#Bagian 1_Yakov Elazar
Biasanya, setiap sepulang sekolah, aku selalu kelayapan dulu tak tentu arah tujuan. Setelah matahari terbenam, aku baru pulang ke rumahku. Kau tahu? Sekarang aku sudah tak tinggal di kosan tercintaku itu lagi dan kembali ke neraka dunia yang dulu sangat aku benci.
Hmm.. kurang tepat. Bahkan sekarang pun aku masih membencinya.
Tapi untuk hari ini, Alma datang menyelamatkanku bagai seorang Messiah dari planet lain.
"Yakov. Ayo kita kencan."
"A-apa kau bilang?"
Alma meraih jari kelingkingku dan menyeretnya sambil jalan. "Kau jangan hanya berkencan dengan adikmu itu. Nanti, lama-lama kau bisa jadi seperti Kiki. Gila."
"Su-sungguh konyol."
Meski begitu, selama jariku masih ada di genggaman gadis ini, aku sama sekali tak bisa berkutik. Yah... bukan berarti aku keberatan juga, sih. Aku memang tak mungkin bisa kembali ke SMA Livia, tapi setidaknya, aku ingin bersama Alma sekali-sekali.
"Nah, Alma."
"Hmm?"
"Setelah lulus, kita menikah, yuk."
"...!"
Dan sebuah upercut* pun datang menghantam daguku. Sungguh menyakitkan. Sang pelaku pemukulan adalah seorang wanita berkucir dua yang tadi sempat melecehkanku secara seksual.
*Pukulan dari bawah ke atas yang mengarah ke dagu.
"A-a-apa yang kau lakukan, Bodoh?!" aku mencoba menggerakkan rahangku, berharap kalau tidak ada yang lepas dari cangkoknya.
"Yakov. Kau membuatku malu."
"Kenapa bisa begitu? Lagi pula, jika kau malu, kau tak usah sampai memukulku!"
"Sungguh, memangnya kau ini kenapa? Kesurupan raja iblis? Tak biasanya kau berkata seperti itu."
"Yah, aku memang sedang kesurupan raja iblis. Dan lagi, 7! Ah... lupakan." Aku kembali mendekat ke arah Alma dan menatap lekat-lekat wajah gadis itu. "Kau tahu? Ketika lulus SMA, umurku akan jadi 18 tahun. Secara hukum, aku sudah dianggap dewasa. Meskipun begitu, aku masih belum bisa keluar dari kekangan keluargaku."
"..."
"Dengar, Alma. Tak pernah ada yang aku inginkan lagi selain menjauh sejauh-jauhnya dari keluargaku. Aku ingin memulai hidupku sendiri yang bebas tanpa diatur orang lain. Aku ingin mandiri. Oleh karena itu, aku ingin kau menemaniku dalam mengisi keseharian baruku."
"..."
"Setelah lulus, aku akan langsung mencari pekerjaan. Yah, mungkin tak akan langsung dapat pekerjaan yang bagus. Dan mungkin kita hanya bisa jadi keluarga yang setiap harinya mencari cara agar jadi orang yang cepat kaya. Huh... dan ketika itu terjadi... aku akan datang menghadap pada ayah dan ibumu."
"..."
"Alma! Katakan sesuatu! Kau membuatku malu sendiri!"
"Y-yah... meskipun kau bilang begitu..."dari sana, aku menyadari kalau wajah gadis yang selalu berekspresi dingin itu, kini berwarna merah padam. Dia menatapku dan mengedipkan matanya beberapa kali sebelum melanjutkan perkataanya. "Aku tak mengira... bisa merasa semalu ini. Aku kira aku sudah tak punya rasa malu."
"Jadi kau sadar, ya?"
"A-ah... jantungku berdegup sangat kencang, tubuhku juga terasa panas. Apa-apaan ini?"
"Sudah! Cukup! Jangan katakan hal yang bisa membuatku tambah canggung!"
"Senangnya."
Sebuah senyum yang jarang terlihat di wajah Alma pun... kini mengembang dengan begitu alaminya. Aku yang tak kuasa lagi menatap gadis ini, segera mengalihkan pandangan ke samping dan mendapati seorang gembel yang sedang berlari ke arahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seven Deadly Fools (Jilid 2)
HumorBanyak cerita yang mengisahkan tentang seorang manusia atau iblis yang memiliki kekuatan hebat dan berakhir menguasai dunia. Biasanya, para penguasa itu bertindak sewenang-wenang dan membawa bumi ke dalam kehancuran. Sekarang, pertanyaanya adala...