REMEMBER FOLLOW, VOTE AND COMMENT.
*
Di saat aku ingin mengikis jarak di antara kita. Dengan mudahnya kau hancurkan hingga membuatku muak! Tidak ada yang lebih memuakan daripada ini, sepanjang hidupku, aku berjuang untuk tidak menaruh harapan yang berlebihan pada seseorang. Namun, dengan Zain, sesuatu itu muncul dengan sendirinya, membentuk sebuah keinginan mendalam. Tapi setelah yang terjadi tidak sesuai dengan ekspetasiku. Aku lebih menyayangkan diriku, mengasihani diriku sendiri. Kebanyakan yang aku ingat dan aku taruh dalam bagian otakku adalah, bagian di mana aku tidak bisa memiliki apa yang aku inginkan. Sesuatu yang sentimental mengandung hal yang dapat memunculkan sebuah tempat di mana kau tidak bisa melupakannya. Dan, lagi-lagi aku merasakan hal tersebut.
Aku masih terduduk di tepi kasur, mengaitkan jari-jariku yang berada di pangkuanku. Termenung, memikirkan kebodohan yang baru aku sadari sekarang. Mencintai Zain Radmilo Emry adalah sebuah kesalahan. Dan sebuah kesalahan tetaplah kesalahan. Tidak ada pembenaran di dalamnya. Itu yang aku coba seludupkan pada otakku. Zain tidak lebih dari sebuah lumpur yang mengotori sebuah kain putih, yang perlu disingkirkan bukan dibiarkan. Aku mengerang kesal. Demi Tuhan aku sudah muak dengannya. Persetan dengan segala yang pernah kulalui dengannya. Aku menyesal pernah mencintainya. Dan yang lebih dari semua itu, aku lelah dengannya, lelah menunggunya mengerti. Bagaimana aku bisa menerima pria yang terus memberiku tangis, bukan menghapus tangisku?
Lamunanku seketika buyar setelah merasakan ponselku bergetar. Dengan cepat aku meraih ponselku yang ada di ranjang. Melihat siapa yang mengirim pesan untukku.
REYHAN : Aku tidak tahu harus berkata apalagi padamu. Tapi Aliya, aku sangat merindukanmu. Aku tahu, ini terlihat bodoh. Aku menaruh harap bisa bertemu hari ini. Walau aku tahu, kau masih membenciku. Tapi, Aliya. Aku mohon padamu. Bisa kita bertemu? Aku akan menunggumu di kafe biasa kita bertemu. Aku akan menunggumu, aku harap kau datang.
Aku tersenyum hambar setelah membaca pesan singkat tersebut. Aku bahkan menyia-nyiakan pria yang benar-benar mengkasihiku dan mencintaiku. Omong kosong dengan kisah cinta yang aku harapkan dengan Zain. Detik ini, aku sudah mengakhirinya. Aku tertawa mengejek, sedikit meringis.
"Bukankah ini kau inginkan, Zain. Hubungan tidak saling mengenal. Baiklah, aku akan membuat ini dengan mudah untukmu, untuk kita. Aku akan mengikuti alur ceritamu. Aku tidak akan mengusik alur ceritamu lagi. Dan satu hal yang terpenting yang perlu kau tahu. Aku akan menghilang dari ceritamu sedikit demi sedikit," ucapku.
Tanganku yang sedari tadi menggenggam ponsel, aku masukkan ke dalam tas. Aku beringsut bangun dari ranjang dan bersiap-siap untuk pergi bertemu dengan Reyhan. Harusnya aku lakukan ini sejak lama, tapi aku terlalu mengikuti egoku. Lagi pula, belum ada kata terlambat. Aku masih bisa membukakan hatiku kepada orang lain yang bisa memperlakukan aku dengan begitu baik.
Usai bersiap-siap, aku bergegas keluar kamar, berjalan cepat menuruni tangga. Mataku sempat menangkap sesosok pria yang sedang tertunduk membaca koran. Aku mengubah pandanganku ke depan, tidak ingin melihat dirinya. Saat aku berjalan menuju pintu, ekor mataku menangkap Zain tengah beringsut bangun dari tempat duduknya.
"Kau mau ke mana, Aliya?" Tanya Zain. Aku menjawab dengan tetap melangkah tanpa berhenti ataupun menoleh padanya.
"Bukan urusanmu," jawabku dingin. Aku keluar dari rumah Zain, berlari kecil menuju garasi mobil Zain dan meminjamkan salah satu mobil yang dulu pernah aku kendarai untuk pergi bertemu dengan Reyhan.
*
Jika aku tidak cepat, Reyhan sudah meninggalkan kafe itu. Saat dia beringsut bangun dari duduknya, mengembuskan napasnya cepat, nyaris mendesah karena putus asa. Aku sudah berada di belakang tubuhnya tepat ketika dia berbalik. Dan dia melemparkan tatapan terkejut sekaligus tidak percayanya. Dia tersenyum lebar.
![](https://img.wattpad.com/cover/88581702-288-k458454.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ALIYA (SUDAH TERBIT)
Horreur#beberapa kali rank 2 dalam horor Entah anugerah atau kutukan! Memiliki kelebihan tidak menjadikan aku istimewa melainkan dikucilkan. Mereka menganggapku GILA hanya karena aku memiliki kemampuan yang tak semua orang punya. Bahkan, ibuku sendiri mem...