Kedua mata seorang gadis yang ditutupi lensa kacamata minus itu masih celingukan, mengarah ke sana-sini. Dia sedari tadi mengedarkan pandangan, terus mencari sosok yang sudah berani-beraninya mengajaknya ke sini dengan paksaan penuh, namun akhirnya orang itu yang tidak on time.
Fey berdengus. Satu tangannya ia letakkan lurus di atas meja, sedangkan tangannya yang lain mengaduk-aduk dengan bosan lemon tea yang dipesannya setengah jam yang lalu.
“Hei” Fey mendongak. Dan langsung mengkerut kesal. “Tunggu-tunggu, gue tau lo kesel gara-gara gue telat, tapi lo harus dengerin gue.”
Gadis itu mengernyit tak mengerti. Dia perhatikan Rion yang duduk di kursi depannya. “Sok penting banget sih lo”
Rion nyengir lebar. Cowok dengan tatanan rambut yang lancip-lancip laksana landak—dan dia lebih senang dipanggil spikey itu mengacungkan tangan, memanggil seorang waitress. Dia memesan minuman, sebelum akhirnya kembali menghadap ke arah Fey yang diam saja. “Tadi, gue ketiduran di rumah. Terus harus nemuin temen gue dulu, eh terus pas mau jalan ke sini gantian nemuin lo, malah macet parah. Biasa lah, kota ini”
Fey memutar bola mata tak peduli. Dia melirik jam tangan putih yang melingkar di pergelangan tangannya. “Tujuan lo ngajakin gue ke sini? Plis ya, gue juga buru-buru. Gue punya urusan lain.”
“Santai dong” kata Rion tenang. Dia meraih ponsel, kunci mobil, sebungkus rokok, dan korek api yang kemudian dia letakkan di meja. “Gue ngajakin lo karna gue gak ada temen. Bukannya udah gue bilangin kemaren?”
“Gak masuk akal,” cetus Fey langsung, dengan sorot mata yang menajam curiga. “Lo pikir gue bego? Terus, apa dong kalo bukan temen tuh orang yang tadi lo temuin dulu sebelum gue? Alibi banget!”
“Yang itu bukan temen. Dia spesial.”
Jelas otak Fey langsung bekerja dengan cepat. “Oh, pacar..”
“Bukan.”
Gadis itu menaikkan alis. “Terus?”
“Ya ada, lah..” tukas Rion sambil mengibaskan telapak tangannya. “Lagian kenapa sih, sewot banget gue ajakin jalan? Kayak ada yang ngajakin lo aja selain gue.”
“Sialan” desis Fey kesal. “Lo apa sih, wasting time banget? Gue udah bilang, waktu gue gak banyak! Lo tinggal bilang apa mau lo, terus beres kan?!”
Rion meraih bungkusan rokoknya. Dia menyulutkan dalam mulut, lalu membakarnya. “Gue cuma mau lo temenin,” sahutnya, masih dengan nada tenang yang sama. Setelah asap-asap rokok berbau memuakkan itu dia hembuskan, baru Rion berkata lagi, “Gak salah, mulai hubungan yang baik sama temen satu les-lesan?”
Fey berdengus. Dia menghela napas berat. “Gak usah pake alibi-alibi lagi, deh! Lo pikir gue gak tau kalo lo sebenernya ada maunya?!”
Rion menyandarkan bahu ke punggung kursi. “Emang apa mau gue?”
Lagi, gadis itu tambah kesal. Dia menggeram dan berkali-kali mengepalkan telapak tangannya jengkel. “Lo dimana-mana emang ngeselin, ya! Kenapa sih, lo gak ajak cewek lo aja buat nemenin lo ngafe kayak gini?”
“Ya suka-suka gue, dong” seringai Rion, lebar sekali. Mata dengan lingkar hitam yang begitu ketara itu menatap Fey dengan santai sekali, seolah tak pernah merasa bersalah telah membuat gadis itu kesal. Dia hisap rokoknya lagi. “Gue punya hak buat ngajak siapa aja.”
“Tapi lo gak punya hak buat maksa gue!”
Cowok itu mengedikkan bahu-nya, acuh tak acuh. “Seenggaknya hasilnya lo mau juga. Itu bagi gue cukup.”
“Rese!” ucap Fey jengkel. Dia ikut menyandarkan bahu-nya pada punggung kursi, dan berkali-kali berdengus. “Gue selalu berdoa kalo gue kenal lo tuh cuman mimpi!”
![](https://img.wattpad.com/cover/93408963-288-k26820.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Boy
Teen FictionKana; Cewek berumur 17th yang berstatus sebagai pacarnya Orion sejak 2tahun yang lalu, penyayang, lemah lembut, sabar banget ngadepin Orion, orang yang paling mengerti Rion Orion; cowok berumur 20th tetapi masih duduk dibangku SMA, playboy, pemaksa...