#Bagian 1_Hafya Elazar
"Haaaafya~!"
"Ada apa Rita?"
"Pulang bareng, yuk!"
"Huh? Memangnya Rita tak ada les hari ini?"
"Hmm... begitulah. Aku melonggarkan jadwal les-ku untuk belajar. Ujian sudah dekat, jadi aku tak boleh sampai kebobolan!"
Saat itu, waktu sudah menunjukkan pukul 2 lebih. Biasanya akan banyak orang yang mengikuti ekstrakulikuler di jam-jam seperti ini, tapi untuk belakangan ini, aku sudah jarang melihatnya lagi. Mungkin semua orang khawatir soal ujian, apa lagi yang kelas 3. Selain untuk Ujian Nasional dan Ujian Sekolah, kami juga mesti bersiap-siap untuk Ujian Masuk SMA.
Nah, kebanyakan murid di sini memang mengincar sekolah favorit yang sulit dimasuki, jadi wajar kalau mereka belajar amat keras.
Ketika aku dan Rita habis menuruni tangga dan menyusuri lorong di lantai 1, tiba-tiba saja perhatian kami dialihkan oleh kerumunan sekelompok siswa yang tengah mengelilingi papan mading. Di sana, berjejer dengan rapi berbagai brosur promosi sekolah-sekolah SMA yang nantinya akan kami masuki.
"Uwah... ramainya." Rita mencoba untuk mengambil jalan pinggir dan menghindari kerumunan tersebut. "Apakah mereka semua belum menentukan sekolah yang akan dituju, ya?"
"Mungkin. Sepertinya memang begitu."
"Ngomong-ngomong, Hafya, kau akan masuk SMA mana?"
"Aku?" menunjuk pada diriku sendiri, aku pun sadar kalau pertanyaan ini pasti akan datang cepat atau lambat. Meskipun begitu, aku tak pernah malu untuk mengakuinya. Akan kujawab pertanyaan tersebut dengan lantang dan bangga, kalau aku akan masuk ke... "SMA yang sama dengan kakakku."
"Eh?" seolah tak percaya dengan pendengarannya sendiri, Rita mendekatkan wajahnya ke arahku. "Apa kau bilang?"
"Aku bilang, aku akan masuk ke SMA yang sama dengan kakakku. SMA Swasta Yayasan Livia Utara. Kau tahu, kan, sekolah itu?"
"Tidak, tidak, tidak! Bukan masalah tahu atau tidaknya, tapi..." menoleh padaku, Rita memberikan sebuah ekspresi rumit. "Benarkah? Kau serius?"
"Seratus persen."
Untuk sejenak, temanku ini tidak bisa berkata apa-apa dan hanya mengedip-ngedipkan matanya. Beberapa detik kemudian, Rita pun menghela napas seraya menurunkan pundaknya. Sungguh reaksi yang mengejutkan. Sepertinya dia menyerah dengan cepat.
"Parah. Benar-benar parah. Brother Complex-mu sudah mencapai stadium akhir. Aku harap kalian tidak sampai menjalin cinta terlarang, saja. Bahaya soalnya. Bisa buruk ke keturunan."
"A-apa kau bilang?!"
Mengabaikan pertanyaanku, Rita malah mempercepat jalannya dan bergerak ke luar gerbang, meninggalkanku yang masih menunggu jawabannya.
"Tu-tunggu aku!"
"Haha! Ratu Brocon!"
"Hei! Jangan bilang begitu!"
Berlarian melewati siswa-siswi yang juga tengah dalam perjalanan pulang, Rita bergerak dengan amat lincah dan cepat. Dia memang sejenis gadis tomboi yang terlalu aktif. Hampir saja aku kehilangan jejak gadis itu, sampai akhirnya... dia berbelok di suatu gang kecil dan menabrak sesuatu.
"Aw!"
"Rita!" Melihat Rita yang jatuh terpental ke belakang, aku segera mempercepat lariku dan menghampirinya. "Rita?! Kau tak apa? Makanya jangan berlarian!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Seven Deadly Fools (Jilid 2)
HumorBanyak cerita yang mengisahkan tentang seorang manusia atau iblis yang memiliki kekuatan hebat dan berakhir menguasai dunia. Biasanya, para penguasa itu bertindak sewenang-wenang dan membawa bumi ke dalam kehancuran. Sekarang, pertanyaanya adala...