Angin malam berhembus kencang. Revan dan Annetta duduk berdampingan.
Begitu banyak pertanyaan yang berkecamuk di pikiran keduanya. Saling ingin bertanya dan menyapa. Namun entah kenapa tak terucap, seperti ada tembok besar yang menghadang.
Annetta menggenggam kedua tangannya erat. Lidahnya sudah gatal untuk menanyakan hubungan Revan dan Dyah.
"An?" panggil Revan pelan. Annetta terlonjak, Revan menyapanya terlebih dahulu. Annetta menatap Revan ragu.
"Bagaimana kabarmu?" tanya Revan. Annetta hampir saja jantungan menunggu perkataan itu terlontar dari bibir Revan.
"Seperti yang Mas Revan lihat, tidak baik juga tidak buruk." Revan mengangguk.
"Mas Revan sendiri?"
Revan mengerutkan keningnya. "Maksutmu? Tidak. Aku ke sini bersama Dyah."
Annetta tersenyum hambar mendengarnya. Padahal bukan itu yang dirinya tanyakan.
"Tidak bertemu beberapa bulan, Mas Revan jadi banyak berubah," kata Annetta menyimpulkan. "Maksutku, Mas Revan sendiri bagaimana kabarnya?"
Tawa berderai di antara keduanya. Menanyakan kabar adalah hal yang jarang sekali mereka ucapkan.
"Maaf. Seperti yang terlihat, Mas tidak baik juga tidak buruk," ucap Revan mengulang kata Annetta.
"Kupikir itu jawabanku." Annetta memperingati.
"Entahlah, Mas tidak tahu. Saling menanyai kabar sangat asing di antara kita. Dulu.... Saat kita bertemu, kau akan berteriak dan langsung memelukku. Tapi seka–"
"Itu dulu, Mas," potong Annetta cepat. Rasanya sesak saat mengungkit masa lalu yang sunggu sulit untuk mengembalikannya.
Annetta sadar. Semua tidak sama lagi sekarang, semua sudah berakhir dan rasanya juga harus berakhir ketika ia mengakhiri.
"Ya. Kau benar, itu dulu. Sekarang sudah berbeda bukan?" Annetta hampir saja meneteskan air mata jika dia tidak memalingkan wajahnya.
"Mas, aku minta maaf," ucap Annetta bergetar. "Maaf atas kesalahanku yang sudah menyimpukan sesuatu tanpa mendengarkan penjelasanmu. Maaf atas cinta yang telah kau beri padaku dan maaf telah merenggut kebahagianmu, Mas Revan."
Revan meraih jemari-jemari Annetta yang mulai dingin diterpa angin. "Kau tidak seharusnya mengatakan itu An, Mas lah yang salah. Andai saja Mas katakan sejak awal, kau tidak mungkin merasakan hal seperti ini. Mas minta maaf."
Annetta mengangguk dan memeluk Revan. Mungkin saja ini akan jadi pelukan terakhir bagi keduanya. Perasaan lega mengalir keseluruh tubuh. Tidak ada yang perlu di permasalahkan lagi sekarang, semua sudah terjawab. Annetta sudah tahu semuannya, Revan pun sudah menjelaskan apa adanya.
Tinggal satu penjelasan lagi yang harus ia dengar dan semua akan berakhir.
"Apa Mas bisa memperbaiki semuanya dan kembali seperti dulu bersamamu, An?"
Annetta melepaskan pelukannya dan menggenggam balik tangan Revan.
"Sekarang ini bukan hanya tentang perasaan kita, ada hati lain yang sangat berharap akan Mas. Dan Mas tidak perlu memperbaiki apapun, Mas hanya perlu menjaganya agar tidak retak bahkan rusak lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unrequited Feelings
Romance#168 in Romance 20161212 (Pemenang The Wattys 2016 kategori Pendatang Baru) Semua yang terbaik sudah kulakukan, aku sudah berjuang, sudah melakukan apa yang seharusnya aku lakukan. Kuserahkan semua padamu, tapi tolong perhitungkan lelahku. --Annetta...