20

1.3K 99 6
                                    

Masih sama.







"Ayo ikut!" titah Adfan sembari menyered tangan Akhseen.

Akhseen langsung mengimbangi langkahnya.

Ya, ia memang salah. Sanagt salah.

Beberapa waktu lalu.

"Nona?" ujar seseorang itu langsung membuat gadis yang terasa terpanggil itu membalikan tubuhnya dan tersenyum kala melihat seorang pemuda yang tengah tersenyum kepadanya.

"Kenapa?" tanya Akhseen serta memberikan senyumanya.

Pemuda itu langsung menggaruk belakang kepalanya kala mendapatkan respon yang baik dari gadis yang sedari tadi menarik perhatianya.

"Kenapa Roni ? oh kalau mau tanya-tanya langsung dengan Pak Adfan saja. Soal pembangunan yang ini saya kurang mengetahui detailnya mau di buat seperti apa." Ujar Akhseen melantur.

Dia memang gadis bodoh kan?

Dan yang menjadi permasalahanya adalah, kenapa Akhseen mau menjadi sekertaris Adfan kalau tidak mengetahui hal sekecil apapun tentang perusahaannya, dan bahkan keadaan Akhseenpun tidak terlalu membantu untuk perusahaan Adfan.

Dan

Anehnya, kenapa Adfan tak memecat gadis itu ? siapa yang lebih bodoh disini ?

"Apakah saya boleh mengobrol dengan ka-kamu?" tanya pemuda itu langsung membuat Akhseen mengernyitkan alisnya.

Sekarang ia masih berada di daerah pembangunan hotel di pangandaran bersama Adfan.

Tapi, sekarang Adfan tengah mengurus sesuatu yang entah apa Akhseen tak mau mengetahuinya.

Sehingga ia brada disini, di tepian pantai pangandaran yang udaranya cukup sejuk

"Ya, tentu." Ujar Akhseen sembari sedikit mengangguk-anggukan kepalanya.

"Kamu, sekertarisnya Pak Adfan?" Roni bertanya.

"Ya."

"Eum, udah lama?" Akhseen mengernyit dan mengangguk.

"Kenapa?" tanya Akhseen dan Roni langsung menggelengkan kepalanya.

Lelaki berjas rapih dan lengkap dengan sok cool tanganya di masukan kedalam saku celananya.

Hening.

Akhseen sedikit tak menghiraukan keberadaan Roni hinga tak terasa sesuatu yang hangat menyentuh pelipisnya.

Akhseen langsung mengerjapkan matanya dan langsung mendongkan kepalanyamelihat apa yang tengah terjadi di daerah pelipisnya.

Roni dengan sangat gantlenya mencoba menyingkapkan rambut Akhseen yang berkeliweran menutupi wajah Akhseen karena ulah angin.

Akhseen langsung memegang tangan Roni yang masih setia mengusap-usap rambut Akhseen.

Dengan rasa tak enak Akhseen hanya tersenyum. Perasaanya tidak enak kalau-kalau kejadian ini terlihat oleh seseorang.

Akhseen langsung mengerjap kala merasakan hembusan hangat dari Roni tersa di permukaan wajahnya.

Ada apa ini? Kenapa Akhseen tak bisa bergerak dan mengelak ? batin Akhseen.

"EKHEUM" suara deheman keras itu lagi-lagi membuat Akhseen mengerjap dengan Roni yang sudah tak dekat lagi dengan tubuh Akhseen.

"Eh? Heheh." Akhseen denagn polosnya langsung tersenyum kala melihat Adfan tengah berada di belakangnya.

"Kamu udahan?" tanya Akhseen tak memperdulikan tatapan setan dan rahang yang mengeras dari Adfan.

Roni yang ada di sana langsung tersenyum kecut.

SHENILFA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang