BAB V - ASSASSIN DAN 2 ORANG GILA

161 30 11
                                    

#Bagian 1_Rita Yuliana Syita

Senja akhirnya tiba. Di ufut timur, kulihat mentari telah tenggelam dan hanya menyisakan sedikit bagiannya, memancarkan semburat merah, menciptakan lembayung indah. Siang pun berganti malam. Terang pun berganti gelap. Dengan kedua tangan memegang kantong kresek berat, aku berjalan menyusuri trotoar menuju rumah.

Huh.

Ketika aku menoleh ke samping, kulihat ada sebuah poster tertempel di tiang listrik. Aku kira apa, tapi ternyata cuma poster yang sama dengan miliki kakaknya Hafya itu. Belum habis pikir aku terhadap kekonyolan mereka. Apanya yang '2 istri lebih baik', coba? Dasar kumpulan orang-orang gila.

Aku tak bisa membayangkan setelah lulus nanti, Hafya akan terus berurusan dengan orang-orang macam itu.

Akan tetapi, yah... kalau bicara soal 'gila', aku kira laki-laki bernama Kiki itu lebih gila dari siapa pun. Dia bahkan sama sekali tidak ragu untuk berkelahi dengan seorang wanita?! Pria macam apa dia itu? Dan juga, entah kenapa aku bisa mencium aroma obat nyamuk di tubuhnya. Apa dia menggunakan Baigon sebagai parfum?

Huaaaah....

Meskipun begitu, memang harus akui, aku kurang mengerti bagaimana rasanya punya kakak laki-laki. Begitulah, aku sendiri adalah anak tertua, sementara adikku baru berumur 5 tahun. Bagaimana anggapan Hafya terhadap Kak Yakov, atau si Gila Kiki terhadap adik perempuannya, aku kurang mengerti.

Hmm... apa mungkin enak, ya? Semacam punya seseorang yang bisa kita andalkan sekaligus memanjakan kita di rumah. Lagi pula berbeda dengan pacaran, hubungan darah akan lebih sulit dipisahkan. Huh... aku memang tak bisa membayangkannya.

"Meong...."

"Eh?"

"Meong... meong...."

Entah kenapa aku merasa mendengar suara kucing. Nadanya begitu kecil dan pendek. Sepertinya masih anak-anak. Apa mungkin ada di dalam gang ini? Hmm... mari, mari... coba kita lihat.

Mulanya aku kira ini akan jadi urusan yang cepat, tapi tak kusangka letak suara itu berada jauh di dalam gang. Bahkan sampai sekarang aku masih belum menemukannya. Bukan apa-apa, sih. Hanya saja, aku ini jenis gadis yang menyukai binatang. Kalau ada seekor anak kucing yang dibuang pemiliknya di sini, maka aku tak bisa tinggal diam saja.

"Ah... ada."

Berjarak 2 belokan dari jalan utama, tergeletak tepat di bawah tiang telepon, aku menemukan sebuah kotak kardus berisi anak kucing hitam dengan bulu di sekitar mata berwarna putih. Aaaah... lucunyaaa! Dia bahkan tanpa takut mulai menjilati jari-jemariku. Ehehehe, cup cup cup... hihi.

"Sial... tadi itu benar-benar sakit. Aku kira ada gigiku yang patah. Dasar berandalan SMA Livia keparat! Mentang-mentang menang jumlah. Awas saja kalau aku bertemu dengan mereka saat sedang sendiri."

"Dulunya geng SMA itu juga tak bersatu macam tadi. Aku dengar seseorang yang benar-benar kuat muncul dan menyatukan semua kelompok preman. Jika kita bisa mengalahkan ketua mereka itu, mungkin kita bisa balas dendam."

Hu-huh? Entah kenapa aku merasa tak asing dengan suara itu. Yang satu besar, dan yang satu lagi cempreng. Asalnya ada di ujung gang. Hmm... coba kulihat... huah! Preman yang tadi aku tabrak! Si-sial! Kenapa mereka bisa sampai ke daerah ini?! A-ah... daripada itu, aku harus cepat-cepat kabur.

"...!"

"Oi! Siapa itu?!"

Baru saja aku berbalik untuk kabur, kucing yang ada di dekapanku tiba-tiba saja mengeong. Bagaimana ini... sekarang aku sudah ketahuan! Semoga mereka tak mengenaliku, semoga mereka tak mengenaliku!

Seven Deadly Fools (Jilid 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang