Hampir pukul dua siang hari itu. Kana baru saja keluar dari kamar mandi, dengan pakaian yang sudah bersih tentunya. Langkah kakinya tergerak susah ke meja rias. Gadis itu duduk di sana. Bercermin, kemudian menyisir rambut indahnya yang panjang.
Dari pantulan kaca, Kana bisa melihat Riom yang masih tertidur pulas di ranjangnya. Wajah cowok itu tampak tenang sekali. Jauh dari topeng-topeng palsu yang sering kali digunakan setiap hari. Setelah itu, selesai merapikan rambutnya, Kana berjalan tertatih ke arah Rion. Duduk di pinggir ranjang.
“Rion, bangun.” katanya, lembut sekali. “Udah siang gini nih.”
Jelas saja Rion tak terusik. Sejujurnya dia bukan tipe orang yang mudah dibangunkan dengan pelan-pelan. Bahkan alarm di sekitar ranjangnya itu hampir ada lima, untuk membangunkannya setiap hari ketika harus berangkat sekolah.
Kana sekarang menghela napasnya. Berpikir cepat jika Rion masih kecapekan atau apa. Tapi ini sudah lebih dari jam makan siang. Gadis itu tidak mau pola makan Rion berantakan. “Rion, bangun yuk.”
Wajah polos Orion itu tak berubah. Matanya masih terpejam. Tapi, ketika tangan kanan Kana terulur ke arahnya, mengusap wajahnya untuk membangunkannya, barulah Rion bertindak. Dia meraih tangan Kana dan malah menggenggamnya lembut. Rion tarik tangan gadis itu ke bawah dagunya. Lalu, kembali tertidur dengan tenang.
“Rion!” dengus Kana sebal. “Gak usah pura-pura deh!”
Tapi cowok itu sama sekali tak bergeming lagi. Dia bahkan makin mengeratkan tangan Kana, ketika gadis itu hendak menariknya balik.
“Rion ngeselin ih.” sungut Kana lagi. “Udah lewat jam makan banget ini. Kamu gak mau bangun? Bangun deh yuk, kita makan dulu.”
Kini, Kana bisa mendengar Rion menggumam tak jelas. Sambil, kedua matanya itu tetap tertutup rapat begitu.
“Rion, udah dimasakin Bibi itu, ada udang asam pedas kesukaan kamu,” bujuk Kana lagi. Satu tangannya yang lain kini mengusap wajah Rion. Berharap dengan begitu kekasihnya ini mau bangun. “Yuk bangun, Ri.”
“Cium dulu, nanti aku bangun.”
Kana mengernyit. Benar saja dugaannya, ini hanyalah trik Rion semata. “Apa-apaan sih kamu. Udah ih ayo bangun!”
“Gak mau” ucap Rion, bersikeras dengan nadanya yang parau habis bangun tidur. “Cium dulu!”
Gadis itu memutar bola mata. “Ya udah sih kalo gak mau. Aku tinggal nih ya.”
“Coba aja kalo bisa.” balas Rion pongah. Kedua matanya yang terpejam itu akhirnya terbuka pelan. Dia sebenarnya masih enggan menerima kilauan cahaya matahari yang menyeruak pada pandangannya ini. Tapi, Rion ingin melihat reaksi Kana. Bahkan cowok itu sudah terkekeh puas saat melihat Kana kesusahan menarik tangannya yang Rion genggam. “Makanya, gak usah ngelawan. Sini cium dulu.”
“Ogah ih, Rion!” keluh Kana, masih berusaha menarik kembali tangannya.
“Ya udah.” tukas Rion santai. Dia kembali memejamkan matanya, tapi tidak lanjut tidur. Cowok itu justru bangun, duduk, dan dengan cepat tangannya menarik tengkuk Kana di dekatnya. Begitu wajah kaget gadis itu tepat di hadapannya, Rion membuka mata. Dia tersenyum jahil. “Cium pipi doang sini.”
“Gak mau!” Kana bersikeras dengan nadanya yang datar. Lalu, tanpa aba-aba lagi mendadak Rion sudah mencium bibirnya sekarang. Gadis itu kaget, jelas. Tapi tak bisa mengalihkan wajah dan menghindar karena tangan Rion masih menahan tengkuknya. Kana pun akhirnya hanya diam saat Rion mulai melumat bibirnya lembut, menyesap bibirnya, dan sempat menggigit kecil bibir bawahnya. Entah, mungkin Rion gemas.
Begitu ciumannya terlepas, cowok spikey itu kembali tersenyum jahil. “Gimana? Makanya, jangan nolak dong. Tadi kan aku nyuruhnya pipi doang. Gak mau? Ya gitu deh tuh.”
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Boy
Teen FictionKana; Cewek berumur 17th yang berstatus sebagai pacarnya Orion sejak 2tahun yang lalu, penyayang, lemah lembut, sabar banget ngadepin Orion, orang yang paling mengerti Rion Orion; cowok berumur 20th tetapi masih duduk dibangku SMA, playboy, pemaksa...