5

1.4K 102 10
                                    

Belum di revisi dan hanya 1000+ words

"Mungkin sore ini kalau tidak ada kendala." Jawab Akhseen kala menanyakan, apakah ia akan kembali ke negaranya dulu dan kapan. Mungkin itulah kira-kira.

"Apa kau serius?" Tanya Adfan yang langsung menyekal jari-kemari Alhseen yang dengan sigapnya Akhseen melepaskan tanganya dari cekalan Adfan.

"Aku ada urusan di sana." Ujarnya kembali.

"Apakah dengan ku?"

"Kenapa kamu jadi sePD gitu?" Kernyit Akhseen.

"Ah, setidaknya kita bisa pulang bersama." Adfan nyengir.

"Kau kan baru datang."

"Tau dari mana?" Gap! Akhseen langsung terdiam dan mengalihkan pandanganya kearah lain.

"Feelling." Gumam Akhseen yang masih terdengar jelas di telinga Adfan.

Dan

Merekapun langsung terdiam dengan Adfan yang terus memperhatikan setiap lekuk tubuh Akhseen, bukanya dia akan ngemesumin Akhseen disini, dia hanya ingin tahu apa saja yang tumbuh lebih cepat dari tubuh Akhseen.

Dan ya, memang Akhsewn sekarang lebih berbeda dengan gadis 3 SMA. Dia semakin berisi di tempatnya masing-masing dan rambutnya yang di potong pendek melebihi sebahu.

Adfan merasa risih kala melihat rambut Akhseen yang di potongnya itu, tapi ia tak mau mengurusinya toh itu juga akan tumbuh kembali.

"Apa kau tidak mau menanyai kabarku?" Tanya Adfan dan Akhseen langsung mengalihkan pandanganya menatap kearah Adfan

Sembari memicingkan matanya "kau terlihat baik-baik saja." Ujarnya yang langsung membuat kedua bola mata Adfan membulat.

Ya, sedari tadi Adfan mencoba menahan gejolak untuk memeluk mencium bahkan untuk ML bersama Akhseen sekarang, tapi respon yang di berikanya hanya begitu.

Sungguh itu sangat menyentil kelelakianya Adfan.

"Kalau sudah tidak ada di bicarakan, aku masuk." Ujar Akhseen sembari melangkahkan kakinya tanpa melihat terlebih dahulu kearah Adfan yang tengah menampakan muka bodohnya.

"Apa kita tengah menbicarakan sesuatu?" Suaranya, batin Akhseen yang langsung memnghentikan langkahnya.

Di lihatnya Adfan yang sekarang tengah berdiri dan mendekati Akhseen dengan wajah seriusnya.

Kalau sudah begini Akhseen bisa apa? Cuman ini kelemahanya.

"Kau terlihat pucat." Adfan berbicara sembari ibu jarinya menulesuri tulang rahang Akhseen sampai kepipi.

Dan Akhseen langsung memejamkan matanya kala deru nafas Adfan mulai menerpa kulit wajahnya.

"Tidak ada yang berbeda dari kamu, walaupun perbedaan sikafmu itu sangat kentara berbeda dari Akhseenku yang dulu." Ujar Adfan yang langsung membuat kedua bola mata Akhseen terbuka.

Adfan masih terdiam di posisinya, saling menatap dari jarak yang sangat dekat.

Seketika Akhseen mengalihkan pandanganya, ia memang berubah, ya memang. Menjadi wonder women tentunya, ujar batin Akhseen menggigt bibirnya agar tak tertawa.

"Aku akan packing banyak yang harus aku siapkan." Ujar Akhseen daj ia kembali berlalu dengan tangan Adfan yang langsung mencekal pergelangan tangan Akhseen.

"Apa anak yang tadi itu anak mu?" Tanya Adfan.

"Jawab!" Ujar Adfan kala tak mendengar jawaban dari Akhseen dan Adfanpun langsung berada di hadapan Akhseen.

SHENILFA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang