On Media:
We The Kings - What I Wouldn't GiveHARI ulang tahun sekolah sudah di depan mata, nanti malam, pensi besar-besaran yang diadakan SMA Gadjah Mada akan dilaksanakan nanti malam. Panitia pensi dibawah pimpinan Alvin berhasil menjalankan tugas walaupun waktu efektif kerja mereka hanya kurang dari tiga minggu.
Panggung megah sudah berdiri, para penonton pensi yang tidak hanya berasal dari SMA Gadjah Mada mulai berdatangan sejak tadi sore dan mulai tersebar menikmati stand-stand bazar milik siswa siswi SMA Gadjah Mada yang sudah tersebar di beberapa penjuru.
Seksi keamanan sudah standby untuk mengawasi jalannya pensi. Sementara panitia-panitia lain sudah siaga di belakang panggung dengan tugasnya masing-masing. Termasuk Seksi Humas dimana Akbar, Bita, Guntur, dan Dinda sudah menemani guest star acara yang datang dari kota Bandung.
Suara live music memenuhi telinga, lampu-lampu panggung bersorotan gemerlap dan hiruk pikuk penonton yang ramai menjadi pemandangan sejauh mata memandang.
"Bagi dua aja," kata Dinda sambil mengalungkan co-card ke lehernya. "Gue sama Guntur biar di back stage buat koordinasi ke guest star nya. Lo sama Bita yang nyebar ke depan ya, Bar!" kata cewek itu sambil menepuk bahu Akbar dengan suara yang agak dikeraskan karena jika ia bicara pelan-pelan, pasti cowok di depannya tidak bisa mendengar.
Akbar mengacungkan ibu jarinya. "Siap."
"Gue sama guntur aja yang ke depan," tolak Bita. Mendengar cewek yang berdiri di sampingnya angkat bicara, Akbar langsung menoleh dan menyipitkan matanya. Karena ia tidak menyangka bahwa Bita akan mengatakan hal itu. Apalagi, sejak awal Bita pasti selalu berpasangan dengan ya. "Akbar biar sama lo aja, Din."
Dinda terdiam sejenak sebelum akhirnya mengangguk setuju. "Ya nggak apa-apa. Sama aja."
Guntur nyengir setuju karena menurutnya dengan Dinda ataupun dengan Bitu bukanlah masalah yang besar. Lagipula bosan juga kalau harus dipasangkan dengan Dinda terus-menerus. Guntur yang tadinya duduk di samping kaca lalu mendekat kearah Bita. "Iya gue sama Bita aja. Dari kemarin kan gue udah sama Dinda mulu."
Tai. Batin Akbar.
"Gue aja yang kedepan." Akbar menatap Bita dengan pandangan memohon. "Gue sama lo aja."
Bita langsung menarik pergelangan tangan Guntur sebagai tanda penolakan.
"Udah lo di sini aja sama Dinda. Biar gantian." Bita tersenyum santai sebelum berjalan kearah pintu samping panggung dengan Guntur yang masih ia tarik pergelangan tangannya. "Yuk, Tur!"
***
"GILA gue nggak nyangka asli bakal serame ini," kata Guntur takjub dengan hasil kerja kerasnya dan panitia-panitia yang lain. Apalagi, melihat penonton pensi yang membludak hingga ke luar area. "Tahun kemarin aja gak serame itu tau, Ta."
"Oh ya?" kata Bita merespon. "Berarti good job nih kita. Kudu dirayain."
"Iya lah! Tahun kemarin b aja. Padahal lustrum gitu. Acara ulang tahun setiap sepuluh tahunan. Tapi malah ga sepecah ini."
Bita tersenyum bangga sambil menatap ke lawan bicaranya. Sesekali matanya mengawasi keadaan sekitar kalau-kalau ada yang kurang. Sesekali lagi ia menatap kearah panggung megah yang berdiri beberapa puluh meter dari tempat dimana Bita dan Guntur berada.
"Lo kenapa, Ta?" tanya Guntur tiba-tiba sambil melirik ke sebelah kiri.
"Kenapa gimana?"
"Kok nggak mau sama Akbar tadi?"
Bita terdiam, ia mengigit bibir bawahnya dua detik sebelum menjawab, "nggak kenapa-kenapa. Cuma yaaa- gantian aja lah. Masa dari awal gue sama Akbar mulu. Terus lo sama Dinda mulu. Jadi ya malam ini tukeran aja gitu. Biar bisa berbaur ke semuanya juga."