Warning!!!
Ada yang hot-hot...
Barangkali panas, siapkan kipas.
Dan yg belum tiup lilin swit sepentin, skip aja ya.Dua tahun yang lalu...
"Aku mempunyai penawaran untukmu. Jadilah wanitaku, kau akan mendapatkan perlindungan dan harta. Hubungan kita bukan hitam diatas putih, tapi aku akan menjamin kesejahteraan keluargamu."
Kalimat itu adalah awal dimana kini Fairuz berada. Hussein hanya memberinya waktu sehari untuk mempertimbangkan tawarannya. Dan begitu Fairuz setuju, pria itu tak menunda waktu.
Fairuz dengan riasan sederhana dan berbalut gaun sederhana menghadiri ijab qabulnya. Hussein hanya memberinya waktu sehari untuk menjawab lamaran pria itu hingga ia tak sempat membeli sebuah gaun pengantin. Dan sepertinya harapan memakai gaun pengantin pun pupus sudah.
Ia duduk bersimpuh di sebuah masjid bersama Hussein yang duduk bersila, di sampingnya duduk bersila pula paman dan adik bungsunya. Sementara adik perempuannya tidak datang, menentang keputusannya. Dihadapannya duduk pula Kyai Hadi Syafi'i dan seluruh keluarga Ar-Rasyid, sesuatu yang membuatnya tercengang.
Awalnya Fairuz sempat bingung ketika acara ijab qabulnya di hadiri seluruh keluarga Hussein. Tetapi kemudian ia merasa terharu, walau pernikahannya tidak tercatat dalam catatan sipil manapun, ia dihargai dan diakui sebagai mempelai Hussein.
Kyai Hadi Syafi'i menepuk keras bahu Hussein. "Kenapa kau Menarik pria tua ini keluar pulau untuk menikahkan kalian sementara seluruh keluargamu hadir?" Pria tua itu terkekeh tahu maksud tujuan Hussein menyeretnya keluar pulau Ar-Rasyid.
"Maksudku, cukup Ayah dan Kakek Hasan saja yang menyaksikan ijab qabul ini." Hussein mendesah berat menatap dua puluh orang anggota keluarganya.
Ia belum menemukan dalang keluarnya Ar-Rasyid dari pulau hanya untuk menyaksikan ijab qabulnya. Pria itu curiga pada Si Kembar saat kemarin ia memberitahu acara hari ini pada ayahnya.
"Siap? Perlu gladi resik?"
Hussein mengangguk. "Jangan menyindir Kek. Aku sudah berpengalaman mengucapkan ijab qabul."
Dasar Pria Ar-Rasyid, kuburan istrinya masih basah langsung menikah lagi.
Kyai Hadi Syafi'i hanya terkekeh sebelum ia memulai acara ijab qabul.
"Ya Hussein Arief Malik Ar-Rasyid bin Jamaludin Malik." Kyai Hadi Syafi'i menjabat erat tangan pria itu.
"Na'am." Hussein menjawab pelan namun tegas.
"Ankahtuka wa zawwaj-tuka makhthubataka Fairuz Thaher binti Achmad Thaher bi mahri mushaf alquran wa alatil 'ibadah haalan."
"Qobiltu nikaahahaa wa tazwiijahaa bil mahri madz-kuur haalan." Lantang, tegas dengan satu tarikan nafas ia mengucapkan kalimat sakral itu.
Terdengar desahan lega orang-orang yang hadir disana dengan mengucap syukur. Kemudian Kyai Hadi Syafi'i mendoakan kebahagiaan pasangan suami istri baru itu yang diamini oleh semua orang yang hadir.
Usai ijab qabul itu, Fairuz diperkenalkan sebagai menantu Malik Ar-Rasyid. Fairuz hanya mengenal Harun Ar-Rasyid Sang pemimpin perusahaan, Jafar Ar-Rasyid mantan Bosnya sebelum Ia di promosikan menjadi Sekretaris Hussein, dan Ibnu Hassan Sang pewaris kerajaan bisnis Ar-Rasyid.
Sempat agak syok dengan lautan manusia itu. Ia hanya belum terbiasa...
* * *
Syafia keluar masjid hendak ke toilet ketika melihat sosok yang selama delapan tahun menghilang. Keluarganya bilang pria itu diasingkan ke Scandinavia.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's NOT One Night Stand
Roman d'amourAr-Rasyid Series #First Story INONS Season 1 (end) "Aku mempunyai penawaran untukmu. Jadilah wanitaku dan kau akan mendapatkan perlindungan dan harta. Hubungan kita bukan hitam diatas putih, tapi aku akan menjamin kesejahteraan keluargamu." Fairuz...