Hari sudah mulai siang saat Rion yang menggenggam lembut jemari Kana itu keluar dari stasiun Tugu, Yogyakarta.
Cowok spikey itu tanpa ragu mengajak gadisnya ke arah salah satu taksi yang terparkir. Supirnya yang berada di samping taksi tersebut langsung menundukkan kepala hormat, dan bergegas mengambil alih koper-koper keduanya. Rion memang sudah memesan taksi ini sejak di kereta tadi.
“Kita mau kemana?” tanya Kana, ketika mobil taksi melaju pelan meninggalkan stasiun. Pandangan gadis itu asyik menulusuri ke balik jendela, melihati hamparan kota Jogja.
“Ke kantor papa ambil mobil aku,” sahut Rion santai. “Habis itu kita baru ke vila.”
Kana menoleh, menatap balik pandangan Rion yang mengarah padanya. “Kamu mau nyetir, gitu? Emang tau sini?”
“Aku sering ke Jogja kok,” ucap Rion tersenyum, sambil merengkuh tubuh gadis itu dari samping. “Dulu waktu kecil suka kabur ke sini kalo rumah lagi ribut. Ini juga baru kemarin kapan gitu aku ke sini lagi. Kamu-nya gak tau aja..”
“Kok jahat gak ngasih kabar terus?” bibir Kana mengerucut lucu.“Gak pernah cerita ih, Rion!”
“Abisan kamu udah duluan marah-marah kalo aku temuin. Ya udah deh, kamu juga gak mau dengerin aku ngomong. Udah terlanjur sebel, kan?” tangan cokelat Rion kini mengusap rambut Kana lembut. “Udahlah, lupain. Aku tenang akhirnya bisanyampe sini sama kamu, Yang.”
“Emang kalo di Jakarta gak tenang?”
Rion terdiam.
“Rion?”
“Nggak,” kilah Rion pelan, kini beralih merangkul bahu gadis itu. “Maksud aku, liburan sama kamu di sini bikin aku tenang. Gitu..”
Kedua kelopak mata Kana mengerjap. “Kamu bohong, ya?”
“Bohong?” Rion mengenyit, dengan pikiran yang sebenarnya kemana-mana. Pandangan matanya sekarang menatap Kana, tapi fokus pikirannya bercabang ke sana-sini.
“Aku kenal kamu, Rion” kata Kana, “Dan aku tau gimana semua sikap kamu. Aku tau gimana kamu jujur, dan gimana kamu bohong.”
“Nggak kok, aku gak bohong..”
sispikeyitu menegakkan punggung, mengalihkan pandangan ke arah lain seraya membuang napas, lalu kembali menatap Kana lagi dengan dalam-dalam, intens.
“Kamu gak percaya sama aku?”
Kana terdiam sebentar. Sama-sama intens membalas tatapan Rion. “Bukan gitu. Aku ngerasa kamu nyembunyiin sesuatu.”
Rion tersenyum lagi. Jemari tangannya yang lain mulai kembali mengusap rambut Kana. “Nggak kok, aku gak nyembunyiin apa-apa. Mungkin kamu kayak gini gara-gara capek aja. Di kereta kan kamu gak tidur lama. Kamu pasti capek.”
“Terserah kamu lah, Ri,”
Kana kini membuang pandangan ke arah lain.
“Sunshine..” desis Rion makin melirih.
Aku minta maaf. Maaf..
***
Oliv datang ke kamar Fey saat sepupunya itu tengah celingukanke sana-sini dengan bingung.
“Lo ngapain sih heh?”
Tapi yang ditanya sama sekali belum menyahut. Bahkan menyadari keadaan Oliv juga pastinya tidak. Fey masih sibuk sendiri, dengan siratan wajahnya yang terkadang juga terkesan panik. Gadis berkacamata itu sekarang menggeledah laci mejanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Boy
Ficção AdolescenteKana; Cewek berumur 17th yang berstatus sebagai pacarnya Orion sejak 2tahun yang lalu, penyayang, lemah lembut, sabar banget ngadepin Orion, orang yang paling mengerti Rion Orion; cowok berumur 20th tetapi masih duduk dibangku SMA, playboy, pemaksa...