“Intropeksi, Ri! Kamu itu sering berbuat semau kamu tanpa mikirin orang lain, tanpa kamu mau salah, dan tanpa kamu mau tau apa resikonya! Kamu hancurin segalanya, Ri! Kamu berhasil jatuhin semua!”
“Aku gak jatuhin semua,” kata Rion geram. Sebenarnya merasa takut, menyadari bahwa dia mendapati reaksi dari Kana seperti ini. Reaksi yang sama ketika Rion mengejarnya dulu. Reaksi dingin yang Rion dapat dari gadis ini yang seakan menganggapnya sampah tak berguna. Reaksi jijik dari gadis ini seakan Rion hanyalah orang rendahan yang hanya pantas untuk ditindas. Semua reaksi yang sama ketika dulu Rion susah payah mengejar gadis ini. Ketika Rion harus mengorbankan segalanya demi mendapatkan kepercayaan gadis ini.
Dan ketika Rion sadar, dia begitu menginginkannya, begitu menyayanginya.
Rion tidak masalah, jika harus berjuang dan kehilangan segalanya demi gadis ini.
“Aku gak sengaja, Sayang. aku gak sengaja.. aku juga gak tau semuanya terjadi gitu aja, tapi sumpah! aku gak sengaja.”
“Sengaja atau gak sengaja, semuanya udah kejadian Ri!” rutuk Kana tak berhenti. “Kamu mau bilang ini gak disengaja, ini bukan salah kamu, ini cuma kejadian gak tertebak, tapi nyatanya semua ini bisa kamu lakuin! Bisa kamu yang jadi pelakunya! Kamu, Orion! Kamu!”
Rion menggeleng berkali-kali. Jantungnya berdebar keras dan firasatnya buruk sekali. “Jangan kayak gini. jangan kayak gini, please.”
Dan mendadak saja kedua tangan Rion meraih bahunya. Memeganginya erat. Kana sendiri terdiam. Dia menatap mata Rion dalam-dalam dengan sorot yang sendu. “Harus berapa banyak cara lagi yang mau kamu pake buat lari dari semua masalah ini?”
“Nggak!” bantah Rion sekenanya. “Aku sayang sama kamu, plis kamu percaya! Kamu udah janji kamu bakal selalu percaya sama aku! Kamu udah janji!”
Mendengar itu, senyum samar Kana terlukis miris. “Aku emang udah janji. Tapi kamu sendiri yang udah injak-injak semua itu. Kamu udah hancurin semuanya sampe aku sendiri gak yakin sama segalanya yang kamu ucapin sekarang. Kamu yang udah hancurin semuanya, Rion. Kamu yang udah injak-injak rasa percaya aku, sampe gak menyisakan sedikit aja ruangan buat kamu lagi.”
Rion menggeleng makin kuat. “Tapi, ini? Ini kamu anggap apa, Sayang?! Semua yang udah kita lakuin? Semua yang udah kita lewatin? Kamu mau ilangin gitu aja? Mau kamu buang semuanya gitu aja?” sorot mata Rion yang tajam dan memerah terlihat nanar. “Nggak! Aku gak akan biarin kamu kayak gitu!”
“Kamu seharusnya udah denger dari Karel,” ucap Kana perlahan. “Aku akan balik ke Amsterdam.”
“NGGAK!” teriak Rion brutal. “KAMU GAK BOLEH KE SANA, GAK BOLEH BALIK LAGI KE SANA!”
“Kamu gak ada hak buat ngelarang aku--”
“Jelas aku berhak!” tukas Rion keras. “Kamu sampe kapanpun bakal tetep jadi milik aku, kamu tau?!” lanjutnya, mendesis. “Dan gak akan aku biarin satu orangpun rebut kamu dari aku, termasuk Bastian yang udah nyuci otak kamu buat ngikutin dia ke Amsterdam!”
Kana tertegun. “Bastian gak pernah kayak gitu. Ini semua murni aku yang pengen. Kamu gak bisa ngelarang aku lagi, Ri. Ini semua udah keputusanku.”
“Gak buat Bastian!”
“Rion!” balas Kana risau. “Kamu gak bisa kayak gini, kamu gak bisa selamanya bergantung sama semua ini. Kamu harus bangkit, begitu juga dengan aku. Takdir udah kasih garis yang sebenarnya, Rion. Ini bukan jalan kita. Ini bukan jalan aku sama kamu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Boy
Teen FictionKana; Cewek berumur 17th yang berstatus sebagai pacarnya Orion sejak 2tahun yang lalu, penyayang, lemah lembut, sabar banget ngadepin Orion, orang yang paling mengerti Rion Orion; cowok berumur 20th tetapi masih duduk dibangku SMA, playboy, pemaksa...