BAB XIX - MANUSIA ADALAH MAKHLUK YANG BERKEMBANG

118 24 20
                                    

#Bagian 1_Yakov Elazar

"Aku selalu menaruh curiga pada Latifa... maksudku, Madehaa. Dia adalah sebuah keberadaan yang patut dipertanyakan. Panglima malaikat yang mampu membuat 7 Iblis Dosa Besar terpojok di istana mereka sendiri."

Di bawah langit yang mendung, Kiki berbicara dengan mulut yang menjepit sebatang rokok. Asap tembakau mengepul di depan wajah laki-laki itu, bergerak tertiup angin dan akhirnya menghilang di udara.

"Kenapa?" tanyaku, meskipun sebenarnya aku tak terlalu tertarik.

"Yakov, apa kau pernah mendengar apa yang disebut Arch-Angels? Mungkin bisa disebut juga Tujuh Malaikat Agung."

"Yah... aku rasa pernah. Tapi yang kau bicarakan itu versi mana? Kau tahu, sumber yang mencantumkan mitologi Malaikat Agung itu sangat banyak. Tiap kitab, agama, dan kepercayaan punya perbedaannya masing-masing."

"Bagaimanapun mereka dipanggil, apapun nama yang manusia berikan pada mereka, itu tak ada hubungannya. Toh, tak seperti kita, malaikat tak punya akta kelahiran. Jadi mereka juga tak memiliki nama resmi."

Apa-apaan dengan perumpamaan yang konyol itu? "Jadi, kenapa dengan Malaikat Agung?"

Kiki berbalik dan mengarahkan rokoknya pada wajahku. "Secara hierarki, mereka menduduki peringkat tertinggi di jajaran bangsa malaikat. Tapi kenapa yang memimpin pasukan malaikat untuk menyerbu neraka bukan mereka, dan malah Madehaa yang jelas-jelas tak ada dalam sumber mitologi, kepercayaan, dan agama mana pun?"

"A-ah..." dari sana, aku pun jadi mulai tertarik.

"Oi, iblis-iblis... kalian pernah bertempur dengan Malaikat Agung, bukan? Kita sekarang adalah sekutu, jadi bisakah kalian berbagi informasi denganku?"

Merespon perkataan Kiki, tiba-tiba saja jantungku jadi terasa panas. Reaksi penolakan. Sepertinya kemampuan penetral sihirku sudah semakin naik akhir-akhir ini.

"(Kau tak usah terlalu membesar-besarkan mereka.)" Lucifer, sebagai perwakilan para iblis, mulai berbicara. "(Toh, mereka tak pernah sekali pun mengalahkan kami.)"

"Dan aku tebak, kalian pun tak pernah sekali pun menang dari mereka," tambah Kiki seraya mengacungkan jari.

"(Yah, aku kira kau benar. Perang Neraka-Surga berlangsung lama karena tak pernah bergerak. Perang itu benar-benar stagnan. Tak ada yang kalah, tak ada yang menang. Jika 1000 pasukan kami musnah, maka 1000 pasukan malaikat juga kami habisi. Hal ini terus berlanjut selama bermilenium-milenium.)"

Untuk sesaat, terjadi keheningan. Angin berhembus menerpa tubuh kami berdua, terdiam menunggu untuk mendengar penjelasan lanjutan dari para iblis.

"[Tapi semuanya segera berubah ketika ketujuh Malaikat Agung sialan itu menyerahkan komando pasukan mereka pada seorang malaikat rendahan.]"

"Madehaa... ya?" tebak Kiki. "Apa dia memang sekuat itu?"

Aku merasakan bibirku menyeringai, tersenyum geli terhadap apa yang Kiki katakan. " 《Apa yang kau katakan? Dia itu sangat lemah. Luar biasa lemah. Bahkan dengan seperempat kekuatanku saja aku bisa membunuhnya.》"

Dari sana, aku dan Kiki pun jadi semakin bingung.

"Lalu kenapa kalian kalah darinya?"

" 〔Itu karena dia ireguler.〕"

"...?!"

"{Pada perang pertama, dia kalah telak. Itu adalah kali pertamanya kami menang dari para malaikat. Saat itu kami benar-benar meremehkannya. Kemudian, pada perang kedua, dia masih kalah, tapi korban di pihak malaikat lebih sedikit, sementara korban di pihak iblis lebih banyak. Pada perang ketiga, kami seri. Dan akhirnya... pada perang keempat... dia memenangkan pertempuran.}"

Seven Deadly Fools (Jilid 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang