Semua bermula dari...
Perusahaan Ar-Rasyid Corp. begitu kokoh berdiri menjulang. Pusat dari anak cabang perusahaan yang tersebar di penjuru bumi dan pemegang hak lisensi merk dagang perusahaan otomotif GHAZ.
Dua hari yang lalu dia mendapatkan balasan atas lamaran pekerjaan sebagai sekretaris di perusahaan besar itu setelah dia berhasil melewati tiga tahapan seleksi yang begitu ketat. Awalnya dia ragu mengingat saingannya yang mendaftar sebagai sekretaris adalah almamater sekolah sekretaris luar yang tentu lebih bergengsi dibanding dirinya. Penampilan merekapun sangat jauh diatas dirinya yang hanya lulusan sekolah sekretaris lokal.
Dan kini dia berada di lobi perusahaan untuk tahap terakhir yaitu wawancara dengan calon bosnya. Dia yang akan menentukan siapa yang akan menjadi bawahannya.
"Ada yang bisa saya bantu Mba?" Ujar seorang satpam menanyai dirinya yang bengong berdiri di lobi perusahaan.
"Saya mau tes wawancara." Fairuz melihat tanda pengenal pria berbadan gempal berkumis tebal namun ramah itu. "Pak Yanto bisa membantu saya?"
"Oh kandidat sekretaris. Silahkan nona ke bagian resepsionis untuk mendapatkan kartu pengenal dan kartu tes. Lantas nanti naik menuju lantai sepuluh. Sudah ada empat kandidat lainnya. Semoga nona beruntung."
Fairuz tersenyum cerah. "Terimakasih."
Dalam perjalanan menuju lift, Fairuz mendapat chat dari sahabatnya.
● Fai, urungkan niat lo!
● gw tau lo hari ini wawancara
● tapi pliz batalkan rencana lo
● calon boz lo itu danger!
● gw khawatir lo ga betah.Fairuz tersenyum, betapa perhatiannya sahabatnya itu.
®bukannya lo sendiri
®yg nawarin kerjaan ini ke gw?●gw baru tau kalo lo bukan
●calon sekretaris pak Jafar.
●tempat itu ternyata udah diisi ama sekretaris
yg tadinya resign.
●tadinya gw nawarin kerjaan ini karena alasan itu.®gw butuh bgt kerjaan Van.
®jadi gw bkal tahan banting
®sgalak apapun boz gw nanti
®gw udah tahap akhir Vani,
®gw ga bkal mundur!●baiklah klo itu mau lo.
●gw doain lo berhasil.
●good luck!®Thanks Van.
Fairuz mematikan ponselnya. Ia tak mau ada gangguan saat wawancara penentu nanti. Ia sedang menunggu lift ketika ada seorang pria tinggi besar menjulang tiba-tiba berdiri disisinya. Fairuz terpesona menatap wajah keturunan timur tengah itu. Sebuah telepon berdering menyentakan lamunannya. Tiba-tiba pria itu meletakan tas ditangannya ke arah badan Fairuz.
"Pegang!" Suara tegas itu mau tak mau diturutinya.
Pria itu mengambil ponsel di saku kemejanya. "Ya halo? Ada apa?" Pria itu mendengarkan seseorang berbicara di seberang telepon.
Ketika pintu lift terbuka, dan orang-orang dari dalam lift berhamburan sambil menundukan wajah dan sedikit membungkuk. Pria itu menuju lift sambil mendorong Fairuz. Ia menekan tombol sepuluh sambil mendengarkan seseorang yang berbicara.
"Hem aku mengerti! Apa kau bilang?!" Suara pria itu meninggi. "Bekerja begitu saja tidak becus! Pecat mandor itu! Cari pengganti lain yang lebih kompeten! Aku tak mau mendengar keluhan lagi atau kau yang aku pecat!"
Fairuz mengelus dada mendengar nada keras suara itu. Dia galak sekali, hobinya main pecat karyawan. Semoga ga dapet bos macam begini.
"Kemarikan tasnya."
Fai dengan agak gentar memindah tangankan tas itu.
"Siapa kau?" Pria itu menatapnya dari ujung rambut sampai ujung kaki. "Aku belum pernah melihatmu."
"Saya hendak tes wawancara sebagai sekretaris baru."
"Perusahaan ini adalah perusahaan besar. Kami membutuhkan karyawan yang jujur, disiplin dan terutama bermental baja."
"Saya siap pak!"
"Tapi aku tak yakin dengan tampangmu yang terlihat lemah itu." Bukan hanya ucapannya, matanya pun menyiratkan betapa dia meragukan potensi Fairuz.
Merasa ditantang, mata Fairuz membara. "Dont judge a book by its cover."
Pria itu tersenyum. "Menarik, kita lihat bagaimana kinerjamu."
Fairuz bukannya melayang melihat senyum pria itu namun seketika bulu kuduknya merinding seakan firasatnya memperingatkan bahwa apa yang akan dijalaninya kedepan akan penuh rintangan.
"Oh ya, siapa namamu?"
"Fairuz Thaher."
Pria itu mengulurkan tangan menjabat erat. "Hussein Arief Malik Ar-Rasyid."
Keduanya tak tahu bahwa kontak fisik pertama mereka bagai sebuah tali segel pengikat. Yang kelak sebagai pembuka takdir yang telah tergariskan sejak keduanya dilahirkan.
Walau nantinya akan ada banyak rintangan yang berusaha memutuskan tali takdir. Namun apa yang telah diikat dengan restu Tuhan tak akan terputus oleh siapapun. Bahkan benda tajam apapun tak akan bisa memutuskannya. Kecuali jika Tuhan berkehendak...
T B C
Bogor, 14 Maret 2017
©2017 by Shareefa VaeAslinya cuma segini.
Aku kembangin lagi jadi beberapa extra part.
Tentang asal mula Fai ketemu Hussein dan bagaimana ia yang cuma lulusan sekolah sekretaris lokal bisa bekerja di Ar-Rasyid Corp.Hayulah tebak-tebakan iseng tak berhadiah. Buat rame-rame aja.
"Siapa yang mewawancarai Fai dan memutuskan ia bekerja sebagai sekretaris Hussein?"
Yuk, jawabannya ada di extra part selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's NOT One Night Stand
RomanceAr-Rasyid Series #First Story INONS Season 1 (end) "Aku mempunyai penawaran untukmu. Jadilah wanitaku dan kau akan mendapatkan perlindungan dan harta. Hubungan kita bukan hitam diatas putih, tapi aku akan menjamin kesejahteraan keluargamu." Fairuz...