David menatap kepergian Annetta dan Fabian. Baru saja ia hendak mengajak Annetta pergi, ternyata ia sudah lebih dulu didahului oleh Fabian.
"Ya?" David mengangkat ponselnya yang bergetar.
"Mas kenapa ke kantor? Aku lihat mobil Mas di depan perusahaan, ada apa?" tanya Annetta di seberang.
Annetta melihatnya rupanya.
"Tadinya ingin mengajakmu pergi, tapi sepertinya kau sedang sibuk, ya?"
"Tidak juga, lagi pula sudah waktunya pulang kerja, tapi Fabian datang ke kantor dan mengajak pergi. Ya sudah aku ikut, Mas telat," cibir Annetta.
"Kau senang?"
"Huh?" Annetta terdiam beberapa detik.
"Kau senang, Netta?" tanya David lagi.
"Uh-um tidak juga, kenapa?"
"Baikalah, pulangnya perlu Mas jemput tidak?"
Terdengar suara tawa Annetta di seberang sana.
"Mas, aku bukan anak kecil. Lagi pula, Fabian juga pasti akan mengantar nanti. Jangan khawatir," ujar Annetta di sela tawanya.
"Mas serius, Annetta!"
"Oke, Aku akan menelpon ketika pulang nanti. Sudah dulu yah Mas, kami sudah sampai." Sambungan terputus.
David tahu jika mereka sudah sampai di tempat tujuan.
David tidak benar-benar melepaskan Annetta pergi bersama Fabian begitu saja. Sejak tadi, David mengikuti kemana laju mobil yang Annetta dan Fabian kendarai.
Tergores hati saat melihat Annetta dan Fabian saling pandang dan tersenyum satu sama lain. Senja kemarin Annetta bersamanya, senja kali ini ia sendiri, menatap Annetta yang bersama Fabian.
***
Annetta sedang membereskan meja kerjanya. Sudah waktunya pulang.
"Mas David kemana yah? Tumben tidak datang," gumam Annetta.
Annetta meraih tasnya dan berjalan keluar ruangan.
"Aku duluan, Ani, jangan pulang terlalu larut," pesan Annetta pada sekretarisnya.
"Iya, mbak."
Annetta memasuki lift untuk menuju lobi. Annetta tersenyum mengingat pertengkarannya dengan David belakangan ini. Kedatangan David sungguh tidak terduga. Annetta pikir dia benar-benar kehilangan David, tapi ternyata David malah bersama orang tuanya di London. Annetta jarang menelpon Mamanya, sekalinya menelpon yang ditanya hanya kabar satu sama lain. Jika saja David bersamanya selama ini, bisa dipastikan hidupnya tidak akan seperti ini.
Annetta keluar dari lift menuju lobi.
"Sedang memikirkan apa?" tanya seseorang membuat Annetta tersadar dari lamunanya.
Annetta mencari dari mana asal suara. Annetta berbalik, di recepsionis, Fabian tengah bersandar dengan ponsel ditangannya.
"Fabian? Kau se- ada apa?" tanya Annetta. Wah, tidak bisa dipercaya, Fabian mengunjunginya. Dulu sering, belakangan ini Fabian jarang sekali, dihubungi pun jarang membalas.
"Mengajakmu pergi, kau sedang luang?"
"Ti- tidak juga, mau kemana memang?"
"Ikut saja," ucap Fabian berjalan mendahului Annetta. Annetta mengikuti dari langkah Fabian. Saat ia hendak masuk ke dalam mobil, Annetta melihat mobil David terparkir tidak jauh dari mobil Fabian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unrequited Feelings
Romance#168 in Romance 20161212 (Pemenang The Wattys 2016 kategori Pendatang Baru) Semua yang terbaik sudah kulakukan, aku sudah berjuang, sudah melakukan apa yang seharusnya aku lakukan. Kuserahkan semua padamu, tapi tolong perhitungkan lelahku. --Annetta...