Extra Part Zaki-Trinity

25.6K 1.5K 224
                                    

Dua bulan sudah Zaki merasakan menjadi mahasiswa kedokteran. Sejak awal dia sadar, kuliah kedokteran tidak mudah. Tapi saat ini dia masih bisa agak santai di akhir pekan. Besok pagi dia berencana ke Bogor menjemput Trinity. Kekasihnya itu malam ini menginap di tempat Shania sahabatnya yang kuliah di IPB. Tadi pagi Shania yang datang ke tempat kos Trinity, lalu sorenya Trinity ikut ke Bogor bersama Shania.

Awal-awal kuliah seperti sekarang, mereka masih punya waktu bertemu sahabat semasa SMA yang kuliah di kampus masih lingkungan Jabodetabek (Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi).

Ponsel Zaki berbunyi, tanda ada pesan WhatsApp masuk. Zaki meraih ponselnya, melihat nama Devan muncul.

Zak, besok lo ga ke mana-mana kan? Gue pengen ke tempat kos lo.

Bergegas Zaki membalas.

Sama siapa?

Sendirian. Bobby, Jorgi, Ilham lagi ga bisa ikut.

Besok gue mau ke Bogor jemput Trinity.

Oh, bagus tuh. Gue ikut ke Bogor juga deh. Gue bawa mobil, Zak.

Wah oke banget, Van. Kalo bisa maksimal jam 8 lo udah sampe.

Oke. Jam setengah 6 gue berangkat.

Zaki tersenyum senang, besok dia lebih mudah menuju Bogor. Selain itu bisa bertemu dengan sahabat SMA-nya itu setelah berminggu-minggu tak bertemu.

Esok harinya, tepat pukul setengah delapan, mobil Devan sampai di depan tempat kos Zaki. Dia segera menelepon Zaki memberitahu. Tak lama sahabatnya itu keluar dari tempat kosnya langsung menuju mobil Devan. Mereka akan langsung berangkat menuju Bogor.

"Keren lo, Van. Pagi-pagi udah sampe," kata Zaki setelah duduk di samping Devan.

"Berangkat pagi lebih enak. Jalanan agak lancar," sahut Devan.

"Tumben lo pengen ketemu gue. Ada apa emang? Kangen?" sindir Zaki.

Devan tergelak. "Pengen aja ketemu dan ngobrol sama lo. Emang nggak boleh?" balasnya.

"Boleh aja. Cuma tumben."

Devan kembali tertawa. "Gue kan udah sering ketemu Bobby, Jorgi dan Ilham. Mereka pada kuliah di Jakarta, gampang janjian kumpul-kumpul. Sama lo kan udah lama nggak ketemu."

"Udah jago masak apa aja lo?"

"Resep pastry, segala macam menu pasta. Tapi mami gue bilang sih paling enak seblak makaroni keju mozzarela bikinan gue."

"Ah, lo ngomongin makanan gue jadi laper."

"Lo tadi yang nanya. Lo belum sarapan?"

"Cuma minum minuman sereal."

"Samalah. Gue juga tadi cuma sempet minum minuman sereal. Ngomong-ngomong, kita ke Bogor bagian mana nih? Kampus IPB?"

"Bukan, rumah neneknya Shania. Neneknya tinggal di Bogor. Memang nggak terlalu jauh dari IPB. Jadi, Shania nggak usah ngekos."

"Shania? Yang mana ya?"

"Sahabatnya Trinity."

"Oh, gue nggak begitu merhatiin. Lo tuh, pacar yang baik ya. Mau jemput Trinity."

"Iya dong."

"Enak ya punya pacar?"

Zaki menoleh. "Lo nanya atau nyindir?"

"Nanya lah."

"Trinity bikin gue semangat belajar serius sampe gue beneran jadi dokter. Lo gimana, Van? Udah ada lagi cewek yang lo deketin? Di jurusan lo pasti banyak cewek."

Listen To My Heartbeat [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang