Feel So Lonely

1.5K 178 13
                                    

In Ha

"In Ha ya," kata Namjoon Oppa. Ia melangkah dan mendekatiku. "Gwenchana?"

Apa yang kulakukan? Aku menunduk dan menatap gelas yang pecah. Kacanya berhamburan di lantai. Sial!

"Oh...Oppa, kau tidak mengunci pintunya," kataku gugup. Aku berjongkok dan mulai memunguti pecahan gelas itu. "Eomma menyururuhku membawakan kalian minuman. Mianhae,"

"Hmmm," gumam Namjoon Oppa. Aku mengangkat wajahku, menatapnya yang kini ada di hadapanku. Ia juga tengah memungut pecahan gelas. Namjoon Oppa baru saja berciuman mesra dengan Cherry Eonnie. Aku benar-benar melihatnya. Bibirnya, hah...apa yang kupikirkan? Aku menggeleng dan kembali mengambil pecahan kaca.

"Aaarrghhh!" teriakku seraya mengangkat tangan. Darah segar mengalir di ujung jariku. Aku terkena pecahan gelas.

"Hyaaa kenapa tidak berhati-hati?" tanya Namjoon Oppa. Ia meraih tanganku dan melihat luka yang cukup panjang. "Geumanhae, biar ahjumma yang membersihkannya,"

Kepalaku terasa pusing, aku memang tak sanggup melihat darah. Hah...ini sangat sakit meskipun lukaku tidak terlalu parah. Namjoon Oppa membimbingku berdiri, ia merangkul pinggangku.

"Cherry ya, hati-hati banyak pecahan gelas disini," kata Namjoon Oppa pada pacarnya. "Aku akan mengobati In Ha,"

"Oh, Oppa," kata Cherry Eonnie.

"Kau baik-baik saja?" tanya Namjoon Oppa. Suaranya samar, mungkin karena aku terlalu pusing. Aku menatap jariku yang masih mengalirkan darah segar. Nafasku semakin memburu. "Duduklah,"

Aku duduk di tepi ranjangku sementara Namjoon Oppa berlari keluar. Aku tak sanggup duduk dan memilih berbaring. Tak berselang lama, Namjoon Oppa kembali. Ia membawa kotak obat dan mulai beraksi. Aku memejamkan mataku, membiarkannya mengobati lukaku.

"Kenapa tidak berhati-hati sih? Kau ini ceroboh sekali," kata Namjoon Oppa.

Aku terisak pelan, bukan karena tanganku yang terasa sakit, tetapi hatiku lebih pedih. Aku tak bisa lagi, aku rasa aku tak akan sanggup melihat Namjoon Oppa bersama Cherry Eonnie.

"In Ha ya, kenapa menangis? Sakit?" tanya Namjoon Oppa. Ia meniup lukaku beberapa kali. "Hah...lukanya cukup dalam. Bagaimana ini? Kau mau ke rumah sakit?"

"Tidak," kataku. "Aku baik-baik saja. Aku hanya takut pada darah,"

"Oh...sudah selesai," kata Namjoon Oppa. Ia menepuk bahuku hingga aku kaget. "Kau bisa membuka mata sekarang,"

"Oppa..." gumamku saat ia menunduk di atas tubuhku, kami begitu dekat seperti ini. Tapi aku tak bisa memiliki Namjoon Oppa lagi. Dia sudah memiliki orang lain di sisinya.

"Hmmm? Kenapa?" tanyanya sambil menyentuh keningku. Detak jantungku menggila, aku sesak nafas.

Aku menggeleng pelan. Namjoon Oppa duduk dengan tegak sekarang. Ia menarik selimut dan menutupi tubuhku.

"Tidurlah," katanya. "Sudah tidak sakit lagi?"

"Sakit," kataku seraya mengangkat tanganku yang kini diperban. "Heol...Oppa kau tidak bisa membalut luka dengan baik. Ini jelek sekali,"

Namjoon Oppa tertawa. Ia menggaruk kepalanya yang tak gatal itu. Aku memanyunkan bibirku karena memang ini sangat jelek dan berantakan.

"Cherry bisa melakukannya dengan baik," kata Namjoon Oppa. Nafasku tercekat. Kenapa dia menyebut namanya di depanku? "Kau mau aku menyuruhnya untuk memperbaiki perbannya?"

Oppa!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang