24. Bet Her Pride

1.1K 215 21
                                        

On media:
Coldplay - Trouble

SENIN memang selalu membosankan. Arya tidak memerhatikan apa yang ditulis Bu Susan di papan tulis berwarna putih yang menempel pada dinding di depan kelas, sejak guru biologinya yang berambut pendek itu masuk dan mulai menjelaskan beberapa materi yang katanya akan keluar saat ujian nasional, Arya sama sekali tidak memerhatikan.

Tatapannya sesekali malah justru tertuju pada perempuan yang duduk di samping Caca, pada bangku baris kedua dari depan. Bita tampak serius mencatat materi walaupun sesekali Arya melihat ia mengobrol dan tertawa saat membicarakan sesuatu dengan Caca.

Untungnya, Arya termasuk murid yang selalu lolos remedi saat ujian Biologi, jadi walaupun cowok itu tidak memerhatikan Bu Susan, gurunya itu tidak marah. Arya adalah salah satu anak emasnya.

"Yan?"

Suara Edo dari arah kanan membuat Arya mengalihkan pandangannya, "hah?"

"Lo ngeliatin Caca?" tebak Edo iseng-iseng karena sebetulnya, sudah dua hari ini ia memerhatikan teman sebangkunya itu.

"Hah?"

"Nyimeng apa lo?" tanya Edo melihat temannya itu tak kunjung connect.

"Apaan sih, goblok?"

"Gue nanya peleh," kata Edo malas. "Lo ngeliatin Caca?"

"Lah? Kaga!"

Edo kemudian mencoba menatap kearah yang sama dengan Arya. Disamping Caca, ada Bita yang kini sibuk menertawakan sesuatu. Edo tadinya tidak ingin berpikir sesuatu yang menurutnya tidak mungkin dilakukan Arya. Tapi... beberapa detik kemudian ia sadar bahwa kemungkinan yang masuk ke kepalanya itu sangat amat bisa terjadi.

"Yan?"

"Apa?"

"Lo suka Bita juga?"

***

BITA baru keluar dari Lab Kimia di lantai dua saat ia memergoki beberapa pasang mata memandangnya seolah dirinya adalah parasit yang harus segera dimusnahkan. Tidak ada lagi pandangan ramah siswa SMA Gadjah Mada padanya. Bita mengernyitkan alisnya, lalu ia menatap kearah bawah, barang kali ada noda di baju seragamnya, barang kali sepatu yang ia gunakan tertukar dengan siswa lain, atau barang kali ada hal yang membuatnya berbeda.

"Kenapa sih, orang-orang?" Fia tak kalah bingung. Ia menatap sahabatnya itu sambil menyipitkan mata.

Bita menggeleng, "nggak tau. Ada yg aneh ya?" tanya Bita merubah arah berdirinya menghadap kearah Fia.

"Enggak kok. Lo cakep-cakep aja perasaan."

"Edo sialan kemana sih?" tanya Caca sebal saat teringat bahwa Edo meminjam pena stok terakhir miliknya.

Tadi, sepanjang pelajaran Kimia, Arya dan Edo memang membolos. Tidak ada yang tahu pasti kemana dua bandit sekolah itu pergi. Yang jelas, mereka alpha. Bita dan dua temannya lalu bergegas naik ke tangga yang membawa mereka ke lantai dimana kelas dua belas berada. Belum kakinya yang dibalut sepatu kets warna abu-abu menginjak anak tangga pertama, tatapan sinis dari Olivya anak kelas IPS membuat Bita berhenti sejenak.

"Kayak nggak ada cowok lain aja," cibirnya pelan saat cewek itu tepat melintas di sebelah kiri Bita sambil menyampingkan badannya agar tidak menabrak bahu orang yang dicibirnya.

"Udah tau Akbar punya cewek, masih ada aja yang kegatelan," tambah yang lain. Bita tidak tahun namanya.

"Lo ngatain siapa, hah?" santap Fia mentah-mentah sambil menarik bahu kanan cewek yang jalan terbelakang.

Somebody ElseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang