"Hujan."
"Hm."
"Mas tidak bawa payung?"
"Tidak, perubahan cuaca tidak bisa diprediksi."
"Benar. Lalu, apa yang harus kita lakukan?"
"Menunggu?"
***
Berjalan bersama dibawah langit sore sangat menyenangkan. Udaranya sejuk, sangat cocok untuk berjalan kaki dan menikmati waktu. Seperti yang dilakukan oleh Annetta dan David.
"Hufh, sudah berapa lama kita menunggu, bosan sekali," keluh Annetta.
"Bersabarlah sedikit, mungkin sebentar lagi akan reda."
Annetta menoleh pada David dan mendelik marah. "Tiga puluh menit yang lalu, Mas juga mengatakan hal yang sama!"
"Benarkah? Mas tidak ingat, tuh."
"Hah?"
David mengedikkan bahunya acuh. Sudah dikatakan bahwa membuat Annetta kesal adalah salah satu hobi lamanya.
Annetta membuang muka dengan perasaan kesal. "Aku pikir Fabian adalah orang paling menyebalkan, tapi ternyata... Dia lebih menyebalkan!" batin Annetta.
Sepasang remaja ikut berteduh di tempat yang sama dengan Annetta dan David. Mereka berada tepat di samping Annetta.
"Hujan, hm?" gumam gadis itu menjulurkan tangannya menyetuh air hujan yang jatuh.
"Kenapa?"
"Aku suka hujan, tenang sekali rasanya."
Laki-laki pasangan itu tampak antusias. "Benarkah? Aku juga suka. Memangnya apa yang membuat kamu suka hujan?"
Gadis itu tersenyum samar. "Seperti yang aku bilang, hujan membuatku tenang," ucapnya. Laki-laki itu balas tersenyum dan mengusap kepala sang gadis.
"Ayo!"
Laki-laki itu membentang sebuah payung berwarna pelangi berukuran cukup besar. Gadis itu mengangguk dan merapat kepada pasangannya. Lalu, mereka berlalu.
Annetta yang sejak tadi memperhatikan pasangan itu tertawa sekeras-kerasnya. Sontak membuat David terkejut dan mengalihkan perhatiannya pada Annetta.
"Kau sehat?"
Annetta yang sedang tertawa tiba-tiba terhenti ketika mendengar pertanyaan David.
"Tch, Mas pikir aku sakit? Tidak, aku baik-baik saja," ketus Annetta.
David mengerutkan keningnya. "Lalu, apa hal kau tertawa? Membuatku merinding saja."
Annetta tersenyum sinis saat mengingat apa yang dikatakan pasangan tadi. "Mereka bilang, suka hujan. Hujan membuat mereka tenang. Namun dengan santainya mereka memakai payung dan berjalan menembus hujan. Bukankah itu lucu?"
"Lucu? Mas rasa tidak. Bagian mananya yang lucu sampai membuatmu tertawa seperti tadi."
"Cobalah berpikir dengan logika. Contoh saja, Mas Dave mengatakan jika, Mas menyukai hujan. Tetapi, Mas berjalan dengan payung menembus hujan. Mas bilang, Mas suka hujan. Dan pertanyaanya, kenapa harus memakai payung, sedangkan Mas menyukai hujan? Lucu sekali, bukan?"
David tersenyum dan menggeleng. Respon David sukses membuat Annetta mengerutkan keningnya.
"Mas rasa tidak ada yang salah dengan itu," jawab David santai.
"Salah!" seru Annetta cepat. "Dia seharusnya tidak mengatakan bahwa dia menyukai hujan. Untuk apa menyukainya jika dia saja masih memakai payung untuk berjalan di bawahnya, tidak masuk akal. Untuk apa melakukan hal seperti itu-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Unrequited Feelings
Любовные романы#168 in Romance 20161212 (Pemenang The Wattys 2016 kategori Pendatang Baru) Semua yang terbaik sudah kulakukan, aku sudah berjuang, sudah melakukan apa yang seharusnya aku lakukan. Kuserahkan semua padamu, tapi tolong perhitungkan lelahku. --Annetta...