15

945 84 5
                                    

Lom revisii.....


“Apakah dia benar-benar anakmu ?” tanya seseorang itu langsung mengejutkan Adfan yang baru saja keluar dari kamarnya.

“Ya Tuhan Mami-“ dengus Adfan sembari sesekali mengusap dadanya dan berlalu menuju sofa yang tersedia di sana.

“Ayo jawab Mami.” desakKanjeng Mami itu sembari mengikuti duduk Adfan di sebelahnya.

Adfan terdiam, hati kecilnyanya ia masih mempertanyakan kebenaran dari Aakil.

Ya, meskipun banyak kesamaan Aakil dengan Adfan tapi itu masih belum membuat Adfan yakin 100% mengakui kalau Aakil itu anak kandungnya.

Kecuali, kalau Akhsen yang menyatakan bahwa Aakil itu anaknya ia akan langsung percaya meski tanpa ada kesamaan sekalipun.

“Adfan!” tegur Kanjeng Mami.

“Um-“ Adfan langsung mendongakan kepalany yang ternyata di hadapanya sdah ada Kanjeng Papi yang tengah meminum kopinya, tenang.

“Di-dia anak aku Mi.” Kanjeng Mami terdiam begitupun Kanjeng Papi.

Setidaknya Adfan bisa menjadikan Aakil sebagai tameng dirinya untuk tidak di jodohkan lagi oleh Maminya.

“Ahhh, itu sangat bagus.” Celetuk Kanjeng Papi itu yang langsung mendapatkan pelototan tajam dari Kanjeng Mami dan kernyitan bingung dari Adfan.

“Apa?” tanya Bapak-bapak itu yang merasa mendapatkan perlawanan.

“Bagus heum?” tak ada rasa takut saat kanjeng Mami berucap seperti itu, bahakan hanya seringaiyan saja yang tercetak di bibir Kanjeng Papi.

Adfan yang sudah menduga akan menjadi apa itu, langsung bertopang dagu melihat dan menyaksikan aksi kedua orang tuanya.

“Bukannya ini yang Mami inginkan?” kanjeng Mami terdiam.

“Apa?”

“Seorang Cucu.”

“Iya, tapi bukan Cucu haram ju-“

Brak

Suara pintu yang di tutup dengan keras itu langsung membuat Kanjeng Mami mematung, dengan Kanjeng Papi yang tengah menggeleng-gelengkan kepalanya.

Kanjeng Mami terdiam dan menunduk.

“Apa perkataanmu tak bisa di saring terlebih dahulu?” hardiks Kanjeng Papi itu sembari berdiri.

Sesekali ia menatap istrinya yang tengah menunduk. Jarang-jarang ia seperti ini.

“Harusnya kau ingat, Adfanpun di lahirkan seperti Cucu kita.” Kanjeng Papi berlalu meninggalkan Kanjeng Mami yang tengah memejamkan matanya.

Rasanya sakit.

Ia bahkan masih bisa merasakan rasa caci itu di batinya.

Ia sudah menyakiti anaknya, seharusnya ia tak berucap seperti itu.

Dan seharusnya juga ia harus senang karen keinginannya sekarang sudah terkabul, dan buktinyatanya adalah Cucunya sekarang berada di rumahnya.

Kanjeng Mami juga tak mau ambil pusing jika ada yang menanyakan Cucunya itu, asal dia adalah benar-benar anak biologis Adfan, Kanjeng Mami akan tetap memamerkan Aakil meskipun mereka akan membicarakanya.

.

“Abang, Aakil  mana?” bisik Akhseen yang sekarang sudah berganti pakaian sesuai dengan prosedur.

“Ah, di-dia sedang ada piknik sayang.”

“Piknik?” gumam Akhseen sembari sedikit mengernyitkan alisnya.

SHENILFA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang