11. Perhatian-Perhatian Kecil

116K 6.2K 361
                                    

Kamu menebarkan kepedulian, membuatku merasa tak sendirian

Hari ini Trinity datang ke sekolah dengan perasaan lebih baik dari kemarin. Walau pun mulai hari ini selama seminggu ke depan, dia harus menjalani hukuman menyapu halaman sekolah hingga bersih bersama Zaki, Bobby, Jorgi, Devan dan Ilham setelah jam belajar berakhir. Baginya itu tidak masalah, yang penting perasaannya kini menjadi lega. Mengakui kesalahan benar-benar membuat hidupnya terasa lebih ringan.

Memasuki kelas, Neo sudah datang seperti biasa. Mata mereka saling tatap. Tidak seperti dulu, kini Trinity berani tersenyum pada cowok itu. Neo balas tersenyum, sikap dinginnya terlihat mulai mencair.

"Pagi, Neo!" sapa Trinity saat melewati cowok itu, Neo mengangkat alis, tapi Trinity tidak menunggunya menjawab. Gadis itu terus berjalan menuju kursinya. Mata Neo mengikuti hingga kepalanya menoleh ke belakang, lalu buru-buru kembali menghadap ke depan saat mendadak Trinity mengangkat wajah hampir melihatnya.

Neo tersenyum, pagi ini dia senang. Belum pernah dia datang ke sekolah dengan perasaan antusias melebihi biasa.

Zaki muncul bersama gengnya. Melewati Trinity begitu saja, tanpa menoleh sedikit pun, padahal kemarin mereka makan siang bareng. Cowok itu langsung duduk di kursinya kemudian ribut mengobrol dengan teman-temannya.

Reyana datang menjelang detik-detik bel masuk berbunyi. Masih mogok bicara pada Trinity. Hingga waktu istirahat, gadis itu tetap mengabaikan Trinity. Meninggalkan Trinity begitu bel berhenti berbunyi, memilih pergi bersama rombongannya juga.

Semua penghuni kelas ini pergi berkelompok. Kecuali Neo dan Trinity. Keduanya masih duduk di kursi masing-masing setelah semua anak keluar.

Trinity memandangi Neo yang masih duduk di kursinya. Menyadari dia tak jauh berbeda dengan cowok itu. Sama-sama tidak punya teman dekat di kelas ini. Apesnya, hari ini sahabatnya Shania tidak masuk. Lengkap sudah, Trinity tak punya teman makan bareng di kantin.

Lalu apa yang akan dilakukannya sekarang? Mengajak Neo ke kantin? Kenapa cowok itu belum keluar kelas? Apa dia tidak berniat ke kantin? Pertanyaan-pertanyaan itu memenuhi kepala Trinity saat akhirnya dia berdiri lalu melangkah hendak keluar kelas. Tepat ketika dia berada di samping Neo, cowok itu baru bangkit dari duduknya.

"Eh, nggak makan siang?" tanya Trinity menghalau rasa gugup yang mendadak muncul.

"Ini baru mau."

"Ehem. Nungguin gue lagi ya? Mau nraktir lagi?" tanya Trinity, kali ini dia memberanikan diri mencandai Neo. Cowok itu hanya menyipitkan matanya, membuat Trinity semakin salah tingkah, menahan malu ucapannya tidak membuat Neo tersenyum.

"Gue bercanda kok," ucapnya sambil mengibaskan tangan kanannya lalu lanjut berjalan keluar kelas mendahului Neo. Namun diam-diam berharap Neo segera menyusulnya, lalu mengajaknya berbincang. Sengaja dia melambatkan langkah. Tapi yang diharapkannya tidak terjadi. Aneh sekali. Setelah kemarin Neo super ramah dan penuh perhatian, sekarang cowok itu kembali ke zona nyamannya. Menjadi gunung es. Penasaran, perlahan Trinity menoleh, terkejut mendapati Neo sedang berjalan di belakangnya sambil memandanginya. Buru-buru dia memalingkan wajah kembali ke depan.

How creepy! Trinity merinding.

Kenapa sih, Neo nggak bertingkah normal aja kayak anak lain? pikirnya.

Dia membayangkan Zaki yang kemarin menjajari langkahnya kemudian langsung meledeknya. Zaki yang bersikap normal selayaknya teman yang sudah saling kenal walau tidak menanggalkan gaya tengilnya.

Oh iya, gue baru ingat, Neo kan pernah bilang dia nggak normal, batin Trinity, meringis mengingat pengakuan Neo beberapa hari lalu.

Neo memang selalu bersikap berbeda dengan cowok-cowok lain di sekolah ini. Tetap bersikap elegan dan menjaga jarak. Itulah yang dia sebut tidak normal, sikap yang tidak biasa. Trinity memutuskan berhenti, kali ini dia ingin melakukan tindakan berani. Ingin tahu bagaimana reaksi Neo. Dia membalikkan tubuh, membuat Neo yang tepat berada di belakangnya tersentak, buru-buru berhenti.

Listen To My Heartbeat [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang