On media:
The 1975 - Be My MistakeAku saranin dengerin medianya di bagian akhir ya!
Happy reading❤️AKBAR menghela napas. Punggungnya ia sandarkan pada tempat tidur dan kotak ajaib yang menempel di dinding kamarnya terus menampilkan banyak hal. Walaupun sejak berjam-jam lalu, Akbar sama sekali tidak memandang kearah sana.
Jarum jam masih berdetak ke arah kanan. Waktu menunjukkan pukul setengah satu dini hari. Lolongan anjing di ujung gang semakin mempertegas larut. Dan Akbar belum mau mengakhiri segala aktifitasnya hari ini.
Tadi, setengah jam setelah adzan magrib berkumandang, Akbar sedang berdiri di depan kaca kamar yang tirainya ia singkap lebar. Langit yang berwarna biru tua menjelaskan bahwa sebentar lagi, gelap segera datang. Gelas kopi di tangannya juga masih terisi separuh saat motor ninja hitam milik Arya berhenti tepat di depan rumah yang letaknya berhadapan dengan rumah Akbar.
Di sana, Bita turun dari motor seraya tertawa.
Sepasang remaja yang masih memakai seragam sekolah itu saling melempar obrolan sebelum kemudian Arya melambaikan tangan, memutar arah kendaraannya dan pergi meninggalkan Bita di depan rumah perempuan itu.
Dadanya bergemuruh memanas. Ia tidak suka. Dan sialnya, Akbar tidak bisa melakukan apa-apa.
Akbar menghela napas, lalu ia meraih ponsel yang ia letakkan di tepi kasur. Lula sudah menghilang karena cewek itu pasti ketiduran sejak beberapa jam lalu. Sedangkan Bita, cewek itu tidak menghubungi Akbar sejak sepulang sekolah tadi.
Akbar meredam egonya. Ia mengetikkan sesuatu.
Akbar: Ta?
Akbar: Udah tidur?
Kurang dari satu menit, Akbar bisa melihat bahwa dua pesan yang ia kirim dibaca oleh perempuan yang sebetulnya sejak tadi siang ia tunggu kabarnya. Tapi, Bita tidak membalas pesan yang ia kirim. Hal itu membuat Akbar mengalihkan padangan kearah jendela. Dari benda itu Akbar bisa melihat bahwa ada seseorang yang membuka jendela kamar rumah yang ada di sebrang jalan.
Akbar langsung bangkit berdiri, menghampiri jendela dan membukanya. Bersamaan dengan Bita yang muncul dari balik tirai tipis kamarnya.
Akhirnya, mereka bertemu di tempat yang sama. Tempat di mana mereka pertama kali bertatap mata.
"Hei," sapa Akbar.
Yang disapa tersenyum simpul. Tapi Bita tidak bicara apa-apa. Rasa marah yang sejak tadi menyelimuti perasaan Akbar rasanya terhapus secara perlahan saat melihat cewek itu melengkungkan bibirnya.
"Ta,"
"Iya?"
Akbar menyandarkan tangannya ke pagar balkon. "Tadi kemana sama Arya?"
"Jalan-jalan aja."
"Kemana?"
"Nonton. Makan."
"Nonton?"
Bita mengangguk. "Iya."
"Berdua?"
"Masa se-RT?" Jawaban yang diberi Bita membuat Akbar menelan ludahnya. Ia betul-betul tidak tahu harus bersikap bagaimana. Rasanya ia ingin mengatakan bahwa Bita tidak seharusnya dekat-dekat dengan Arya. Tapi di sisi lain, Akbar tahu bahwa ia bukan lah siapa-siapa. "Bar?"
"I-" Akbar berdeham. "Iya?"
"Kenapa lo?"
Akbar menggeleng. "Enggak." Kemudian cowok itu mundur beberapa langkah sampai tubuhnya sebagian masuk ke dalam kamar. "Gue ambil minum di bawah bentar."