Bukan hanya dua hati yang mulai terlibat, satu hati lagi menyusup menebarkan perangkap
Hari ini tidak biasanya Zaki datang pagi-pagi sekali. Berjalan kaki dari rumah dengan langkah riang. Sejak semalam dia sudah mempersiapkan diri untuk ujian Fisika hari ini. Satu hal yang dulu tidak pernah dilakukannya. Dulu, Zaki hanya mengandalkan ingatan dan pemahamannya saat guru menerangkan pelajaran. Dia tidak pernah berlatih mengerjakan soal. Toh nilainya tetap lumayan. Rata-rata tujuh untuk pelajaran eksakta. Tapi mulai hari ini Zaki ingin berubah. Dia ingin mencapai nilai sempurna. Dia ingin membuat mamanya bangga dan yakin bahwa dia anak yang bisa diandalkan.
Zaki tertegun ketika langkahnya sampai di ambang pintu kelas yang terbuka lebar. Dia melihat sudah ada Neo duduk di kursinya, tekun membaca buku dan menulis sesuatu dengan tangan kirinya.
Pagi-pagi udah nongol aja dia. Kirain gue paling dulu, batin Zaki.
Neo mengangkat wajah saat menyadari ada seseorang yang masuk ke kelas, ada bias rasa kecewa di wajahnya saat tahu orang itu adalah Zaki. Tapi dia tetap tersenyum. Zaki balas tersenyum tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Dengan langkah cepat menuju kursinya di deret paling belakang. Mengeluarkan buku Fisika dan berlatih lagi menyelesaikan beberapa soal.
Trinity datang lebih pagi dengan perasaan senang penuh semangat. Walau tubuhnya sedikit pegal akibat latihan karate kemarin. Menjelang memasuki kelas dia memasang senyum karena tahu Neo pasti sudah datang lebih dulu. Satu langkah melewati pintu, kakinya berhenti. Pemandangan tak biasa membuatnya tersentak. Selain Neo, Zaki juga sudah ada di kelas sedang tekun menulis sesuatu! Benar-benar pemandangan langka. Biasanya cowok itu datang beberapa detik sebelum bel masuk berbunyi, rombongan bersama gengnya. Ada apa dengan Zaki hingga dia melakukan hal tak biasanya?
Trinity baru sadar dari lamunannya saat bahunya terdorong seseorang yang menerobos masuk kelas melewatinya. Kening Trinity berkernyit. Reyana juga datang pagi-pagi. Dia menghela napas lega. Kehadiran Reyana menyelamatkannya dari perasaan canggung berada di kelas hanya bersama Neo dan Zaki.
Neo sudah memandanginya sejak tadi. Tersenyum saat Trinity melangkah melewatinya. Trinity membalas senyum itu.
"Pagi, Senpai," sapa Trinity, tapi dia tak menunggu Neo menyahut, terus melangkah menuju kursinya. Meninggalkan Neo yang tersentak dan tersenyum semakin lebar.
"Tumben lo datang pagi, Re!" kata Trinity begitu dia duduk di kursinya.
"Iyalah. Kan mau ada ulangan," sahut Reyana tanpa menoleh pada Trinity, langsung sibuk mengeluarkan buku dari tasnya. Setelah buku Fisika dan peralatan tulisnya tertata rapi di meja, baru dia menoleh pada Trinity. Memandangi teman sebangkunya itu lama, hingga Trinity menoleh karena sadar sedang dipandangi.
"Elo mau nggak, bantu gue jelasin beberapa rumus yang bakal diuji hari ini? Gue masih belum paham," kata Reyana.
Trinity mengangkat alis, lalu terbentuk senyum lebar di wajahnya. Dia senang sekali mendengar permintaan Reyana. Ini artinya gadis itu sudah memaafkannya dan memutuskan berbaikan dengannya.
"Boleh aja. Mana yang mau lo tanyain?" sahut Trinity.
Kemudian dia tenggelam dalam kesibukan menjelaskan pada Reyana dengan cara yang mudah dipahami, hingga sampai waktunya ujian.
Lagi-lagi Zaki membuat Trinity terkejut saat cowok itu menjadi yang pertama selesai mengerjakan soal. Apakah Zaki benar-benar mampu menjawab semua soal? Tumben sekali, biasanya Neo selalu menjadi yang pertama.
Perubahan Zaki terus berlanjut di hari-hari berikutnya. Diam-diam menarik perhatian Trinity. Cowok itu berhenti mendekati Maudy. Bahkan Zaki tak peduli saat Maudy datang ke kelasnya di jam istirahat untuk menemui Cecil. Saat teman-teman satu gengnya memberitahu Zaki, cowok itu hanya melirik sekilas, lalu kembali fokus pada buku yang dibacanya. Ya, akhir-akhir ini Trinity semakin sering melihat Zaki sedang membaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Listen To My Heartbeat [Sudah Terbit]
Fiksi Remaja"Nggak boleh ya, suka kamu dan dia?" By Arumi E. #3 in Teen Fiction (21/2/17) #3 in Teen Fiction (02/3/17) #3 in Teen Fiction (06/5/17) #3 in Teen Fiction (09/5/17) Kamu tahu, jantungku tidak sembarangan berdetak, dia cenderung lebih cepat, tiap kal...