Extra Part Devan - Shania

24.4K 1.2K 145
                                    

Shan, Devan udah WA lo?

Kening Shania berkernyit membaca pesan dari Trinity itu. Anehnya, jantungnya berdebar saat membaca nama Devan.

Ga ada pesan dari dia. Emang dia mau ngapain?

Devan belum hubungin lo? Ih, kok belum sih.

Kenapa sih Trin? Emang ada apa sama Devan?

Shania berusaha tetap santai walau sebenarnya dia sangat penasaran dan merasa dag dig dug.

Kemarin Devan minta nomor hp lo.

DEGG! Jawaban Trinity itu membuat jantung Shania semakin berdebar.

Aneh, selama tiga tahun belajar di sekolah yang sama dengan Devan, Shania tidak pernah memperhatikan cowok itu. Tapi bertemu Devan di rumah neneknya kemarin saat cowok itu mengantar Zaki menjemput Trinity meninggalkan kesan yang berbeda.

Shania berkesempatan mengenal Devan lebih dekat dan membuatnya tercengang. Cowok yang selama sekolah dulu dia anggap hanya teman satu geng Zaki yang dikenal beberapa kali terlibat tawuran.

Shania teringat kembali momen lucu saat dia menemani Devan ke pasar hari minggu kemarin. Cowok itu ternyata fasih berbahasa Sunda saat bicara dengan penjual di pasar. Sikap mudah akrabnya membuat penjual senang dan memberinya diskon. Super sekali.

Cowok itu juga tahu semua bumbu-bumbu dapur. Tampak tidak canggung saat diledek penjual karena terlihat lebih paham bumbu dibanding Shania yang perempuan.

"Punten atuh Kang, ini teh, istri atau calon istri?" tanya salah seorang penjual saat melayani Devan sambil mengalihkan pandangan ke Shania yang sejak tadi diam di samping Devan, selama cowok itu sibuk memilih-milih bahan makanan yang dia beli.

Shania hampir tersedak mendengarnya. Devan tersenyum geli.

"Neng ini? Ini mah majikan saya atuh. Saya cuma tukang masaknya," jawab Devan.

Ibu penjual itu memicingkan mata tampak tak percaya.

"Masa cuma tukang masaknya? Si akang kan kasep pisan, iya Neng?"

Shania hanya bisa tersenyum menahan rasa tersipu.

"Enengnya juga cantik. Panteslah kalau jadi suami istri sama akangnya," lanjut ibu penjual itu.

Ya Tuhan, rasanya Shania mau pingsan saking malunya. Devan hanya tersenyum lalu melirik sekilas pada Shania.

"Biasanya gue ke pasar sendirian. Baru kali ini ditemenin cewek. Sori ya, lo jadi dikira istri gue," kata Devan setelah selesai belanja semua bahan yang dibutuhkannya dan mereka berjalan menuju parkiran motor.

"Ibu penjualnya lucu. Lagian nggak liat kita masih muda apa? Masa kita dituduh suami istri," sahut Shania.

Devan tergelak.

"Di sini masih banyak kan orang yang nikah muda. Berarti tampang lo udah pantes nikah, Shan," katanya.

"Ih, lo juga dong berarti?" balas Shania.

Devan hanya nyengir.

"Tapi lo bener juga, ibu penjualnya lucu," katanya, lalu mengenakan helm masih sambil tersenyum geli.

Shania senyum-senyum sendiri mengingat kejadian itu. Dia belum sempat menceritakannya pada Trinity.

Shan, kok lo ga jawab pesan gue sih?

Trinity mengirim pesan lagi.

Lo pengen gue jawab apa?

Apa kek. Lo ga heran atau seneng gitu,  Devan minta nomor hp lo.

Listen To My Heartbeat [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang