The Bad Boy [3]

17K 419 12
                                    

Bastian baru saja duduk di ruang TV dengan wajah dilipat. Kedua matanya memandang ke bawah. Dahi-nya berkerut, dengan batin dan pikiran yang terus bertanya-tanya.

"Kusut amat tuh muka kayak lap kucel," cetus seseorang yang tak jauh darinya, yang sudah "merajai" terlebih dahulu ruang TV ini jika dari caranya duduk santai, mata yang fokus pada layar TV, dan cemilan di tangannya. "Baru dua hari pindah sini lo. Udah gitu amat. Kenapa?"

Bastian terdiam. Dia lalu menghela napas dalam-dalam. "Gue.. telat."

"Hah? Apaan? Daftar sekolah? Bukannya gue udah urus semua sebelum lo ke sini?"

"Nggak, bukan gitu," sahut Bastian, dengan nada-nya yang lelah. "Cewek yang gue temuin, cewek yang gue ceritain ke elo."

Gadis yang diajak omong Bastian itu hanya manggut-manggut mengerti. "Oh, itu.." katanya, lalu kembali mengunyah cemilannya. "Emang kenapa? Dia udah punya pacar?"

"Yang gue liat sih, gitu."

"Ya elo goblok. Dia kan udah lama di sini. Pastinya juga banyak yang ngejar. Gak heran lah dia punya pacar. Kata lo dia cantik, kan?"

Bastian diam lagi. Dia menegakkan punggung, lalu membungkukkannya lagi karena cowok itu menumpukan dagu-nya di atas lipatan tangannya. "Ya apa salahnya sih ngarep dulu.."

"Siapa sih dia?" tanya gadis itu, seraya memfokuskan pandangannya ke arah Bastian. "Selama lo cerita, lo gak pernah sebutin namanya. Lo kasih tau gue aja. Siapa tau gue kenal."

Mendengar itu, Bastian justru tersenyum remeh. "Lo pikir banyak yang kenal sama lo gitu, kalo kerjaan lo tuh cuman di rumah, ngemil, baca buku, belajar? Heh Miss Kutu Buku, coba deh, mendingan lo ngaca gitu. Dan lo dapet jawaban, kenapa gue gak kasih tau dari awal siapa cewek itu."

Gadis itu berdengus kesal. Dia menggigit batang coklatnya dengan kasar, melampiaskan emosi. "Ya gue ngelakuin apa yang gue lakuin karna hobi, kok! Terserah lo mau bilang apa."

Bastian tersenyum puas. Dia lalu menyampingkan badan, menjadikan lengan sofa menjadi bantal untuk dia tiduran. Pandangannya mengedar. "Namanya Kana."

Gadis itu tertawa. "Kana? Hidup yang Kana gitu?"

"Itu Fana bego!!" Bastian memutar matanya sebal. "Namanya Kanaya Oxilyn Vegha"

UHUK!

Gadis itu tersedak cemilannya. Dia pandangi Bastian dengan matanya yang melotot. "Kanaya Oxilyn Vegha?!!"

Bastian menoleh. Alisnya mengernyit. "Lo bener-bener kenal? Ato sekedar tau doang, Fey?"

Fey terdiam. Nampak masih terkejut. Jelas membuat Bastian penasaran. "Dunia emang sempit.."

"Apanya yang sempit?" tanya Bastian tertarik. Dia merubah posisi menjadi duduk lagi. Cowok itu perhatikan Fey baik-baik. "Serius lo, tau dia.."

"Gue tau dia, bego. Gue sering liat dia. Gue bahkan tau pacarnya. Tau banget," ujar Fey menerawang. Dari pandangannya yang lurus ke depan, mendadak dia menunduk dan menghela napas. "Pacarnya namanya Rion. Orion Firgy Regard . Dia brandalan paling bad yang pernah gue temuin. Namanya udah tenar banget, sesuai kelakuannya yang disilang keras."

"Kok lo tau banyak?" cercah Bastian. Matanya kini menyipit. "Lo kan gak satu sekolahan sama mereka!"

"Dengerin gue dulu! Gue belom selesai!" sungut Fey sebal. "Jadi, sampe mana tadi-oh iya, dia brandalan kan ya. Suka ikut tawuran. Dua kali gak naik kelas, katanya. Sebenernya dia udah seumuran Alvaro."

"Alvaro?" pekik Bastian. "Kakak lo itu?"

Fey mengangguk. "Ya iyalah. Alvaro manalagi? Mereka musuhan juga, tau. Dan sampe sekarang pun gue gak tau penyebabnya apa. Yang jelas, gue tau banget, kebanyakan musuhnya gak main-main, pada sangar-sangar. Dan, Rion itu juga musuh gue. Gue kenal dia karna sekelas pas bimbel. Ngerecokin mulu, gak pernah akur kalo sama gue. Sial banget kan, sekelas ama si rese kayak gitu? Nah, kalo Kana, gue tau juga karna jelas-jelas Kana yang suruh Rion masuk ke bimbel itu. Soalnya Kana juga les di sana, sih. Dan Kana gak sia-sia juga, kok. Nyatanya, tahun ini Rion naik kelas, kan?"

The Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang