23. Mrs. Malik Ar-Rasyid

14.1K 1K 21
                                    

Warning! Typo bertebaran bersama dengan kemunculan Fairuz sebagai nyonya Hussein.
Part 23 mengalami beberapa perubahan terutama pada judul karena part selanjutnya adalah epilog.
Yuk baca cekidot.

===23. Mrs. Malik Ar-Rasyid===

Fairuz memasuki Ballroom Hotel sendiri karena Hussein mengambil ponsel Fairuz yang tertinggal di kamar. Suasana begitu meriah dengan nuansa warna merah dan gold. Baik staf perusahaan maupun tamu undangan diwajibkan mengenakan dresscode perpaduan warna merah dan gold. Jadi ia tak heran dengan lautan manusia yang berpakaian dominasi dua perpaduan warna yang menciptakan nuansa mewah.

Matanya berkeliling menjelajahi ruangan, para Ar-Rasyid belum semuanya berkumpul. Baru terlihat para prianya yang sedang berbincang-bincang dengan tamu-tamu penting.

Ia melihat kawan-kawannya sedang berkumpul, iapun melangkah mendekat. Mbak Niken rupanya berhasil membujuk Mas Amar untuk menemaninya. Stevani terlihat bergelanyut pada lengan Herdi. Sementara Risma terlibat percakapan seru dengan Dimas.

Fairuz tersenyum dalam hati, mungkin ia akan menyomblangi dua orang itu. Tentu saja dengan bantuan kedua temannya jika mereka setuju akan usulnya.

"Hai semua." Fairuz menyapa semuanya. Dan cipika-cipiki pada ketiga temannya. "Kalian datang sedari tadi?"

Bukannya menjawab, mereka bengong dengan penampilan Fairuz.

"Kalian kenapa?"

"W to the O to the double u. WOW pake banget loe, Fai." Stevani berseru di susul siulan Hardi dan Mas Amar. "Liat, Dimas sampai bengong liat penampilan loe."

Dimas segera menutup mulutnya seraya berdehem.

"Kamu beda banget, layaknya sosialita kalangan jetset loh." Niken tersenyum padanya.

"Iya Mba, elegan dan hot."

"Terimakasih." Fairuz tersenyum tak bisa membantah maupun merendahkan. Penampilannya memang spektakuler. Gaunnya sudah disiapkan oleh Syafia, seorang bunsui yang masih bisa menyempatkan diri mengurusi gaun wanita Ar-Rasyid. Wanita itu sendiri yang mendesain gaunnya dengan lembaran kain batik yang didesain pembatik yang dipekerjakan di pulau.

Dimas ingin membawa Fairuz menjauh untuk bisa berbicara empat mata, namun sepertinya tertunda karena Fairuz didominasi oleh teman wanitanya.

Ia sempat berbisik, ketika Fairuz dan teman-temannya hendak mengambil makanan. "Fai, kita perlu berbicara berdua."

Fairuz mengangguk, "aku juga ingin berbicara denganmu. Tapi nanti ya setelah aku mengambil beberapa cemilan. Aku lapar."

"Ku tunggu di balkon luar ya?" Tunjuk Dimas pada sisi lain ballroom yang pintunya sengaja di buka agar tamu undangan yang ingin menghirup udara segar bisa menikmati pemandangan taman.

Fairuz mengangguk kemudian menyusul teman-temannya yang sudah menuju meja prasmanan yang menghidangkan berbagai jenia makanan. Ia mengambil sepotong red velvet dan brownies almond pada piring kecil kemudian ia mengambil orange juice sebagai minumannya.

Ia menatap bagian depan yang berhadapan dengan mimbar, telah disediakan kursi dan meja yang dikhususkan tamu undangan dan para petinggi Ar-Rasyid. Kebanyakan tempat itu belum terisi mengingat acara belum dimulai. Biasanya para Ar-Rasyid lebih suka berdiri berbincang-bincang sebentar dengan para tamu sekedar basa-basi sebelum menempati kursinya.

Ia menengok memutar kepalanya mencari sosok Hussein. Di lihatnya suaminya itu begitu serius berdiskusi dengan salah satu pria dari keluarga Ghaffar. Iapun tak berani mendekat, biarlah ia sementara waktu tanpa ponselnya.

It's NOT One Night Stand Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang