Raindrop

1.4K 161 64
                                    

In Ha

Aku mengangkat telapak tanganku ke depan wajah. Beberapa kali aku melambaikan tanganku, berharap aku dapat melihat gerakan yang kulakukan. Aku menghembuskan nafas berat. Hanya kilatan cahaya tipis yang masuk ke netraku. Aku menurunkan tanganku, pedih, luka di lenganku benar-benar menyakitkan.

Aku menoleh ke kanan kiri, aku sendirian di kamar. Aku masih di rumah sakit. Berapa hari berapa malam, aku tak tahu lagi. Eomma, Appa, Namjoon Oppa dan Na Yeon silih berganti menemaniku. Tapi, aku masih tidak menemukan Jimin.

Aku menggerakkan kakiku, lirih, aku mengerang kesakitan. Hah...aku mencoba mengingat apa yang terjadi malam itu. Kenapa aku bisa kehilangan Jimin hingga hari ini. Jimin, aku melepaskan tangannya dan berlari ke arah Namjoon Oppa. Aku yang tertabrak mobil, tubuhku terhempas ke aspal beberapa meter. Aku tidak melihat Jimin lagi setelah itu.

Jimin, kemana dia?

"In Ha ya!" teriak seorang namja yang tidak asing suaranya. Aku menoleh ke arah sumber suara. Kudengar beberapa kursi ditarik, dan mereka duduk. "Kau sudah merasa lebih baik?"

"Oh, ya," jawabku. Aku menegakkan diri dibantu seseorang, aku berjengit kaget.

"Ini aku," kata Na Yeon. Ia meletakkan bantal di belakang punggungku dan menyentuh tanganku. "Aku datang dengan Jungkook. Dia ingin melihat keadaannya,"

"Oh, arra. Aku mendengar suaranya," kataku.

"Jungkook juga membawa bunga," kata Na Yeon. Sesuatu diletakkan di atas pahaku, aku merabanya. Hmmm, ini bunga lili.

"Gomawo," ujarku. Aku mencium bunga yang Jungkook berikan padaku. "Bunga ini pasti sangat cantik,"

"Ehmm, tentu saja," kata Jungkook. "Hei In Ha ya, kau harus segera pulih. Oh?"

Aku mengangguk pelan. Aku juga ingin kembali seperti biasanya. Seperti aku yang dulu.

"Kalian hanya berdua?" tanyaku. Mereka terdiam. "Jimin dimana?" tanyaku lagi. Hening. Na Yeon dan Jungkook tidak segera menjawab pertanyaanku. Aku meletakkan bunga di pahaku lagi. "Aku belum melihat Jimin sejak kecelakaan. Kenapa dia tidak menjengukku? Kenapa dia tidak datang?"

"Ah...Jimin Oppa," kata Na Yeon. Akhirnya ia membuka mulut. Aku mengangguk, berharap Na Yeon segera memberikan jawaban atas pertanyaanku. "Dia...dia menitipkan salam untukmu,"

"Ne?" tanyaku kaget. Aku mendengar Jungkook dan Na Yeon berbisik-bisik tidak jelas. "Bukankah dia bisa saja datang kemari, kenapa dia tidak muncul?"

"Ah...begini," kata Jungkook. Aku menunggunya bicara. "Jiminie...dia sedang sangat sibuk. Kami banyak tugas dan ujian,"

"Benar!" tambah Na Yeon. Ia menepuk bahuku dengan lembut. "Jimin Oppa, dia sedang ujian,"

"Jadi, kenapa Jungkook bisa datang dan Jimin tidak?" tanyaku penasaran. "Bukankah kalian satu kelas,"

"Jungkook...dia...ah dia lebih jenius dari Jimin Oppa jadi...ehmm, ujian itu bukan masalah untuknya," kata Na Yeon. Kudengar mereka tertawa pelan.

"Aku ingin bicara pada Jimin," kataku. "Kapan ujian kalian selesai?" tanyaku. Sekali lagi, aku harus menunggu mereka untuk bicara. "Ehm, apakah dia tidak bisa menelponku? Na Yeon ah, bukankah kau punya nomor Jimin. Jebal...aku..."

"In Ha ya..." kata Na Yeon memutus ucapanku. Aku terkesiap kaget. "Sebenarnya, Jimin Oppa... Dia mungkin akan sedikit lama. Kau tunggu saja,"

"Eh?"

"Jimin akan segera datang," kata Jungkook. Aku mengalihkan perhatian ke suara Jungkook yang tegas.

"Jimin sedang sakit?" tanyaku.

Oppa!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang