Revan menyibukkan diri dengan tumpukan dokumen-dokumen yang harus ia kerjakan. Bukan karena sibuk, tapi menyibukkan diri. Revan ingin sejenak menghilangkan Annetta dalam benaknya.
Revan masih marah? Sebenarnya tidak. Dia hanya mendiamkan Annetta, agar Annetta bisa bersikap lebih dewasa dan tidak kekanak-kanaan lagi.
"Re?" panggil Dyah sekretaris Revan.
"Ada apa?"
"Kau ada masalah? Wajahmu kelihatan kusut seperti baju yang belum disetrika," ucap Dyah menahan tawa.
Revan memutar bola matanya. "Bukan urusanmu, katakan ada perlu apa?"
"Ish, kau ini! Tak bisakah bersikap manis sedikit, selalu saja emosi jika bersamaku," ucap Dyah, menatap Revan kesal.
Revan menghentikan kesibukkannya. "Maaf Dy, aku sedang banyak pekerjaan sekarang. Jadi, cepat katakan, ada apa kau menemuiku?"
"Err.. Baiklah. Nanti malam kau diundang ke acara peresmian pemimpin baru dari Natas Corp, dan kau harus hadir!"
"Kenapa harus?" tanya Revan santai.
"Datanglah tepat waktu." Dyah pergi tanpa menjawab pertanyaan Revan.
Bagi Dyah berlama-lama di sana akan membuatnya naik darah.
Dyah dan Revan sudah bersahabat sejak masuk sma. Kebaikan dan keburukan Revan pun semua Dyah ketahui. Namun, rasa keingintahuan itu membuat Dyah semakin jatuh dalam pesona Revan, dan membuat dirinya semakin terpuruk. Bagaimana tidak, Dyah selalu melihat kebersamaan dan kemesraan yang diperlihatkan oleh Revan saat bersama Annetta. Bagaimana Revan begitu memuja wanita itu, sedangkan dirinya, hanya tempat pelampiasan emosi dan kemarahan jika Revan sedang punya masalah dengan Annetta.
Kadang Dyah bingung, mengapa Revan bisa mencintai Annetta, sedangkan dirinya lah yang terlebih dahulu mengenal Revan, dirinya yang selalu berada di samping Revan. Annetta dan Revan bekerja di perusahaan yang berbeda, waktu bertemu pun sedikit, tapi dirinya, setiap hari berada di ruangan yang sama dengan Revan, takkah Revan mempunyai sedikit rasa padanya?
"Dy?" panggil seorang wanita.
"Dyah?" pangginya sedikit lebih keras untuk menyadarkan Dyah.
"Ah, yah! Ada apa?" tanya Dyah tersadar dari lamunan.
"Ck, kau melamun di saat bekerja Dy? Akan kulaporkan pada Revan nanti," ujarnya sedikit meledek.
Dyah memutar bola matanya jengah. "Katakan saja, kau pikir aku akan takut. Lagian mana bisa dia lepas dariku dalam pekerjaan," ucap Dyah bangga.
"Tapi tidak jika ada dirimu," ucap Dyah dalam hati.
Annetta mencibir lalu tertawa. "Yayaya, kau benar Dy, karena kaulah satu-satunya sekretaris yang bisa bertahan dengan sikap dingin Revan. Ngomong-ngomong di mana dia?"
"Dan kau wanita yang bertahan berada di sampingnya," --aku pun ingin sepertimu-- "Revan di dalam, An."
"Baikalah, aku masuk yah. Terimakasih sudah mau membantunya." Annetta tersenyum, menepuk pundak Dyah, lalu berjalan menuju ruangan Revan.
Annetta tidak tahu jika kebahagiannya membuat hati seseorang sakit.
***
"Mas Revan?" panggil Annetta untuk kesekian kalinya. Mereka sekarang sedang dalam perjalanan menuju acara peresmian pemimpin baru Natas Corp. Sejak di kantor tadi sampai sekarang, Revan masih mendiami Annetta.
"Oh, ayolah Mas, maafkan aku. Aku tahu aku salah telah berbuat seperti itu, aku juga salah telah bersikap kekanak-kanakan di usiaku yang sudah dewasa ini, tapi ayolah, aku hanya ingin Mas Revan sedikit bisa bercanda, Mas Revan terlalu bersikap santai dan terkesan dingin dan tidak peduli! Aku hanya ingin Mas Revan sedikit bisa lebih peduli akan aku, dan kita." Revan yang sedang menyetir tiba-tiba mengerem mendadak membuat tubuh Annetta terhentak ke depan.
"Mas Revan!" seru Annetta melotot pada Revan.
"Maaf, maaf jika Mas tidak bisa menjadi yang terbaik dan peduli padamu. Mas hanya ingin kau bersikap lebih dewasa, An." Annetta yang mendengar pernyataan yang keluar dari mulut Revan, membuatnya sedikit melunak.
Annetta menggenggam tangan Revan. "Aku juga minta maaf sudah membuat Mas Revan marah."
Revan tersenyum dan ikut mengusap tangan Annetta. Perlahan tangan Revan meraih tengkuk Annetta dan mendekatkan wajah mereka. Tahu akan kelanjutannya, Annetta memejamkan matanya. Namun, tak ada yang terjadi. Annetta membuka matanya melihat Revan yang menahan tawa di depan wajahnya.
"Apa yang kau pikirkan?" tanya Revan disertai kekehan.
Annetta mendengus, menarik paksa tangan Revan dari tengkuknya lalu menjauh dari sisi Revan. "Kau menyebalkan!" seru Annetta membuang muka.
Revan terseyum, lalu dengan satu hentakan Revan menarik tangan Annetta dan menempelkan bibirnya pada Annetta. Annetta melotot tak percaya. Revan tersenyun di antara bibir mereka yang masih menempel. Revan melepaskan ciumannya dan beralih menatap mata Annetta dengan menagkup wajah Annetta.
"Kau begitu menggemaskan, An," ujar Revan dan kembali menyatukan bibir mereka. Kali ini bukan sekedar menempel, Revan mulai melumat bibir Annetta atas dan bawah secara bergantian. Annetta mulai hanyut dalam ciuman mereka dan ikut membalas ciuman Revan.
Napas keduanya mulai memburu, Revan yang sadar jika mereka mulai panas, melepaskan tautan bibirnya.
Revan tersenyum saat melihat Annetta yang terengah-engah.
"Sebaiknya kita pergi sekarang, jika tak ingin terlambat," kata Revan sambil mengusap bibir Annetta.
Annetta tertawa dan menyisir rambut Revan yang sedikit berantakan dibuatnya.
"Ayo." Annetta mengecup pipi Revan sebelum duduk pada tempatnya.
.
.
.
.
Seorang pria dengan jas berwarna abu-abu yang mencetak jelas tubuhnya yang berotot. Pria itu tersenyum pada setiap tamu yang mengucapkan selamat.
Namun, saat matanya beralih ke arah pintu masuk, matanya tertuju pada sepasang pria dan wanita yang memasuki ruang utama dengan senyum lebar diwajah keduanya.
Jantungnya berdegup kencang.
Ketika Pria dan wanita itu berada di hadapannya dia masih melihat ke arah wanita itu. Ya, pria dan wanita itu adalah Revan dan Annetta.
"Selamat atas jabatan yang anda pegang sekarang, Pak Fabian Adnata," ujar Revan membuat pria itu tersadar dan mengalihkan pandangannya pada Revan.
"Sama-sama, saya rasa tak perlu memanggil pak, umur kita tak jauh beda 'kan Revan?" tanya Fabian pada Revan.
"Mungkin," kata Revan sambil tersenyum.
Fabian beralih ke Annetta, Annetta yang sadar mengulurkan tangannya.
"Selamat atas jabatan anda, saya An-"
"Annetta Bee," ujar Fabian membuat Revan terkejut, tapi yang paling terkejut adalah Annetta yang bingung kenapa Fabian bisa mengenalnya.
***
Salam
Ers😘😘

KAMU SEDANG MEMBACA
Unrequited Feelings
Romance#168 in Romance 20161212 (Pemenang The Wattys 2016 kategori Pendatang Baru) Semua yang terbaik sudah kulakukan, aku sudah berjuang, sudah melakukan apa yang seharusnya aku lakukan. Kuserahkan semua padamu, tapi tolong perhitungkan lelahku. --Annetta...