5. Dua Perhatian

112K 7.3K 384
                                    

Perlahan saling mengenal, perhatian tumbuh samar-samar

"Lo ngapain larinya nyamain kecepatan gue?" tanya Trinity, mendelik pada Zaki yang mengiringi laju larinya.

Putaran pertama ujian lari jarak menengah ini sudah separuh jalan. Bobby, Devan, Jorgi dan Ilham sudah melesat ke depan. Sekarang bahkan sudah tidak terlihat lagi. Trinity tertinggal jauh, karena dia memang tidak bisa berlari cepat. Tapi Zaki, cowok itu berlari dengan kecepatan yang sama dengan Trinity, hingga posisi mereka bersisian.

"Nemenin lo,"jawab Zaki santai.

Mata Trinity menyipit heran. "Buat apa?"

"Yaah, biar lo nggak sendirian."

Trinity memandangi Zaki semakin tajam, cowok itu menoleh, lalu menyeringai lebar.

"Gue nggak sendirian, ada Pak Sam di belakang," bantah Trinity.

"Nah, itu justru harus diwaspadai. Masa elo cuma berdua Pak Sam. Makanya gue pelanin lari gue, supaya lo nggak cuma berdua."

"Ih, lo curiga sama Pak Sam gitu?"

"Bukan curiga, cuma waspada. Boleh dong?"

"Tumben, cowok kayak lo, peduli sama cewek kayak gue."

Zaki tergelak, membuat Trinity menoleh dan mendengus sebal di sela-sela napasnya yang tersengal.

"Gue heran, elo hobi banget sih bilang, cowok kayak lo ... cewek kayak gue ... memangnya apa bedanya kita selain beda jenis kelamin? Apa elo merasa level kita beda gitu?"

"Zaki! Omongan lo nggak sopan banget sih! Sana gih, lari duluan. Gue nggak butuh perhatian lo!" sergah Trinity terpancing emosi.

"Lho, omongan gue yang mana yang nggak sopan?"

Trinity mengatupkan mulutnya, mempercepat larinya, tapi tak bertahan lama, dia melambat dan semakin tersengal-sengal.

"Lari jarak jauh itu nggak usah cepat-cepat, yang penting konstan lari terus. Nyicil pengeluaran energi," kata Zaki yang sudah berada di samping Trinity lagi.

Trinity masih diam, memandang lurus ke depan.

"Pertanyaan gue belum lo jawab, maksud lo apa sih, cowok kayak gue gimana?"

Trinity mendengus, lalu menoleh dan melotot.

"Cowok kayak lo kan biasanya cuma peduli sama cewek-cewek populer di sekolah, yang cantik-cantik, yang banyak fans, yang bikin lo tertantang bisa menaklukkan mereka. Gue kan nggak penting buat lo!" jawab Trinity ketus, lalu kembali fokus menghadap ke depan.

Zaki memandanginya, lalu tergelak. Trinity sudah tak mau peduli.

"Gue nemenin elo lari, bukan karena gue peduli, apalagi tertarik. Gue cuma kasihan. Sebagai cowok gentleman, gue harus dong menjaga keselamatan seorang cewek siapa pun itu. Cewek kayak lo sekali pun."

Trinity mulai meradang, dia hampir saja menyahut, tapi urung saat didengarnya suara Pak Sam berteriak.

"Hei, kalian! Jangan ngobrol saja! Ayo, serius dong selesaikan ujian kalian ini. Kalian mau, nanti nggak sempat istirahat?"

Trinity memberengut, lalu menatap ke depan, tidak menoleh lagi. Tak memedulikan Zaki yang masih setia berlari di sisinya. Setia? Ugh, cowok itu malah membuat Trinity merasa terganggu.

Sesampai di jalan depan sekolah, Trinity tersentak melihat banyak siswa-siswi yang berjajar, seolah menunggu dia lewat. Beberapa adalah teman sekelasnya, tapi banyak juga yang beda kelas. Mendadak Trinity merasa was-was. Apa yang akan mereka lakukan? Meneriakinya?

Listen To My Heartbeat [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang