Kebahagiaan yang dirasakan Annetta tidak bertahan lama. Sudah beberapa bulan hubungan mereka berjalan, tetapi makin ke sini semakin Reihan jarang menemuinya.
Jika pun bertemu, sikap Reihan berbeda.
Seperti ada yang disembunyikan.
Annetta tidak tahu jika keanehan itu jelas ia rasa. Karena Reihan yang menemuinya bukanlah Reihan, tetapi Fabian yang menjadi Reihan.
Namun, puncaknya dua minggu terakhir. Reihan sama sekali tidak dapat di hubungin.Telponnya pun tidak pernah diangkat lagi. Di sekolah mereka juga tidak bertemu.
Reihan seakan hilang dari peredaran. Seperti ditelan bumi.
Minggu berikutnya juga sama. Annetta masih berusaha menghubungi Reihan dan mencari kabarnya.
Dering ponsel terdengar. Dengan cepat Annetta meraih dan mengangkat telpon itu.
"Reihan? Kemana saja kau?" tanya Annetta tidak sabaran.
Bukan Reihan yang menelpon. Tepatnya Fabian yang memakai ponsel Reihan dan menelpon Annetta.
"Bisa datang ke tempat biasa? Aku ingin bicara," ucap Fabian.
"Bisa, kau di mana, sekarang? Sungguh, aku benar-benar merin-"
"Aku tutup, sampai nanti." Belum sempat Annetta menyelesaikan ucapannya, tetapi Fabian sudah lebih dulu memutusnya.
Annetta segera bersiap dan tergesah-gesah menuju tempat temunya dengan Reihan.
***
Reihan mengajak Annetta pergi sebelumnya, pergi ke beberapa tempat dan menikmati dan menghabiskan
waktu bersama.Waktu tiga jam terasa hanya beberapa menit saja.
Reihan membawa Annetta ke sekolah dan memintannya menunggu.
Lama Annetta menunggu.
Sudah hampir satu jam lamanya ia menunggu.
Reihan tidak pernah tidak tepat waktu. Lalu ada apa dengannya hari ini. Sudah beberapa minggu lost contact dan ketika bertemu Reihan tampak berbeda.
Reihan kenapa dan ada apa dengan Reihan? Itulah yang ada di pikiran Annetta.
"Maaf lama?" sapa sebuah suara membuat Annetta mendongak. Annetta berdiri dan menatap laki-laki di hadapannya tajam.
"Tentu saja kau harus meminta maaf, kau bilang sebentar. Tapi ini sudah hampir satu jam sejak kau memintaku menunggu, hingga hampir saja kau membuatku berakar!" ketus menyilangkan tangannya di depan dada.
"Annetta."
"Apa diperjalanan kau menemukan sesuatu yang lebih menarik atau kau mencari pengganti yang lebih asyik?"
"Annett-"
Annetta tidak memperdulikan Fabian yang menyebut namanya sejak tadi, Annetta kesal. "Kau sudah bu-"
"Annetta!" bentak Reihan atau yang sebenarnya Fabian membuat Annetta terdiam.
"Re- Rei?"
"Cukup. Sudah cukup semuanya," ucap Fabian terpaksa. "Aku ingin kita putus!"
Tubuh Annetta menegang. "Pu- putus? Kau ber- bercanda?"
"Tidak, aku benar-benar serius!" tekan Fabian. Susah payah ia mengatakanya.
"Berhenti membual!" teriak Annetta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unrequited Feelings
Romance#168 in Romance 20161212 (Pemenang The Wattys 2016 kategori Pendatang Baru) Semua yang terbaik sudah kulakukan, aku sudah berjuang, sudah melakukan apa yang seharusnya aku lakukan. Kuserahkan semua padamu, tapi tolong perhitungkan lelahku. --Annetta...