21. Legalitas Perkawinan

24.8K 1.6K 206
                                    

Babang Hussein datang untuk melegalkan hubungan sebanyak 2835 kata.
Kalau ada typo mohon koreksiannya, makasih.
Semoga terhibur yaa, yuk cekidot.

Fairuz dan Tania membawa Syafia ke kamar yang dikondisikan untuk persalinan mendadak Syafia sesuai prediksi Tante Aisyah. Mereka membaringkan Syafia dikasur yang telah dialasi seprei waterproof dan diatas lapisan kain hingga tak perlu repot membentangkan perlak anti bocor.

Syifa dan Mama Nisa datang kemudian. Syifa yang berpengalaman sebagai dokter kandungan merangkap dokter anak segera menghampiri Syafia yang terbaring. Ia dan wanita Ar-Rasyid lainnya diperbolehkan sekolah setingggi mungkin tetapi tetap pada akhirnya menjadi ibu rumah tangga dan seorang istri. Seperti halnya Syifa, keahliannya digunakan hanya untuk membantu keluarga dan penduduk pulau. Ia yang tak pernah diizinkan menjadikan keahliannya sebagai profesi, melainkan hanya untuk kegiatan sosial. Sebagai imbalannya, Ar-Rasyid memberinya fasilitas lengkap segala kecanggihan peralatan dan perlengkapan kedokteran.

"Waah Sya, anakmu jagoan kayak ibu dan bapaknya. Ini udah langsung pembukaan sembilan loh."

Syafia terkekeh diantara mulasnya, "buah gak jauh dari pohonnya dong."

"Kau jangan mengejan dulu. Jangan mengangkat pinggul juga. Jika tidak vaginamu bisa sobek parah."

"Kalaupun sampai itu terjadi, kau harus jahit dengan benar. Buat motif batik yang elegan. Awas loh kalau miss. V kesayangannya Rusli sampai jelek kyak nenek keriput." Syafia mengancamnya dengan serius.

Tania terbahak betapa sempatnya Syafia memikirkan itu. Mama Nissa gregetan, ditimpuknya tangan Syafia. "Istighfar! Baca-baca surah dan sebut asma Allah."

Belum juga Syafia sempat melakukan hal yang disuruh ibunya ia sudah menggeram kesakitan. Fairuz yang melihatnya ikutan mulas, meremas bagian bawah gaunnya yang berwarna noda darah Syafia.

Syifa menuntun Fai keluar kamar. "Fai, ini bukan tempat yang cocok untukmu. Pergilah ke tempat kak Hussein berada. Indah akan mengantarmu."

"Tapi Syi, tenagaku barangkali dibutuhkan."

"Disini sudah ada mama, Tania dan aku, cukup untuk membantu Syasya. Terlebih Tante Aisyah dalam perjalanan menuju kesini."

"Tapi Syi."

"Fai! Ingat, kau sedang hamil. Aku berkata begini karena apa yang kau saksikan nanti akan menguras emosimu. Dan mungkin secara tak sadar otot-otot rahimmu mengetat berkontraksi. Dan kau tau itu bukan hal baik. Ikuti nasihatku, Aku ini berbicara sebagai doktermu. Jadi kau mau bekerjasama?"

Fairuz mengangguk. Ia diantar Indah menuju meeting room dimana Hussein dan keluarga lain menunggu kabar dari Syafia.

* * *

Petugas KUA menghampiri Hussein yang bolak-balik bagai perempuan yang mengantri giliran ke toilet. "Permisi pak, berapa lama lagi kita akan menunggu?"

"Berisik loe! Tunggu sebentar lagi!"

Petugas itu hampir naik darah. Mentang-mentang orang kaya bukan berarti bisa membentak pegawai dengan gaji pas-pasan seperti dirinya. Ia bertanya baik-baik setidaknya balaslah dengan sopan bukannya main hardik.

"Saya bertanya begini karena di gedung yang sama keluarga Ghaffar sedang menunggu untuk akad nikah anak mereka."

Hussein sedang menggunakan otaknya dikemaluan karena sudah lebih dari seminggu merindukan belaian Fairuz. Ayahnyalah yang mengambil alih percakapan. "Silahkan Anda ke keluarga Ghaffar dulu yang memang sudah siap menikahkan anak mereka. Tak baik kami menundah kebahagiaan mereka."

It's NOT One Night Stand Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang