werewolf 4 - Sehari tanpa werewolf

506 39 18
                                    

Pagi ini Ibrahim bangun lalu mandi. Ia berpakaian rapi dan bersiap berangkat sekolah. Tapi sebelum itu, Ibra menyantap roti bakar yang dibeli Rian semalam.

"Kak aku berangkat" pamitnya pada Rian.

"Ya. Hati - hati"

Tampaknya kejadian kemarin sore tak membuat hubungan mereka renggang. Maklum lah, mereka adalah saudara.

XXXXX
DISEKOLAH

06:03
Pagi ini kabut putih menyelimuti kawasan sekolah. Beberapa siswa sudah datang di sekolah sepagi ini.

"Waduh gawat! Tanaman tomat ku mati!" kata Kujang dengan melototi tanaman tersebut.

"Ahh biarin lah. Punyaku juga tak lebih baik dari milikmu" ucap Aji sambil menunjukkan tanaman miliknya.

"Gara - gara gapernah aku siram nih. Ntar kalo dinilai jelek sama Pak Khawari gimana?" dengan wajah super polosnya, Kujang tengah bingung.

"Haduh lupakan jang. Tanaman cabai ku juga diujung tanduk. Hampir semua terkena tungro" sahut Vivi kepada Kujang.

Setelah berbincang cukup lama, mereka masuk ke kelas.

"Dingin. Aku masuk dulu" kata Aji sambil menggosokkan telapak tangannya seraya meninggalkan Kujang dan Vivi.

Waktu terus berputar sehingga siswa - siswa yang lain sudah datang. Jam pelajaran pertama ini adalah kimia.

Ibu guru tengah menerangkan bab kali ini, yaitu pembentukan senyawa. Iyah, kedengarannya sulit, padahal nyatanya lebih sulit.

Dari tadi Ibra hanya melamun dan tidak memperhatikan penjelasan bu guru sama sekali. Untungnya guru yang mengajar kimia ini, jauh dari bangkunya.

"Kenapa ya kakak melarangku bermain werewolf? Pada realitanya aku dan teman - temanku akan memainkannya nanti. Dia sungguh melarangku keras, bahkan sempat marah - marah" lamunnya.

"Ibra?"

Tak ada jawaban dari Ibra, dia terus saja melamun

"Ibra!"

"Ha? Apa?" volume keras dari Tantri membuat Ibra tersadar dari lamunannya.

"Kamu dari tadi dipanggil tapi ngga ngerespon!"

"Iya iya. Kenapa? Ada apa?"

"Nanti main werewolf lagi?" tanya Tantri.

"Iyalah. Tapi terserah sih, terserah anak - anak juga"

"Main aja lho" Nanda turut ikut campur.

"Aku kan dah bilang, terserah anak - anak" dengan nada menjelaskan.

Mungkin mereka penasaran dengan game yang satu ini, dan masih ingin memainkannya.

"Saya akhiri pelajaran hari ini. Dan besok kalian ulangan harian Kimia. Bab nya adalah bab yang saya ajarkan tadi. Sekian"

"Waduh gawat. Aku tidak memperhatikan sama sekali" sambil menggosok - gosok bagian belakang kepala.

"Mangkanya, dengerin kalo ada guru menjelaskan. Malah ngobrol sendiri!" sahut Irfan.

"Ya biasa aja kalee! Kagak usah nyatek!" geramnya dalam hati. Ibra tidak mengucapkan didepan Irfan, mengingat Irfan adalah teman sebangku nya.

Disisi lain, Erly sangat tenang. Walaupun besok diadakan ulangan harian, dia tetap santai membaca novel.

"Er? Gimana nih, aku belum paham bab yang tadi. Mana besok ulangan" Mia sedang kebingungan.

"Ahh dibuat gampang aja. Aku pun ga tau apa - apa soal bab yang tadi" ucapnya dengan menyepelekan segalanya.

"Ahh percuma ngomong sama Erly"

Pelajaran berlangsung normal sampai saatnya untuk pulang.

"Eh , kalian mau kemana?" teriak Rikhi.

"Pulang lah. Besok ulangan kimia. Bye!" pamit Yola, dia terburu - buru.

"Teman - teman aku pulang dulu ya" salah satu dari mereka juga pamit.

"Katanya mau main werewolf. Tapi pada pulang! Pulang aja sana yang jauh! Ucap Rikhi kesal.

"Biarin lah, kita main dengan seadanya anak saja"

"Tapi Ibra, bukankah kita harus pulang dan belajar?" tanya Mia.

"Belajarnya nanti malam kan bisa" ujar Ibra tanpa melihat ke arah Mia.

Lalu Mia pergi menjauh dari Ibrahim. Sementara Faris dan Aji bersiap meninggalkan ruang kelas.

"Ehem, aku mau..."

"Yah pulang aja sana. Hati - hati" Faris memotong ucapan Rara.

"Okelah. Bye semua, aku pulang dulu. Assalamualaikum" Rara berpamitan ke sebagian temannya.

"Walaikumsalam"

"Gimana nih, orang nya dikit. Jadi main ga?" tanya Rikhi.

"Kayaknya engga. Kalo belajar bareng, aku mau. Tapi kalo tetep pengen main, mending aku pulang" ucap Faris dengan nada datar dan super cuek.

Mengetahui situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan, Ibra berubah pikiran.

"Dari pada dirumah gabut, mending aku ajak mereka belajar bareng" pikirnya dalam hati.

"Yaudah, kita belajar bareng aja" dengan terpaksa dia memgucapkannya.

"Ayooo" begitu semangat Faris merespon.

"Tapi dimana?" tanya Mia.

"Ada yang berminat meminjamkan rumahnya? Hehe"

"Mia?" Rikhi bertanya.

"Jangan dirumahku! Gabisa! Dan aku gamau!" Mia benar - benar mewanti - wanti agar rumahnya tidak dikunjungi.

"Lah terus?"

"Rumahnya Erly" Ibra menunjuk ke arah Erly.

"Eits eits! Aku gamau dan aku..."

"Sstttt. Dulu kamu sudah terikat janji. Kalo setiap kerja kelompok, tempatnya di rumahmu"

"Hmmm. Iye" akhirnya Erly setuju.

"Tapi Aji harus ikut ya. Biar kita ada yang ngajarin" Mia sungguh mengharapkan Aji.

"Insyaallah" jawab Aji.

Tanpa pikir panjang mereka berangkat menuju rumah Erly.

XXXXXXX

Haha ga jelas ya? 😅

Oh iya, kalian dapat salam dari Faris 😁 faris_brev







LET'S PLAY WEREWOLF Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang