BAB XXIV - RASIONALITAS

89 23 11
                                    

#Bagian 1

Tak ada tanda-tanda badai akan berhenti. Air hujan turun dengan deras seolah-olah datang dari tempat yang tak terbatas. Angin bertiup kencang dan menerpa segala benda yang berdiri permukaan. Petir bercambuk dan mengeluarkan dentang guntur yang menggelegar.

Ketika itulah sebuah lingkaran sihir tercipta di langit yang hitam.

Berwarna ungu tua dengan garis tengah sepanjang 2 meter. Di sekitar lingkaran itu, terdapat bahasa langit yang ditulis dalam aksara langit. Ritual pembukaan gerbang neraka berhasil. Kini, bumi dan neraka telah terhubung.

Meski begitu, hal ini masih belum cukup.

Terlalu kecil.

Untuk mengeluarkan tujuh Malaikat Agung, setidaknya, Ithuriel butuh lingkaran sihir dengan garis tengah 100 meter, dan itu taklah mudah. Necromancer membuat gerbang raksasa dengan cara pengorbanan kolektif, tapi saat ini, Ithuriel tak memiliki manusia untuk ditumbalkan.

Oleh karena itu dia akan menggunakan Madehaa... atau jika kita panggil dengan nama aslinya, Nelia.

Nelia adalah manusia yang terlahir kembali menjadi malaikat. Walaupun demikian, tetap saja, pada dasarnya, dia adalah manusia. Satu-satunya manusia yang memiliki sirkuit sihir. Harga rohnya sama dengan harga roh 666 manusia biasa.

Tinggal menunggu waktu.

Dan tujuh perwakilan malaikat akan datang ke bumi.

Sementara itu, di belakangnya, Kiki sedang dalam keadaan terpojok. Perutnya tertembus peluru, dan kepalanya ditodong moncong pistol. Tinggal beberapa detik lagi sebelum hujan pedang dimulai. Meski begitu, tampaknya tarikan pelatuk Riki Alsamy akan lebih cepat dari itu.

"Demi umat manusia... matilah!"

Bang!

Suara tembakan yang dilepaskan pun menggelegar di udara. Sebuah peluru baru saja dimuntahkan dari moncong pistol Riki. Meski begitu, tak ada yang terluka. Kiki berhasil menghindar.

Bukan dengan merunduk atau melompat.

Bukan juga dengan mundur atau maju.

Dia jatuh.

Kiki, tanpa diduga, telah menghancurkan genting yang ada di pijakannya sejak awal. Menciptakan sebuah lubang yang membuatnya terperosok ke bawah.

"Apa?!"

Jelas hal itu membuat Riki kaget.

Dia kehilangan spontanitas dan pikirannya untuk beberapa detik.

Di tengah-tengah rasa bingung yang datang secara tiba-tiba, Riki melupakan hal penting. Pedang Kiki. Sembilan pedang Kiki yang siap menghujaninya dengan membabi buta.

"Si-sial!"

Dia ingin melompat, tapi perutnya yang berlubang mengirimkan sinyal rasa sakit yang membuat otaknya tersiksa. Tak ada jalan keluar. Riki kehilangan keseimbangan ketika dia mencoba menghindari jalur jatuh pedang pertama.

Sadar akan keadaannya, Riki tersenyum hambar. "Keparat. Kau menang."

Dan pertempuran itu pun dimenangkan oleh seorang Penjaga Rahasia bersyal hijau. Kiki Livia. Dengan langkah gontai, dia menyusuri bagian atas langit-langit sekolah SD. Tampak tangannya memegang perutnya yang tak henti-hentinya mengeluarkan darah.

Meski sakti, dia tetap menahannya.

Tujuannya saat ini adalah... Ithuriel.

Malaikat yang sekarang berada di ambang tujuannya.

Seven Deadly Fools (Jilid 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang