Blom di revisi...
“Ah, hey sekretaris baru!” ujar Adfan berteriak kala melihat Akhseen yang terlihat berkeliweran di luar sana.
“Ah, saya?” ujar Akhseen sembari menyembulkan kepalanya.
Akhseen langsung mengerjap-erjapkan matanya kearah Adfan yang tengah memutar bola matanya.
Baru kali ini ia mendapatkan sekertaris selelet dan sebodoh ini.
“Iya, kamu kan sekertaris saya.” Ujar Adfan yang langsung di angguki oleh Akhseen.
Akhseen langsung memsuki ruangan Boss nya itu sembari membawa secangkir Robuta di tanganya,.
Adfan terdiam begitupun Akhseen.
Adfan mengernyitkan kedua alisnya, menunggu sesuatu yang harusnya di lakukan Akhseen sedara tadi.
“Kenapa kamu tidak menyimpan itu?” Ujar Adfan sembari melihat gelas yang masih di genggam oleh Akhseen.
“Ah Uhh?” Akhseenm elihat kegeas yang masih di genggamanya itu. “Ah ini, ini punya saya.” Balas Akhseen sembari menyunggingkan senyumanya.
Adfan langsung membulatkan matanya sembari memijit pelipisnya. Di sini siapa yang boss sebenarnya ?
“Ah, sudah lupakan sajalah itu, nanti sore kamu tolong siapkan semua barang-barangs saya yang di Apartemen.”
“Hah? Siapkan barang-barang?” bingung Akhseen melihat Adfan yang sudah fokus kemali dengan kertas-kertasnya.
“Apakah Bapak akan pindah tempat tinggal?” seketika Adfan mendongakan kepalanya.
Memelototkan kedua bola matanya kearah Akhseen, yang tengah tersenyum takut.
“Kita akan pergi nanti sore ke Pangandaran. Tolong kamu siapkan pakaian saya.” Akhseen langsung mengangguk-anggukan kepalanya.
“Kenapa harus saya? Apa Bapak tidak malu?” Adfan langsung menghelakan nafasnya, ia langsung bertopang dagu melihat Akhseen ang sekarang tenagah terduduk di sofa yang ada di sana.
Siapa yang menyuruhnya duduk? Dan sekertaris mana yang meminum kopi di saat ada Boss yang tidak mempunyai kopi?
Akhseen masih dengan dunianya, menikmati kopi yang baru saja di pesannya dari og. Ini seperti buatan lelakiny. Serius.
“Kenapa saya harus malu?” tanya Adfan setelah menetralisir kegeramanya.
“Umm itu dalaman.” Ujar Akhseen sembari menyimpan kopi dan menundukan kopinya. Lagi-lagi Adfan mengernyitkan kedua alisnya, dan seketika ia tahu apa yang di maksud oleh Akhseen. Ia tersenyum dan melihat Akhseen yang tenagh menggigit bibir bawahnya.
“Ah, soal itu. Kamu kan sudah mengetahui.” Dilihatnya Akhseen yang sekarang tenagh membulatkan kedua matanya dan setelah itu, pipinya mulai bersemu. Ah cantiknya.
“Ba-baiklah kalau begitu.” Akhseen langsung berdiri dan hendak pergi dari sana sebelum suara boss nya itu menghentikanya.
“Jangan lupa kopi mu Nona.” Akhseen langsung balik lagi dan mengambil kopinya yang masih setengah itu lalu menyimpan gekas itu di meja Adfan.
Adfan langsung berdecih setelh melihat kepergian Akhseen, dan setelah itu ia langsung tertawa dan meminum kopi yang baru saja ada di mejanya.
.
Setelah membayar ongkos taksiya, Akhseen langsung memasuki lobby, berusaha untuk menemukan Apartemen Boss nya itu.
Setelah sampai di suatu pintu yang mampu membuat bulu kuduk Akhseen meremang.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHENILFA [COMPLETED]
RomanceMereka memang gila. Sue Dan semacamnya. Akhseen sedari dulu membiasakan dirinya untuk slalu melestarikan adat istiadat. Seperti nama panggilan daerah dan dengar dia sangat bodoh tak seperti Abangnya. Adfan, dia sangat menyukai wanita itu hingga bebe...