18. Gosip

90.5K 5K 171
                                    

Gosip bagai api yang bisa menyambar cepat, kemudian menghancurkan segalanya.

Sisa hari itu, Neo hanya berdua dengan Estela di rumah. Ibunya mengabarkan baru akan pulang lewat tengah malam. Ada syuting suatu acara live yang menjadi tanggungjawab ibunya.

Neo masih sedikit bicara. Walau dia terpaksa menemani Estela di ruang keluarga. Menjawab pertanyaan-pertanyaan soal sejauh mana pelajaran di sekolah barunya nanti. Hingga kemudian pukul setengah tujuh, Estela menawarkan diri memasak makan malam.

"Biasanya, siapa yang memasak di rumah ini?" tanyanya sambil mengecek isi lemari pendingin.

"Aku memasak makan siang dan makan malamku sendiri. Kalau ada ibu, ibu yang memasak," jawab Neo.

"Kamu bisa memasak?"

"Bisa karena harus. Aku terlatih hidup mandiri."

"Bu Ida itu, dia nggak bantuin masak?"

"Itu bukan tugas utamanya. Tapi kadang-kadang, kalau Bu Ida sedang baik hati dan pekerjaan lainnya nggak banyak, dia membantu memasakkan sesuatu. Masakannya lumayan enak."

"Kamu biasanya masak apa?" tanya Estela lagi. Dia sudah mengeluarkan wortel, brokoli, paprika, sosis. Dia tersenyum senang saat menemukan udang di freezer.

"Apa saja yang mudah. Nasi goreng, telor ceplok, mi goreng." Neo mendekati Estela, memandangi bahan-bahan yang berhasil ditemukan gadis itu di lemari pendingin.

"Kamu mau memasak apa? Makanan Spanyol?" tanyanya.

"Aku mau buat Paella. Tapi kutambah dengan sayuran. Di mana kamu menyimpan beras?" jawab Estela.

"Paella? Itu sama saja dengan nasi goreng kalau di Indonesia."

"Beda dong. Ini kan nggak digoreng. Dimasak dengan rice cooker supaya cepat. Lagian, ini gadis Spanyol yang membuatnya."

"Sekarang kamu mengaku jadi gadis Spanyol lagi? Kemarin kamu bilang senang bisa jadi gadis Indonesia."

"Aku bisa jadi gadis Spanyol, bisa jadi gadis Indonesia, sesuai kebutuhan."

Neo memperhatikan Estela sibuk mencincang sosis, paprika, wortel, brokoli, mengupas udang. Dia hanya membantu memberikan bumbu-bumbu masak yang dibutuhkan gadis itu. Bubuk kunyit untuk memberi warna kuning, bawang putih, kaldu bubuk. Semua bahan di masukkan ke dalam rice cooker. Ditambah air dan kaldu. Paella adalah makanan khas Spanyol yang memakai bahan dasar beras, dicampur bumbu dan bahan apa saja, sayuran, seafood atau daging. Mungkin mirip nasi liwet kalau di Indonesia.

Sambil menunggu masakan itu matang, Estela dan Neo kembali ke ruang keluarga.

"Aku bertanya-tanya, saat aku belum tinggal di sini, dan ibumu belum pulang, apa yang kamu lakukan sendirian di rumah? Apa kamu nggak kesepian? Nggak merasa bosan?" tanya Estela setelah dia mengempaskan tubuhnya di sofa yang empuk, Neo duduk di sebelahnya.

"Aku ... bisa melakukan apa saja. Belajar, berlatih biola, membaca buku, menonton film," jawab Neo.

Estela menghela napas.

"Aku bisa membayangkan betapa sepinya sendirian. Aku juga merasakannya kemarin setelah ..." Estela tidak melanjutkan kata-katanya.

Neo memandangi gadis itu. "Boleh aku bertanya?" katanya.

"Silakan," jawab Estela, sambil balas memandang Neo.

"Apa kamu nggak merasa sedih? Maksudku, aku melihatmu begitu tenang. Padahal kamu kehilangan orang paling penting dalam hidupmu."

Estela tersenyum miris. "Masa-masa sedihku sudah terkuras di dua minggu setelah mamaku nggak ada. Aku merasa lemas lunglai, nggak punya siapa-siapa lagi. Kamu tahu, ada Tante dan dua Om adik-adik mama. Tapi mereka tinggal di Madrid. Aku nggak akrab dengan mereka. Lalu Om Hadi datang. Menanyakan apa yang aku inginkan sekarang. Dan ... aku ingat kamu."

Neo tersentak, matanya sedikit membesar. "Kamu ingat aku?" tanyanya heran.

Estela mengangguk. "Aku kan pernah bilang menyukaimu, delapan tahun lalu, sebelum aku pergi ke Spanyol. Kukatakan bakal sedih nggak bisa ketemu kamu lagi. Saat aku nggak punya siapa-siapa lagi, orang yang paling ingin aku temui adalah kamu. Karena itu aku bilang ke Om Hadi, apa bisa aku tinggal bersamamu? Ayahmu sudah menjadi ayahku. Biar gimana, kita kerabat walau nggak punya hubungan darah."

"Jadi, kamu memilih tinggal bersamaku daripada dengan Tante dan Om kamu, walau mereka saudara dekatmu?"

"Aku kangen kamu, Neo. Aku ingat saat kita dulu sering bersama. Aku senang tiap kali kamu datang ke rumahku dan ikut berlibur bersama kami. Aku pingin merasakan itu lagi. Karena itu aku memilih tinggal di sini. Dan Om Hadi membantuku mewujudkan keinginanku itu. Selain itu ... aku lebih suka Jakarta daripada Barcelona."

"Serius? Jakarta lebih nyaman dari Barcelona?"

Estela tersenyum. "Aku lebih suka di Jakarta karena di kota ini ada kamu."

Neo tak menyahut lagi. Dia malah memalingkan wajah, meraih sebuah majalah di rak bawah meja, lalu menyibukkan diri membacanya. Dia mulai merasa tak nyaman dengan arah pembicaraan Estela, membuatnya canggung tak tahu harus berkata apa.

Kemudian dia terselamatkan dari perasaan tak enak lebih lama, saat Estela mengatakan masakannya sudah matang. Neo mengakui, kehadiran Estela memang membuat rumah ini tidak lagi sepi. Dan dia tak menyangka ternyata Estela cukup mahir memasak. Paella buatannya lumayan enak.


Buat yang kangen Zaki 😉

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Buat yang kangen Zaki 😉

**=========================**

Selamat Kamis.

Ada yang udah nggak sabar nungguin gimana perasaan Trinity setelah tahu apa yang dilihat Reyana kemarin?

Ada yang udah kangen sama Zaki?

Semuanya terjawab di sini. Kali ini lumayan panjang kan? Tungguin lanjutannya yaaa ... bakal makin seruuuu saat akhirnya nanti Trinity dan Zaki ketemu Estela. Apa yang akan terjadi pada mereka?

Duh, jadi deg-deg an. Apakah yang tim Zaki masih setia sama Zaki? Dan tim Neo masih setia sama Neo? Atau mulai berubah nih?

Mm ... kok aku jadi kangen Zaki yaa... semoga aja Senin besok Zakinya lebih banyak ;)

Makasih buat teman-teman yang sudah baca, komen dan vote. Semangat terus ya membacanya, supaya aku juga semangat terus nulisnya.

Salam hangat,

Arumi

Listen To My Heartbeat [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang