dirimu apapun bisa terjadi, hal mustahil sekalipun."
"Haha Paman ini. Percayalah, Aku tidak akan mengecewakan nama Ar-Rasyid. Dan Akupun tak akan mempermalukan diri sendiri."
"Yah, semoga saja."
Syafia geli membayangkan pamannya pasrah pada keputusannya. "Doakan aku semoga menemukan pegawai yang berkompeten sesuai standar Ar-Rasyid. Wish me luck, Paman..."
Tepat dengan berakhirnya sambungan komunikasi jarak jauh, pintu lift terbuka.
"Kita ikut menyeleksi pegawai? Jangan-jangan..." Sania tahu satu hal, jika mengenai penyeleksian pegawai yang melibatkan wanita Ar-Rasyid. Ya, ada satu kebijakan yang merupakan hak preogratif wanita Ar-Rasyid.
Syafia tersenyum bangga sambil mengantongi ponsel ke kantong blazer biru gelapnya. "Benar, kita berdua akan merekrut sekretaris untuk kak Hussein."
"Kita? Bagaimana bisa? Itukan wewenang uwak Nisa dan Tante Aisyah. Ini siasat lo aja kan?"
"Ho.ho.ho. Masa sih lo ga kenal watak gue, Syafia gitu. Kita menggantikan tugas mereka." Ia menunjukkan surat kuasa.
Sania segera mengambil dan membacakannya seakan suatu kemustahilan Syafia mendapatkan surat sakti sang ibu.
"Saya yang bertandatangan dibawah ini Annisa Ar-Rasyid menyatakan memberi kuasa kepada Syafia Malik Ar-Rasyid. Yang kepadanya diberi kewenangan untuk mengambil keputusan perihal perekrutan sekretaris untuk Hussein Arief Malik Ar-Rasyid." Dibawah surat itu terdapat tanda tangan Annisa Ar-Rasyid yang dibubuhi stempel perusahaan.
"Percaya kan?"
"Busyet Sya. Ajib bener! Tapi kenapa mereka kompak tak bisa hadir. Padahalkan bisa dicancel ke lain waktu."
"Entahlah. Mungkin ini bagian dari rencana Tante Aisyah. Ku dengar gara-gara si tengil itu, Tante Aisyah dan mama harus terbang ke Jombang untuk membereskan kekacauan akibat ulahnya. Heran gue turunan dari mana sifat tengilnya itu."
"Yaelah ga ngaca gitu." Bisik Sania pada angin.
"Apa lo bilang?"
"Gue gak ngomong apa-apa. Gue males kalo harus satu sekolah sama si Dzikri. Dia itu raja bully."
* * *
Villa Ar-Rasyid Jombang, Jawa Timur ...
"Yakin, keputusan kita ini benar?"
Aisyah meneguk kopinya dengan santai. "Tenang saja. Kita pasrahkan keputusan pada Syasya."
"Tapi bagaimana jika dia justru mengacaukan agenda kita?"
"Itu tak terhindari." Ujar Aisyah santai.
Annisa hilir mudik gelisah. Selama ini ia dan Aisyah yang menentukan siapa yang akan membantu pekerjaan pria Ar-Rasyid. Seseorang yang akan menjadi sekretaris pria Ar-Rasyid haruslah seijin sesepuh wanita Ar-Rasyid. Dan mereka selektif memilih seseorang yang selama lebih dari delapan jam berada disisi Pria Ar-Rasyid. Hal ini semata-mata untuk menghindari skandal antara bos dan sekretarisnya.
"Kurasa kita harus memantau Syasya."
"Sabar kak. Kalau kakak sabar bonusnya dapat menantu idaman."
"Aisyah!"
Aisyah mendesah. Ia terpaksa berhenti menikmati kopi yang baru beberapa teguk diminumnya. "Yakin pada keputusanku, kak. Seberapapun parahnya akibat dari ulah Syasya, ia tak akan salah memilih pegawai untuk kakaknya. Percayalah pada putrimu sendiri. Intuisinya tajam dalam menilai kepribadian orang."
"Kuharap kau benar. Tapi kenapa harus Sania yang mendampinginya?"
Aisyah tersenyum. "Kita tak bisa menyuruh Sherly atau Tania, mereka menantu Ar-Rasyid. Kakak yang lebih tahu bahwa tradisi kita melarang menantu turut campur. Jadi generasi ke dua dari kitalah yang bisa melakukannya. Terlebih Sania putri dari kak Harun, yang kelak akan meneruskan tradisi kita. Jadi biarkan mereka belajar dari sekarang."
"Baiklah."
"Nah sekarang, mari kita nikmati liburan kita." Aisyah kembali meneguk kopinya. Ia membutuhkan banyak kafein sebelum menemui putra bungsunya. Ia harus dapat mempertahankan keberadaan Dzikri di pesantren jika tak ingin putranya dilempar ke Kairo mengikuti jejak pria-pria Ar-Rasyid pendahulunya.
T B C
Bogor, 10 Pebruari 2018
INONS Extra Part : Semua Bermula Dari [2]
By Shareefa VaeAkhirnya... Dzikri, hampura emak ya.
Kamu akhirnya disebut juga. Emak ga punya utang lagi.
Dzikri gak jadi dicoret dari daftar pria Ar-Rasyid kok.
#colek dzikri yang ngambek dipojokan karena cuma nongol namanya doank.Tebakannya... ternyata eh ternyata hahaha #JanganTimpukAneYe
KAMU SEDANG MEMBACA
It's NOT One Night Stand
RomansAr-Rasyid Series #First Story INONS Season 1 (end) "Aku mempunyai penawaran untukmu. Jadilah wanitaku dan kau akan mendapatkan perlindungan dan harta. Hubungan kita bukan hitam diatas putih, tapi aku akan menjamin kesejahteraan keluargamu." Fairuz...