No edit. Jadi maaf banyak typo yang bertebaran.
Saya sangat terburu Buru dalam membuat ini.Oya, maaf buat kengaretannya selama ini.
***
"Di sini aja?"
Bastian mengangguk pelan, dengan bola mata yang menerawang ke arah depan. Ke arah kolam renang yang airnya menggenang tenang. Langit sore ini berwarna abu, sebenarnya pertanda sebentar lagi hujan turun. Tapi selama dia tidak terganggu, halaman belakang rumah ini selalu bisa membuatnya tenang.
"Jangan ngelamun terus, Bas"
Bastian tergugah, dan seketika pikirannya buyar. Lehernya menoleh ke belakang secara perlahan, beralih mengamati Kana yang mendorong kursi rodanya. "Nggak, kok. Gue cuma lagi banyak pikiran aja."
"Sama aja," senyum Kana, yang kini lebih memilih berdiri di depan Bastian daripada membiarkan cowok itu susah-susah menoleh ke belakang. "Mikir apa sih lagian?"
"Ya" sahut Bastian perlahan, mengamati benar-benar ke arah Kana yang kali ini meraih kursi kecil dan duduk di hadapannya. "Nggak deh, gak jadi. Lo kok bisa ke sini, Ka? Gimana caranya?"
"Bisa dong. Gampang gini kok nemuin lo," kata Kana tenang. "Udahlah, gak usah dipikirin gimana bisa gue ada di sini. Yang penting kan sekarang gue bisa nemuin lo lagi, Bas. Gue juga pengen kok, ngerawat lo. Mantau perkembangan lo. Urusan gue biar jadi punya gue aja, lo gak usah ikutan mikirin.."
Bastian terdiam dengan pandangannya yang terus melekat. Sebenarnya merasa iba sekali pada sosok perempuan hebat di depannya ini. Mendengar semua kisahnya, ceritanya selama ini.. tentang kesabarannya, kebaikannya.. "Besok, Fey sama Rion nikah ya?"
"Iya," desis Kana dengan gurat yang masih tenang. Bahkan masih tersenyum. "Jadi, lo besok harus sehat ya.. lo gak mau ngelewatin acara penting sepupu lo itu, kan?"
Bastian mengangguk patuh. "Gue urusan gampang, Ka" timpalnya. Dan ketika melihat cara Kana yang sekilas menunduk getir, cowok itu terenyuh sendiri. "Lo.. kalo gak mau dateng, gak usah Dipaksa"
"Apa nih, maksudnya?" balas Kana dengan gurat yang berbeda. Gurat yang ceria, seolah menganggap perkataan Bastian adalah candaan. Namun Bastian tau, begitulah cara gadis itu menyembunyikan perasaannya. "Mana mungkin gue gak dateng, Bas? Gue yang urus semuanya, kok. Kan lucu, masa tiba-tiba gue gak ada gitu."
Bastian tersenyum samar. "Kan takdir gak ada yang tau bakal gimana. Siapa tau ada yang ngebuat lo gak bisa dateng-eh, gue bukannya ngedoain lo yang jelek loh ya!"
Dan Bastian lega sekali ketika melihat Kana tersenyum lepas, bukan seperti senyum paksaan sejak tadi. "Tapi serius, Ka. daripada lo-nya sakit, mending lo gak usah liat. Lo gak bakalan sanggup, Ka. lo gak bakalan kuat,"
"Kata siapa?" sergah Kana. Lamat-lamat memperhatikan Bastian yang masih dibantu kanula sebagai alat bantu pernapasannya. "Udah, gue urusan belakangan aja. Yang penting semuanya selesai dulu, dan semuanya bisa berjalan lancar."
"Ka," kata Bastian lagi, kali ini dengan nada yang lebih hati-hati. "Lo mungkin bisa sembunyiin perasaan lo dari setiap orang di luar, tapi lo gak bisa sembunyiin itu semua dari gue."
Kana terdiam.
"Udah, gak usah masang topeng di depan gue." lanjut Bastian lagi, melirih. Satu tangannya tergerak dan mengulur pelan sampai cowok itu menggapai pipi kanan Kana, dan mengusapnya lembut. "Kalo lo mau ungkapin segalanya, ungkapin aja. Gak usah ditutup-tutupin. Kita kenal bukan setaun-dua taun. Gue udah hafal banget tau, gimana gerak-gerik lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Boy
Fiksi RemajaKana; Cewek berumur 17th yang berstatus sebagai pacarnya Orion sejak 2tahun yang lalu, penyayang, lemah lembut, sabar banget ngadepin Orion, orang yang paling mengerti Rion Orion; cowok berumur 20th tetapi masih duduk dibangku SMA, playboy, pemaksa...