The Bad Boy [19]

4.8K 246 19
                                    

"Orion, ada apa?”

Cowok ini terdiam dengan pandangannya yang kemana-mana sejak tadi. Dia menghela napas panjang, kemudian menyahut dengan gelengan. Lengan tangannya kembali merangkul Kana di sampingnya dengan hangat, keluar dari bandara dan menuju ke sebuah mobil yang sangat mereka kenal.

Brak!

Pintu mobil ditutup begitu pemiliknya keluar. Karel tersenyum, menghampiri adik cantiknya itu, lalu memeluknya erat.

“Kangen banget..”

“Karel manja banget ih sekarang,” sahut Kana tertawa. “Aku juga kangen banget sama kamu. Kamu gimana? Baik-baik aja kan? Gak aneh-aneh kan?”

Dalam dekapannya itu, Karel menggeleng pelan. Dia mengecup kepala Kana berkali-kali, sebenarnya setiap hari selalu khawatir adiknya kenapa-napa.

“Aku diem aja kok, serius. Pulang yuuuk!”

Kana mengangguk saja, sebelum pelukan Karel terurai. Cowok bersuara ngebass itu mengambil alih koper Kana dan menyimpannya ke bagasi, diikuti Rion setelahnya.

“Alvaro gak di sini, kan?”

Karel melirik. “Lo takut?”

Rion terdiam sebentar. Si spikey itu melihat Kana yang sudah terlebih dahulu masuk ke mobil, lalu baru menyahut, “Gue cuma takut kalo-kalo ngincernya ke Kana.”

Karel menutup kap bagasi. “Alvaro lagi disibukkin sama Keenan. Gak tau tuh anak pake cara apaan, yang jelas yang gue tau sekarang, dia gak ada di sini.”

Rion tak menyahut apa-apa setelahnya. Cowok itu banyak diam sejak dari Jogja tadi. Sibuk berpikiran macam-macam. Kalut sendiri menyadari masalahnya serumit ini.

“Nyet, mau nginep lo di sini? Buruan!”

Rion tersentak. Buru-buru cowok itu meraih seluruh kesadarannya dan mengikuti Karel yang terlebih dahulu sudah masuk ke mobil. Ke bangku kemudi. Sedangkan Rion memilih membuka pintu belakang, duduk di samping kekasihnya. Membiarkan Karel di depan sendirian seperti supir. Membiarkan cowok bersuara ngebass itu ngomel-ngomel kesal.

Si spikey itu menggenggam tangan Kana erat-erat saat mobil mulai jalan, keluar dari kawasan bandara.

“Rion ih, kenceng banget meganginnya. Aku gak bakal lari ini.”

Rion tersenyum tipis menanggapi. Dia menatap Kana dengan lembut sekali. “Jangan jauh-jauh dari aku mulai sekarang, apapun urusannya. Titik.”

“Terus, kalo aku sekolah kamu juga harus ikut, gitu? Ada di dalem kelas aku, gitu?” Kana mengerucutkan bibir. Sebenarnya pura-pura tidak berpikiran macam-macam, walau sebenarnya gadis cantik ini sudah menebak pasti terjadi apa-apa dengan Rion karena sampai bicara seperti ini.

“Ya nggak gitu juga. Pokoknya entar berangkat kemana aja sama aku, pulangnya juga harus sama aku.”

“Rion over banget ih.” dumel Kana pelan, yang dibalas cowok itu dengan mengacak lembut rambutnya. Rion menarik tubuh Kana mendekat, dan memeluknya dari samping. Erat sekali.

“Ehmm! Neng.. Bang, udah atuh pacarannya. Kita mau kemana ini mah? Nyasar gak tau kali berdua-dua gitu.”

Dari kaca spion, dengan menyindir begitu Karel melirik ke jok belakang. “Lulus SMA jadi supir taksi kali lah gue yak.”

Rion dan Kana terkekeh, dan malah makin erat saja pelukan keduanya. Membiarkan Karel yang makin cemberut begitu semakin lama semakin sering ngedumel sendirian.

***

F

ey berjalan sendirian di koridor rumah sakit. Beberapa menit yang lalu dia memutuskan untuk menjenguk Bastian saja, daripada hanyut dalam situasi panas di rumah.

The Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang