#Bagian 1_Yakov Elazar
Dua hari sebelum pemilihan ketua OSIS, seluruh kegiatan KBM SMA Yayasan Livia Utara diberhentikan. Meski begitu, para siswa tetap datang ke sekolah. Dengan berbondong-bondong, mereka bergerak berkumpul di lapangan, mengelilingi sebuah panggung, membentuk dua buah formasi yang menentukan.
Orang-orang yang gerombol di sebelah kanan... itu artinya mereka mendukung Emilia sebagai ketua OSIS. Jumlahnya sekitar 500 kepala, berisikan orang-orang normal, orang-orang berkacamata, orang populer, dan bahkan preman juga ada.
Mungkin preman tobat.
Yang kedua, orang-orang yang bergerombol di sebelah kiri... itu artinya mereka mendukungku. Jumlahnya... sekitar 300 kepala. Berisikan berandalan berwajah garang yang menakutkan. Sungguh, menakutkan! Aku masih tak percaya mereka mendukungku.
Untuk sementara ini aku kalah 200 kepala.
Aku mesti merebutnya.
Tepat di depan masa itu... terdapat sebuah panggung tanpa atap. Di sediakan podium dan mikrofon. Bisa dibilang, itu adalah tempat yang akan menjadi medan perangku. Pertempuran idealisme yang mempertaruhkan masa depan dari sistem pendidikan sekolah ini.
Ruang lingkupnya kecil memang.
Tapi jika kami gagal, tetap saja akan berpengaruh pada nasib banyak orang.
Uwah... padahal cuma sekolah swasta, tapi ramainya sudah seperti pemilihan presiden saja.
"Yakov. Tadi pagi kau sudah kencing dan buang air besar, kan?" tanya seorang gadis twintail yang tiba-tiba saja muncul entah dari mana.
"Kenapa kau bertanya seperti seorang bidan pada ibu-ibu yang mau melahirkan? Tidak bisakah kau menyemangatiku secara normal saja? Aku akan sangat menghargai itu."
"Aku hanya takut kau terlalu gugup sampai-sampai berak di sana."
"Memangnya aku ini kakakmu?!"
"Cuma ada dua calon yang maju, dan keduanya dari kelas 10. Sepertinya kelas 11 sudah keburu ketakutan tak mendapatkan satu pun suara ketika melihat pendukung kalian yang sefanatik ini."
Aku rasa juga begitu. Untungnya, sistem pemilihan kali ini hanya untuk ketua saja. Untuk wakil sendiri, nanti akan ditunjuk bersama dengan staf yang lain ketika ketua OSIS sudah terpilih. Jika pemilihannya dilakukan secara sepaket, aku tak yakin bisa bekerja sama dengan baik dengan pasanganku.
"Yakov, rapikan pakaianmu. Emilia saja terlihat seperti yang menyetrika bajunya 3 kali."
"Ah, tak perlu." Dari pada merapikannya, aku lebih memilih mengeluarkan ujung bajuku dari celana dan menarik dasiku hingga longgar. "Orang-orang akan menganggapku 'biasa' bila aku bertindak sesuai dengan adat kebiasaan."
"Begitu, ya? Mau aku ikat rambutmu jadi twintail?"
"Rambutku tak sepanjang itu untuk dikucir. Lagi pula kenapa aku harus memakai gaya rambut yang seperti itu?!"
"Bukannya kau ingin gaya yang tidak sesuai dengan adat kebiasaan?"
"Dengan rambut seperti itu, orang-orang memang tak akan menganggapku 'biasa', tapi sebagai gantinya, mereka akan menganggapku 'gila'! Dan itu lebih buruk!"
"Kalau begitu, apa kau ingin bertukar seragam denganku?"
"Itu bahkan sudah masuk kategori 'mesum'!"
"Yakov, bagaimana dengan ciuman sebelum pertempuran?"
"Sudah pergi sana, kenapa?!"
#Bagian 2_Hafya Elazar
KAMU SEDANG MEMBACA
Seven Deadly Fools (Jilid 2)
HumorBanyak cerita yang mengisahkan tentang seorang manusia atau iblis yang memiliki kekuatan hebat dan berakhir menguasai dunia. Biasanya, para penguasa itu bertindak sewenang-wenang dan membawa bumi ke dalam kehancuran. Sekarang, pertanyaanya adala...