19--[yours]--

1.8K 167 4
                                    

"Tenanglah, kau tidak akan lagi merasakan kejamnya takdir mempermainkanmu. Karna kau memiliki aku."
.
.
.
.
.
.
.

.

Lihatlah bagaimana penampilan Baekhyun beberapa hari terakhir ini. Rambut berantakan, mata sayu, sorot keputus asaan dapat terlihat memancar dimatanya. Sudah seminggu ini, ia mencari keberadaan Taeyeon. Hasilnya sama sekali tak membantu apapun. Baekhyun sudah meminta pertolongan pada Kai dan juga Chanyeol. Tetapi, merekapun tidak menemukan gadis itu.

"Sebenarnya kau dimana ?" Jarinya mencari nomor kontak. Lalu memencet pilihan dial. Nomor yang ia telfon berkali-kali selama 2 hari ini.

Baekhyun membulatkan matanya seketika saat panggilan itu terjawab. Tak ada suara disebrang sana.

"Tae-taeyeon-ah," Baekhyun berucap pelan dengan bibir bergetar. "Ne ?"

Suara itu. Suara yang sangat ia rindukan.

"Kau dimana ?" Selama beberapa saat hening diantara mereka berdua. "Taeyeon, kau dimana ?"tanya Baekhyun sekali lagi dengan tak sabaran.

"Kau tak perlu tahu, nan gwaenchana." Baekhyun bisa mendengar itu. Suaranya bergetar. Gadis itu pasti sedang menahan tangisnya. Pria itu meringis.

"Mianhae," isakan mulai terdengar di telinga Baekhyun yang membuatnya tersenyum miris. "Aku sedang berusaha Taeyeon, jadi mohon tetaplah bersamaku."

Kali ini isakan itu mengeras.

"Uljima, jebal." Baekhyun mengadahkan kepalanya ke atas. Tak bisa dipungkiri air matanya juga ingin ikut keluar.

Terdengar desahan nafas disebrang.

"Aku hanya butuh sendiri." Suaranya terdengar sedikit stabil. "Baiklah, tapi tolong katakan kau berada dimana,"

"Busan."

Sungguh tak terpikirkan oleh Baekhyun untuk mencari Taeyeon di Busan. "Kenapa kau disana ? Kau bersama dengan siapa disana ? Bagaimana bi-"

Taeyeon mencoba memotong sebelum Baekhyun menanyakan hal yang lebih banyak lagi. "Aku baik-baik saja."

Baekhyun menghela nafas. "Aku merindukanmu." Perkataan yang sedari tadi ditahan, akhirnya keluar tanpa beban. Dan--

Tutt

--panggilan terputus.

>>>><<<<

Semuanya terasa hampa. Walaupun diruangan ini Kai bersama dengan Krystal, tetapi Kai merasa dirinya sendiri. Krystal beberapa hari terakhir ini diam bak patung menatap pemandangan dari jendela kamarnya. Kai mendesah gusar. Ia sangat tak menyangka jika Krystal membantah jika bukan Tiffany yang menghasutnya. Lalu siapa ?

"Krys, makanlah. Bubur itu sudah kuhangatkan tiga kali. Kau ingin aku menghangatkannya untuk keempat kalinya lagi ?" Ucapan itu terdengar sebagai sindiran.

Diam, itulah respon Krystal sejak tadi. Kesal? Pasti. Kai sudah hampir putus asa dengan semua ini. Ia kemudian cepat menggelengkan kepalanya, tidak-tidak, ini semua demi Krystal dan juga yang lain!

Kai beranjak berdiri hendak menghangatkan bubur-lagi. Gerakannya terhenti saat mendengar suara yang paling ia benci.

Isakan Krystal.

Ayolah, Kai sungguh tak tega melihat Krystal terus menerus menyesali kesalahannya. Bukan hanya gadis itu yang tersiksa, tetapi pria itu juga. Bagaimanapun, Kai menjadi merasa gagal menjaga Krystal sesuai yang diperintahkan orangtua gadis itu.

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang