#Bagian 1_Yakov Elazar
"Yah, Kakak, tahu? Aku mengerti kalau Hafya memang sangat mengagumi Kakak, tapi... gara-gara Kakak, Hafya jadi sulit di dekati laki-laki lain. Tiap hari hanya memikirkan Kak Yakov dan Kak Yakov. Tidakah itu keterlaluan?"
Mendengar perkataan gadis buntut kuda ini, segera saja dahiku berkenyit. Bicara apa dia? Kualihkan pandanganku pada Hafya, namun adikku itu malah terdiam mematung dengan wajah berwarna merah padam.
"Bukannya ingin ikut campur kehidupan Kakak, tapi... beberapa orang sering menyangkut pautkan hobi aneh Kakak dengan Hafya. Jadi aku harap hal seperti itu bisa dikurangi."
"Hobi?"
"Emm... hobi," angguk Rita menegaskan. "Seperti tidur di selokan atau bergunta-ganti pria."
"Tunggu dulu. Entah kenapa aku merasa ada yang aneh dengan kalimat tadi. Hmmm... ah, benar." Aku menjentikkan jari ketika menemukan jawabannya. "Tidur di selokan katamu?! Kau kira kenapa aku mesti menjadikan tidur di selokan sebagai hobi?! Dan lagi, apanya yang gunta-ganti pria?! Mungkinkah semacam variasi dari kalimat 'gunta-ganti wanita' versi orang gay?!"
"Huh? Jadi salah, ya?!"
"Kenapa kau sebegitu terkejutnya?!" menghela napas, aku pun mulai menjelaskan situasiku pada Rita. "Nah, aku akui kalau kelakuan buruku memang berimbas pada nama baik Hafya. Senang rasanya bila dia mendapatkan teman perhatian sepertimu. Tapi, yang perlu ditekankan di sini, AKU JUGA TAK PERNAH MENGINGINKAN HAL KONYOL SEPERTI ITU TERJADI!"
Rita menutup telinganya karena mendengar teriakan gilaku. "A-ah... begitu, ya? Bagus kalau begitu. Aku kira Kakak dan Hafya punya semacam hubungan terlarang antara adik-kakak."
"Mana ada lah yang seperti itu..."
"Tunggu sebentar. Kenapa kalian bicara seolah-olah amat memburukkan keagungan incest?" kemudian, si 'Pecinta Adik' Kiki pun melangkah maju dan ikut dalam pembicaraan ini. "Memangnya apa salahnya jatuh cinta pada saudara sendiri? Bukannya itu sudah wajar? Kita jatuh cinta pada orang yang selalu bersama kita itu wajar, bukan?!"
Tentu saja tidak wajar! Apa yang ada di otakmu, sih?
"Siapa Kakak ini?"
"Aku? Aku hanya seorang pria yang tengah berpetualang untuk membangkitkan Jhony."
"Jhony?"
Oi! Tidakkah kau pikir itu terlalu vulgar?! Untung saja anak ini masih polos dan belum mengerti perkataan tak senonohmu itu! Lagi pula, ada apa, sih?! Jangan memperkeruh situasi mentang-mentang kau punya kelainan mental!
"Aku tidak tahu apa yang Kakak maksud," ujar Rita, "tapi menyukai orang yang sedarah dengan kita itu dilarang baik oleh agama, pemerintah, maupun kedokteran. Apa Kakak tidak tahu pengetahuan umum macam itu?"
Diceramahi tentang hal bermutu seperti ini, bukannya sadar, Kiki malah balas menjawab dengan teori yang ada di luar jangkauan logika umat manusia. "Nah? Kau tau? Cinta itu... buta. Mau itu adik sendiri, ibu sendiri, atau bahkan ayah sendiri... kau bisa jatuh cinta pada mereka."
Gila, kan?
Pada akhirnya, pembicaraan itu menjadi perdebatan sengit yang menghasilkan adu jotos. Aku melompat untuk menahan Kiki sementara Hafya memeluk Rita. Bu-buset! Tenaga orang ini benar-benar kuat! Daripada dia yang diam, malah aku yang tergusur!
Menyelesaikan kasus tersebut dengan jalur damai, aku dan Hafya berpisah sambil terus menenangkan emosi Kiki dan Rita. Laki-laki itu terus menggerutu sepanjang perjalanan. Sungguh, dia benar-benar berisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seven Deadly Fools (Jilid 2)
HumorBanyak cerita yang mengisahkan tentang seorang manusia atau iblis yang memiliki kekuatan hebat dan berakhir menguasai dunia. Biasanya, para penguasa itu bertindak sewenang-wenang dan membawa bumi ke dalam kehancuran. Sekarang, pertanyaanya adala...