On media:
Daniel Caesar - Street Car***
"ANJRIT!" teriak Fingky tepat di sebelah telinga kiri Akbar.
"BANGSAT!" balas Akbar tak kalah kerasnya, ia sontak menoleh kesal kearah Fingky. "Suara lo udah kayak bas betot banci!"
"Sori, sori, reflek gue." Fingky mengangkat dua tangannya keudara sebagai tanda bahwa ia ingin berdamai, cowok berkulit hitam itu tersenyum kearah Akbar. Lalu melanjutkan aktivitasnya bermain Mobile Legends. "Mabar ape, Bar. Jangan diem-diem aja."
Akbar menghela napas, "males."
Cowok itu lalu menyandarkan punggungnya ke tembok belakang kelas. Akbar betul-betul tidak bisa melepaskan nama Bita dari kepalanya. Rasanya bayangan wajah perempuan itu ada di depan matanya setiap kali ia memejamkan mata.
Semalam, pesan yang dikirimkan Akbar terakhir kali tidak dibalas lagi oleh Bita.
Padahal cewek itu membacanya.
Tapi 'May I call you?' yang dikirim Akbar nyatanya tak mendapat balasan apapun. Tadi, saat Akbar mengantar buku milik Arya ke kelas cowok itu saat jam kedua juga Bita tidak menyapanya. Padahal jelas-jelas Akbar tersenyum kearah cewek itu.
Bita yang misterius justru berhasil membuat Akbar semakin penasaran. Dan bahkan sampai detik ini, cowok itu tidak tahu apa alasannya.
Mengapa saat pertama kali melihat Bita malam itu ia seolah beku di tempat?
Mengapa setiap kali menatap mata perempuan itu jantungnya berdegup cepat?
Mengapa setiap mendengar suara Bita tertawa, Akbar merasa bahagia?
Cewek berambut sebahu itu bahkan bukan teman dekatnya.
"Lo kenapa, Bar?" tanya Jaya yang sejak tadi sibuk berbalas chat dengan Mutia, anak kelas sepuluh yang beberapa minggu terakhir sedang menjadi incarannya.
"Kenapa apanya?"
"Puasa senen kemis lo?"
"Anjrit," kekeh Fingky. "Ini kan hari Selasa."
"Abis kayak lemes nggak makan dari SD aje." Jaya memayunkan bibir bawahnya sebentar sebelum membalas chat dari Mutia lagi.
Akbar menyandarkan bahunya ke sandaran kursi, "Edo sama si Yanto masih di Mamang nggak, ya?"
Memang istirahat pertama kali ini Akbar, Fingky dan Jaya tidak pergi ke warung mamang yang ada di samping sekolah. Tidak juga ke kantin utama yang ada di samping lapangan voli sekolah.
"Masih kali," sahut Fingky ringan.
"EH GUYS!" Suara cempreng Meidita langsung memenuhi seisi kelas yang mulai ramai karena jam istirahat akan berakhir sebentar lagi. "Gue ada pengumuman, nih. Dari Bu Risma."
Beberapa siswa langsung memusatkan perhatiannya pada cewek yang saat ini menjabat sebagai sekertaris satu dua belas IPS 2. Cewek yang saat jaman kelas sepuluh sempat mengincar Akbar itu mulai memaparkan informasi yang ia dapat dari Bu Risma selaku wali kelas mereka.