"Opppaaa.." ujarku seraya membuka pintu kamarnya.
Kulihat seorang namja duduk di depan laptop. Aku memanyunkan bibirku karena kesal. Kesal, dia tidak menjawab panggilanku. Kesal karena dia tidak menoleh ke arahku. Kesal karena dia lebih memilih menekuni laptop berukuran empat belas inchi itu.
"Apa yang kau lakukan Oppa?" tanyaku. Aku mendekati namja itu dan mencondongkan tubuh ke depan, melihat layar laptop yang berisikan data---entahlah aku tak mengerti apa yang ia kerjakan.
"Aku sedang lembur," jawabnya singkat. Aaiihh menyebalkan, bisa nggak sih dia natap aku kalau lagi ngomong? Gerutuku dalam hati.
"Masih lama?" tanyaku lagi. Ia tidak menjawab dan masih sibuk mengetukkan ujung jemarinya ke keyboard laptop. Aku tahu hanya dengan melihatnya, ia pasti tak punya waktu untukku. "Aku akan menunggu!" kataku kemudian. Aku duduk di tepi ranjangnya yang super rapi.
"Hyaaa... In Ha ya," katanya sambil menoleh. Ia melipat kedua tangannya di depan dada dan menatapku dingin. Aku terlonjak dan berdiri dengan penuh semangat, akhirnya dia mengindahkan keberadaanku di kamarnya. "Sebaiknya kau keluar. Oppa sedang sibuk. Sangat sibuk!"
Aku mendengus kesal, kenapa tiba-tiba Oppa jadi seperti ini padaku?
"Palli...keluar, biarkan aku berkerja!" katanya sambil mengibaskan tangannya. Ia mengedikkan dagunya ke arah pintu. Dia benar-benar mengusirku?
"Oppa! Bukankah Oppa sudah berjanji padaku untuk mengantarku ke toko buku?" tanyaku. Aku mendekatinya dan menyentuh bahunya, aahh, dia kembali menekuni laptop sialan itu.
"Aku sibuk, In Ha ya," kata Oppa.
"Oppa, sudah janji..." gumamku. Aku melepaskan bahunya. Ia terdiam bahkan saat aku berdiri di depan pintu. Ah, aku kesal sekali! Bukankah dia sendiri yang menawarkan hendak mengantarku membeli buku. Aku bahkan sudah berdandan dan membawa tasku. Tidakkah dia memperhatikanku?
"In Ha ya," panggilnya kemudian.
Aku menoleh dengan senang. Apakah Oppa hanya menggodaku, pura-pura sibuk dan akhirnya menemaniku ke toko buku?
"Ne, Oppa," kataku penuh semangat. Ia melambaikan tangan, menyuruhku mendekat. "Oohh wae? Bukankah Oppa sibuk,"
"Ini," katanya sambil mengulurkan beberapa lembar uang padaku. Aku kecewa, ia pasti menyuruhku kesana sendirian. "Ambil uang ini, naiklah taksi agar kau tak perlu berlama-lama menunggu bis di halte,"
"Tapi Oppa..." kataku pelan. Dia meraih telapak tangan kananku dan membaliknya. Dengan cepat, ia meletakkan lembaran uang itu di tanganku.
"Kau bisa pergi sekarang," katanya. Ahh jinjja! Kenapa dengannya? Aku benar-benar tak mengerti.
"Aku lebih suka kesana jika Oppa yang mengantarku," kataku sambil meletakkan uangnya di atas meja. "Oppa lanjutkan pekerjaanmu, jika Oppa ada waktu tolong antarkan aku kesana,"
Aku berjalan kembali ke arah pintu kamarnya. Aku masih merasa kecewa dengan Oppa ku itu. Tidak biasanya ia bersikap seperti padaku. Aku menggeleng, mungkin ia memang sedang banyak pekerjaan. Aku menghela nafas panjang, kubuka pintu kamar dan aku menoleh saat mendengar suara bangku yang bergesekan dengan lantai kamar.
"In Ha ya!" panggil Oppa. Ia berjalan ke arahku dengan cepat. Aku mundur selangkah, ia berdiri begitu dekat denganku. Tubuh tinggi tegapnya itu bersandar di kusen pintu kamarnya. "Dengarkan baik-baik,"
"Eehmm?" gumamku.
"Mulai sekarang, jebal...jangan bergantung padaku lagi," katanya.
Aku menelan ludah. Kenapa ia mengatakan hal yang mendadak seperti ini?
"Oppa...apa yang kau katakan?" tanyaku lirih.
"Kau sudah dewasa. Kau bisa melakukan hal-hal seperti itu sendiri. Kau tidak perlu kutemani kemana-mana bukan?" tanyanya. Aku memanyunkan bibirku. Benar, aku bisa, tetapi aku lebih suka bersamanya. "Bahkan adikmu, dia bisa kesana kemari sesuka hatinya. Apakah kau tidak punya teman? Apakah kau tidak punya pacar? Kenapa kau malah menempel terus pada Oppa mu ini? Ha?"
"Oppa...kenapa tiba-tiba begini?" tanyaku kaget. Baru pertama kali ini dia---Namjoon Oppa---menolak pergi denganku. Dia juga bicara panjang lebar padaku untuk menolaknya. Ini aneh, ini baru terjadi pertama kali dalam hidupku.
"Aku hanya ingin mengatakan, lebih baik kau mulai melepaskan diri dariku," kata Namjoon Oppa. Ia menyentuh pintu kamarnya. "In Ha ya, jangan dekat-dekat denganku! Aku sibuk!"
Braaakkk
Namjoon Oppa menutup pintu kamarnya dengan keras. Aku melangkah mundur karena kaget. Sial! Ada apa dengan makhluk tampan itu?
Aarrhh! Aku menyesal telah memujinya. Aku mengepalkan tangan dan mengangkatnya seolah hendak memukul pintu. Ah jinjja! Dia akan lebih marah jika aku mengganggunya. Aku menundukkan kepala sesaat, lalu dengan langkah gontai, aku kembali ke kamarku.
Aku duduk di tepi ranjang dan melepaskan tas. Kenapa aku begitu kecewa dengan sikapnya? Tentu saja aku punya teman! Aku juga punya...hmmm aku memang tidak punya pacar. Tidak seperti adikku, Na Yeon yang sekarang sedang berkencan dengan pacarnya yang bernama Jungkook itu.
Aku membaringkan diri di ranjang. Seharusnya aku menerima uang dari Namjoon Oppa dan keluar dari rumah. Aku bisa memakai bis dan menghemat uangnya untuk mentraktir temanku makan.
"In Ha ya, kau bodoh," gumamku pada diri sendiri.
Tok tok tok!!!
Aku terduduk saat mendengar suara ketukan pintu yang cukup keras. Siapa? Hanya ada aku dan Namjoon Oppa di rumah saat ini. Setengah berlari, aku menuju pintu. Aku membukanya dan...
"Oppa!" seruku saat melihat namja jangkung itu berdiri dengan memakai jaket.
"Kajja!" katanya. Aku tersenyum senang. "Jangan senang dulu, Kim In Ha! Ini mungkin menjadi waktu terakhir bagiku untuk mengantarmu jalan-jalan,"
Aku menjulurkan lidah padanya. Hmmm, memangnya dia mau kemana? Wajib militernya masih lama. Aku berlari mengambil tasku dan segera keluar.
"Oppa, aku sudah rapi?" tanyaku seraya menarik rambutku ke belakang telinga. Aku mengedipkan mataku beberapa kali di depannya. Ia tersenyum dan mengacak-acak rambutku. "Aahh Oppa! Aku harus menyisir rambut lagi,"
"Kenapa kau manja sekali pada Oppa mu ini, ha?" tanya Namjoon Oppa. Ia membiarkan aku menggandeng tangannya. Aku hanya tertawa, benar jika kupikirkan, aku terlalu manja padanya. "Kau lebih parah dari Na Yeon. Kau seperti lem, ahh tidak, kau lebih mirip seperti permen karet! Sangat lengket dan menyebalkan,"
"Oppa ini adalah Oppa ku! Kenapa aku tak boleh manja denganmu?" gerutuku. Namjoon Oppa membuka pintu mobil untukku. Dia sangat menyenangkan.
"Ah, benar, aku ini Oppa mu," katanya. Aku mengangguk dan duduk di bangku penumpang. Aku menatapnya yang kini berlari memutari mobil hingga ia duduk di sampingku. Aku tersenyum puas. Dia tak akan marah padaku, adiknya. Aku menghembuskan nafas lega. Aku tak ingin ia bersikap seperti tadi. Ahh jinjja, jika ia seperti itu padaku, hatiku terasa sangat sakit.
Wae?
Karena dia adalah Oppa ku!
To be continued...
welcome to my new work....
Semoga pada mau baca yaaaApakah aneh? Apakah gaje n receh?? Kkkkk
Ada kritik dan saran? Please add your comments down...
Eehmmm vote if you like my story...Thx
Ethaloona

KAMU SEDANG MEMBACA
Oppa!!!
FanfictionBTS FAN FICTION Cast: Park Jimin, Kim Namjoon, Jeon Jungkook, OC Jimin jatuh cinta dengan seorang yeoja cantik di sekolahnya, In Ha. Tapi In Ha menyimpan perasaan rahasia pada namja lain. Bisakah Jimin mendapatkan hati In Ha? Bisakah Jimin menangan...